Terapi Kejut

Terapi Kejut - Kajian Medina
Terapi Kejut

Mungkin terjemahan dari shock therapy. Dulu zaman SMA saya hobi bikin training keislaman pakai model terapi kejut.

Adik-adik peserta itu kita doktrin dengan beragam kejutan. Mulai dari pengosongan bahwa tidak ada tuhan, kemudian setelah semalaman tidak bertuhan, besoknya baru diisi dengan nilai-nilai dasar keislaman.

Di tengah trainning ada lagi terapi kejut, biasanya tentang pertogutan. Bahwa semua orang itu kafir karena tidak pakai hukum Quran.

Di malam terakhir masuk terapi kejut ketiga, yaitu renungan malam. Lampu dimatikan, alunan musik diputar, instrukturnya mulai mengajak peserta merenungi dosa dosa sampai pada nangis keras-keras.

Pulang training keislaman, rasanya kayak sudah jadi panglima perang Salib. Semua orang itu kafir, semua ulama sesat, hidup kudu Islami, sedikit-sedikit Quran Sunnah, celana cingkrang, shalat ngangkang, pemerintah kudu digulingkan, kita mau ganti dengan negara Islam.

Puncaknya apalagi kalau bukan bai'at setia menyerahkan nyawa dan harta benda.

Tidak pakai jilbab berarti jahiliyah dan kafir, meski pun emak sendiri. Sekolah dan kuliah gak penting, yang penting itu dakwah. Dakwah itu maksudnya rekruitment memperbanyak pengikut.

Harta orang yang bukan anggota kita itu halal, boleh dirampas sebagai ghanimah, minimal jadi fai'.

Tapi itu dulu waktu masih rada-rada. Lama-lama kan jadi pinter juga.

Cuma kalau sekarang saya ngelihat anak-anak bau kencur kelakuannya kayak saya dulu, rasanya pengen pites aja. Tapi yang lebih saya kesel lagi justru instruktur yang mengajarinya, pengen banget saya pentogin jidatnya ke pojokan lemari.

Bukan apa-apa, hari gini masih pada clemotan aja. Ngajarin anak orang yang nggak bener.

Beginilah kalau pembinaan agama hanya mengandalkan terapi kejut, bukannya buka kitab duduk bersimpuh di depan para ulama. Sampai hari gini baca Quran pin masih berantakan.

Tapi kelakuannya kayak satu-satunya pahlawan pembela agama.

Ahmad Sarwat
19 Maret 2020 (10 jam ·)

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.