Oleh: Robi Maulana bin Saifullah
Sebelum membaca masukan saya ini, baiknya di pahami dulu kalau masukan ini sebatas yang saya lihat dalam lingkungan terbatas yg saya ketahui. Tidak untuk menggeneralisir. Sebab bisa jadi di daerah lain terdapat persamaan atau sebaliknya terdapat perbedaannya.
Masukan buat Aswaja:
1. Lebih rajin lagi ke masjid. Jangan karena mengambil pendapat sunnah muakkadah shalat berjamaah ke masjid akhirnya banyak kaum Aswaja yang lebih senang shalat di rumah. Akhirnya itu masjid di isi oleh orang Salafi yang memang berpendapat wajib jamaah ke masjid bila tak ada uzur. Kalau udah itu masjid diambil alih oleh Salafi, baru deh protes.
2. Lebih dermawan lagi dalam membantu dakwah, membantu umat, peduli dengan saudaranya, dan seterusnya. Jangan kalah dengan Salafi yang dalam waktu dua minggu bisa membebaskan tanah senilai milyaran rupiah. Yang dalam tempo waktu tertentu bisa mengumpulkan dana sekian sekian untuk pembangunan pesantren, masjid, dan seterusnya. Yang rajin bagi-bagi sembako, bantuan uang, layanan kesehatan gratis, dan seterusnya. Yang amat peduli dengan guru-gurunya, saudaranya, dst.
3. Lebih tingkatkan lagi kemampuan teknologi informasinya. Jangan kalah dengan Salafi yang dakwahnya bisa meramaikan YouTube, Facebook, instagram, bahkan bahu membahu mendirikan televisi, radio, dan media lainnya. Akhirnya dakwah Salafi lebih dikenal luas oleh masyarakat. Jadi, di era teknologi informasi ini jangan hanya mencukupkan dakwah di pondok saja tapi juga harus lebih gencar di media sosial.
4. Lebih tingkatkan kekompakan dalam manajemen dakwah, masjid, dan seterusnya. Jangan kalah dengan Salafi yang ketika mengelola suatu masjid manajemennya kompak dan begitu semangat dalam memajukan masjidnya.
5. Jangan meremehkan kontra dakwahmu. Mereka memiliki ulama rujukan sebagaimana engkau pun memiliki ulama rujukan. Tetap jaga tradisi ilmiyyah dalam membantah lawan. Jangan gunakan cara-cara yang tak elok baik ucapan apalagi perbuatan.
Masukan buat Salafi:
1. Rajin ke masjid saja belum cukup. Tapi harus rajin juga menyapa warga sekitar, senyum kepada mereka, dst. Apalagi jika di masjid umum. Lebih menjaga adab di masjid umum tersebut. Jangan terlihat ekslusif. Berbaur, sapa masyarakat, apalagi jika kita bukan Pribumi. Hormati sepuh-sepuh atau orang yang lebih lama di situ. Dialog dengan cara yg baik dan tak memaksakan ajaran yg kita bawa.
2. Dalam membantu kaum muslimin jangan pilih-pilih. Jangan hanya mau membantu yang satu kelompok saja. Siapapun yang butuh bantuan harus dibantu. Bahkan kepada orang kafir saja jika butuh bantuan kita bantu apalagi sesama Ahlul Qiblah.
3. Ketika menyebarkan dakwah secara luas dan masif baik lewat media sosial, media elektronik dan semacamnya, makin bijak lagi utamanya ketika membahas khilafiyah. Jangan menafikan khilafiyah. Apalagi dalam masalah fiqhiyyah. Jangan mudah keluar kata-kata ahli bid'ah dan semacamnya karena akan melukai sebagian kaum muslimin. Perluas lagi wawasan, perhalus lagi tutur kata, dan semacamnya. Apalagi ketika dakwah di masyarakat, lebih sabar dan tak tergesa-gesa mengingkari sesuatu yang bisa jadi ada keluasan di dalamnya.
4. Jaga terus kekompakan dan persatuan. Jangan lagi bertikai. Sebab jika mengaku Ahlus Sunnah, maka ia wajib bersatu. Harus malu dengan kelompok lain. Jangan sampai kelompok lain bilang, "Sudah sedikit, bertikai lagi." Meski kenyataan itu pahit, namun haruslah jadi renungan.
5. Jangan meremehkan kontra dakwahmu. Mereka memiliki ulama rujukan sebagaimana engkau pun memiliki ulama rujukan. Tetap jaga tradisi ilmiyyah dalam membantah lawan. Jangan gunakan cara-cara yang tak elok baik ucapan apalagi perbuatan.
Sekian dulu masukannya. Masih banyak sebenarnya cuma jangan panjang-panjang dulu deh lain waktu lagi. Diterima syukur tak diterima ya terserah. Namanya juga pandangan pribadi. Bisa jadi ada benarnya bisa jadi ada salahnya. Jadi jangan baper dulu. Utamakan introspeksi barangkali memang benar demikian. Allahu a'lam.
Robi Maulana Saifullah
8 Agustus 2020 pada 12.15 ·
#Robi Maulana Saifullah