Banyaknya Orang Alim, Sedikitnya Orang Wira'i

Banyaknya Orang Alim, Sedikitnya Orang Wira'i - Kajian Medina
Banyaknya Orang Alim, Sedikitnya Orang Wira'i

Saya diberi kesempatan berkumpul dengan para penentu keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim selama 10 tahun. Di tengah seriusnya beliau-beliau membahas selalu banyak candaan. Kalimat 'kurang nyegoro', 'kitabnya kurang gede' dan sebagainya adalah bagian candaan saja untuk melengkapi dinamika adu argumentasi. Begitu kalimat itu dibawa keluar kok serius banget. 

Mengamalkan pendapat yang ketat dan berat adalah soal Wira'i. Sudah maklum kok di Mukadimah kitab Majmu' dijelaskan urutan pendapat ulama yang layak diikuti adalah Aura' (lebih Wira'i) untuk didahulukan.

Salah satu pendiri NU yang juga menjadi Rais Akbar, Hadlratusyekh KH Hasyim Asy'ari menulis dalam kitabnya Ziyadatu At-Ta'liqat (lihat gambar):

"Diantara yang sudah ditetapkan bahwa jika dalam 1 masalah terdapat 2 Qaul (pendapat Imam Syafi'i) atau 2 Wajh (pendapat ulama Syafi'iyah) maka tidak harus mengamalkan pendapat yang hati-hati dan paling berat. Sebab kesemuanya benar. Ini berlaku bagi orang-orang awam.

Sementara untuk orang-orang tertentu seperti para pemimpin agama, ahli fikih yang berorientasi akhirat dan ulama yang takut kepada Allah maka mereka mewajibkan kepada diri mereka sendiri untuk mengamalkan pendapat yang paling berat dan paling hati-hati."

Di kitab lain karya beliau, yakni Risalah Ahlissunah wal Jamaah, Kyai Hasyim Asy'ari menulis:

والتقليد بعد العمل جائز فلو صلى شافعي ظن صحة صلاته على مذهبه ثم تبين بطلانها في مذهبه وصحتها على مذهب غيره فله تقليده ويكتفي بتلك الصلاة

"Taklid setelah selesai melakukan ibadah adalah boleh. Jika  seorang  Madzhab  Syafi’i  mengira bahwa shalatnya sah dalam madzhab tersebut,  lalu setelah shalat ternyata  tidak sah menerut Madzhab Syafi’i,  tetapi  sah  menurut  Madzhab  yang  lain, maka dia boleh berpindah madzhab dan  shalatnya tetap menjadi sah."

Soal ikut Madzhab selain Syafi'i karena hajat atau tatabbu' ar-rukhas (mencari pendapat ringan) terjadi beda pendapat di kalangan ulama kita. Selain 4 madzhab juga masih ada 7 madzhab lain. Di kalangan ulama kita juga belum satu suara. 

Intinya, sesama santri membahas seberat apapun problematika umat jangan lupa sambil ngopi. Sebab "Dalam segelas kopi terdapat pahit dan manis menyatu dalam kehangatan".

Ma'ruf Khozin
5 Juni pada 06.57  · Dibagikan kepada Publik

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.