ISTILAH JISIM TAK DIKENAL?
Saya tak habis pikir akan adanya banyak tokoh yang terkenal dengan keilmuannya yang tinggi tetapi mendadak lupa ingatan dalam bahasan jisim. Mereka berkata bahwa istilah jisim tidak dikenal di masa salaf, itu istilah baru, itu istilah yang maknanya masih absurd tidak jelas sehingga tidak bisa ditetapkan atau dinafikan. Demi menghargai keilmuan mereka dalam bab lain, saya memilih tak menyebutkan nama-namanya sebab bagi saya ini kekonyolan yang sangat memalukan untuk terjadi pada orang-orang yang disebut ulama.
Sebelum membahas kata jisim, kita lirik dulu kata lain, yakni kata ruh. Kata ini disebut berulangkali dalam al-Qur’an dan bahkan dikenal oleh seluruh agama dan kepercayaan dalam istilahnya masing-masing. Meski demikian, ruh tetaplah sesuatu yang misterius yang manusia tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentangnya. Dalam al-Qur’an dinyatakan:
وَیَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنۡ أَمۡرِ رَبِّی وَمَاۤ أُوتِیتُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِیلࣰا
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” (Surat Al-Isra' 85)
Apabila seorang muslim berakal sehat, tak perlu ulama, cukup siapapun asalkan berakal sehat, ditanya apakah Allah adalah ruh? Maka hampir bisa dipastikan dia akan menjawab bukan. Sudah pasti Allah bukan ruh sebab ruh itu punya karakteristik makhluk. Meski kita tak tahu betul bagaimana ruh itu, tetapi bisa dipastikan bahwa Allah bukanlah ruh.
Demikian juga dengan kata lainnya seperti "malaikat", "jin" atau "manusia" yang semuanya disebut dalam al-Qur’an. Apakah Allah adalah malaikat, jin atau manusia? Tentu bukan ketiganya. Kalau ditanya dalilnya mana, tentu saja laisa kamitslihi syai'un. Ini sudah jelas dan tak perlu ulasan panjang lebar.
Sekarang kembali ke kata jisim. Kata ini juga disebut dalam al-Qur’an, yakni dalam ayat:
قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰهُ عَلَیۡكُمۡ وَزَادَهُۥ بَسۡطَةࣰ فِی ٱلۡعِلۡمِ وَٱلۡجِسۡمِۖ
"Nabi menjawab, “Allah telah memilihnya (menjadi raja) kalian dan memberikan kelebihan padanya dalam hal ilmu dan fisik.” (Surat Al-Baqarah 247)
Semua orang berakal pasti memahami maksud ayat di atas. Maksudnya adalah Allah menganugerahi Thalut ilmu dan badan/fisik yang lebih baik dari kaumnya sehingga ia dipilih menjadi raja mereka.
Sekarang, ketika kita melempar pertanyaan apakah Allah jisim? Seharusnya jawabannya sederhana seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, yakni Allah juga bukan jisim. Anehnya tetiba sebagian ulama yang saya singgung di awal menjadi error dan ngeblank. Mereka malah bingung apakah Allah jisim atau bukan?, mereka bilang makna jisim tidak jelas, tidak dikenal dan mengaku tak pernah ada dalil yang membicarakan itu sehingga mereka abstain dari jawabannya? Lelucon murahan macam apa ini, tuan-tuan?
Dalil bahwa Allah bukan jisim tentu saja juga laisa kamitslihi syai'un. Kalau mereka yang sedang error ini menuntut dalil spesifik yang literal yang berkata bahwa Allah bukan jisim, maka cobalah mereka mendatangkan dalil yang spesifik berkata bahwa Allah bukan manusia, bukan ruh, bukan jin, bukan malaikat, bukan hantu, bukan alien dan seterusnya.
Tentu saja "ulama" yang tetiba ngeblank tidak jelas seperti itu bukanlah Asy'ariyah, Maturidiyah atau yang senada dengan keduanya. Adapun Ahlussunnah wal Jama'ah (Asy'ariyah-Maturidiyah) sudah pasti menjawab tegas bahwa Allah bukan jisim. Kecerdasan dan pemahaman yang baik yang menyatakan Allah bukan jisim ini sudah fitrah bagi mereka yang berakal sehat.
Abdul Wahab Ahmad
15 Oktober 2020 pada 10.33 ·