Mazhab Kelima

Mazhab Kelima - Kajian Medina
Mazhab Kelima
By. Ahmad Sarwat, Lc.MA

Dulu sebelum kuliah Fakultas Syariah LIPIA,  saya pernah melontarkan sebuah pertanyaan usil kepada seorang ustadz bergelar Lc.

Meski rada usil, tapi sebenarnya saya serius tanya. Apakah di zaman modern ini masih terbuka kemungkinan munculnya mazhab fiqih baru, di luar mazhab yang empat? Sebutlah mazhab kelima. 

Ustadz tersebut menjawab ragu, tapi bilang yah pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Jadi ya mungkin-mungkin saja. Begitu jawabannya.

Hari ini, ketika saya sudah lulus kuliah Fakultas Syariah jurusan perbandingan mazhab, kalau ada yang bertanya kayak gitu, saya bilang gini,"Eh samaan, saya dulu juga pernah nanya kayak gitu".

Tapi jawaban saya beda dengan jawaban ustadz saya zaman dahulu. Saya akan jawab terus terang TIDAK BISA dan TIDAK MUNGKIN.

Kok gitu?

Nah, penjelasannya butuh ruang lebih panjang. Kalau mau baca silahkan. Gak mau ya gak apa-apa.

1. Melewati Ujian Waktu 12 Abad

Perjalanan keempat mazhab itu sudah melewati masa uji 12 abad lamanya. Imam Abu Hanifah wafat tahun 150 hijriyah. Mazhab Hanafi selalu diurutkan sebagai mazhab pertama. 

Dan Imam Ahmad bin Hambal wafat tahun 241 Hijriyah. Mazhabnya diposisikan pada urutan keempat. 

Sebenarnya di masa itu jumlah mazhab cukup banyak. Ulama pendirinya pun levelnya senior semua. Namun banyak yang berguguran di tengah jalan karena berbagai sebab. 

Keempat mazhab itu pun juga mengalami jatuh bangun juga. Khususnya mazhab Hambali yang sempat punah cukup lama. Dan baru  seratusan tahun terakhir ini saja, nyawanya seperti dikembalikan lagi ke jasadnya. 

Jasa yang luar biasa besar dilakukan oleh para penguasa Kerajaan Saudi Arabia. Mereka mengendors mazhab Hambali sekuat tenaga. Dana yang tidak pernah habis mereka gelontorkan terus, demi kembalinya nyawa mazhab Hambali. Dan alhamdulillah hidup lagi. 

Tapi sisanya sudah terkubur lama dan tidak ketahuan lagi dimana kuburannya. Kalau pun ada, kita hanya menemukan 'fosil' dan tulang-belulangnya saja. 

Berbeda dengan mazhab Hanafi, Syafi'i dan Maliki. Sampai hari ini ketiganya mendominasi dunia Islam. Plus menyusul di belakangnya ada mazhab Hambali. Kita ucapkan selamat menempuh hidup baru. Welcome to the jungle. New Reborn.

Jadi kalau hari ini ada orang punya ide mau bikin mazhab fiqih baru, kayaknya mending belajar sejarah perjalanan mazhab dulu deh. Biar tidak ke-pede-an dan ke-ge-er-an. 

2. Ilmu Fiqih Sudah Tuntas Dipetakan

Di abad ketiga belas hijriyah, wicis kira-kira 200-an tahun yang lalu, seluruh permasalahan hukum syariah sudah tuntas dipetakan oleh keempat mazhab di dalam kitab-kitab fiqih mereka.

Ibarat susuna berkala (the table of periodics) karya Dimirti Mendeleyev yang sudah selesai memetakan lebih dari 100-an unsur di tahun 1869. Bahkan meski ada unsur yang belum ditemukan, namun Mendeleyv berhasil memprediksi akan adanya unsur baru sesuai tabel yang dibuatnya. 

Germanium baru ditemukan tahun 1886 dan Mangan ditemukan tahun 1926. Sejak itu nyaris boleh dikatakan bahwa semua unsur di dunia ini sudah selesai tuntas dipetakan. 

Jadi kalau ada pertanyaan anak kelas 1 SMU yang baru belajar kimia, Apakah mungkin akan ditemukan satu unsur baru nantinya? Jawabnya mungkin-mungkin saja, tapi jangan kaget kalau Mbah  Mendeleyev sudah memprediksinya. 

Tapi kalau pertanyaannya agak sotoy,"Mungkinkah akan ada sebuah table periodik yang benar-benar baru yang berbeda 100% dengan punya Mbah Mendeleyev?".

Jawabannya ya tidak mungkin lah. Sebab seluruh ilmu kimia modern yang kita pakai hari ini, didasarkan pada apa yang telah diletakkan dasarnya oleh tablenya Mendeleyev itu. 

Tapi pertanyaan polos anak itu kemungkinan ada dua motifnya : 

Pertama, dia memang benar-benar tidak tahu, makanya bertanya. Dan ini perlu diberi penjelasan sebaik-baiknya. 

Kedua, otaknya tidak sampai, agak  -maaf- bebal dan nggak paham-paham juga pelajaran kimia. Makanya dia frustasi dan akhirnya jadi tanya yang ngawur-ngawur dan aneh-aneh. Intinya cuma mau ngocol dan ngeledek saja.

Kalau ternyata alasannya yang kedua, kita jadi tahu anak ini pasti sering bolos sekolah. Jangan-jangan kebanyakan baca novel spionase dan buku murahan tentang konspirasi. 

Intinya, dia nggak paham ilmu kimia. Alih-alih menghafalkan nama-nama 100-an unsur dan belajar reaksi kimia, ternyata  malah ngarang dan ngayal sendiri. 

Kalau saya jadi guru kimianya, pasti saya suruh panggil orang tuanya dan saya sarankan pindah jurusan. Saran saya bagusnya masuk kelas bahasa dan sastra, sekalian saya suruh menghayal bikin novel fiksi ilmiyah (science fiction).

Mazhab Fiqih tidak sesimpel yang sampeyan kira, Dul.

Ahmad Sarwat
14 Juni 2020· Dibagikan kepada Publik

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.