Kembali Jahiliyah Akibat Overdosis Manhaj

Kembali Jahiliyah Akibat Overdosis Manhaj - Kajian Medina
𝐊𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 𝐉𝐚̂𝐡𝐢𝐥𝐢̂𝐲𝐲𝐚𝐡 𝐀𝐤𝐢𝐛𝐚𝐭 𝐎𝐯𝐞𝐫𝐝𝐨𝐬𝐢𝐬 𝐌𝐚𝐧𝐡𝐚𝐣

Ternyata lagi ramai lagi soal issue "nikah beda manhaj"…

Sebenarnya hal ini pernah kita bahas di akun yang lama -yang sudah hangus- akan tapi tidak mengapa kita angkat lagi agar kaum Muslimîn TIDAK TERSESATKAN oleh kaum sesat lagi menyesatkan Neo Murji-ah Pendaku Salafiy itu.

⚠ Tulisan ini agak panjang, so bear with me ya? Bacanya pelan-pelan, dan semoga Allôh ﷻ berikan kepahaman.

… … … … …

Dahulu, di masa-masa-masa kejumudan madzhab, terjadi hal-hal berikut:
🔥 Di Masjidil Harôm, sampai ada 4 imâm sholât rowatib. Masing-masing satu untuk setiap madzhab melaksanakan sholât rowatibnya sendiri-sendiri.
🔥 Aqad bisa batal kalau beda madzhab, termasuk juga aqad nikah.

Fatal sekali…!

Maka kini sepertinya hal yang sama hendak direkayasa ulang kembali oleh gerombolan "manhaji", yaitu: kaum Neo Murji-ah Pendaku Salafiy (Salafiy Maz‘ûm), baik GPK Kokohiyyun maupun Sejatiyyun.

Lihat saja kelakuan mereka yang melabeli apa-apa dengan label "Sunnah", mulai dari "Ustâdz Sunnah", "Pengajian Sunnah", "Masjid Sunnah", "Travel ‘Umroh Sunnah", "Sekolah Sunnah", "Perumahan Sunnah", bahkan sampai es kepal dan lift pun dilabeli dengan label Sunnah.

Kalau dulu mereka hanya taraf melarang ikhwan / akhowat mengaji dengan asatidz di luar gerombolan mereka, lalu berlanjut melarang orang menikah dengan calon yang dianggap tidak semanhaj, maka kini sudah sampai menyuruh suami-istri bercerai karena "beda manhaj".

Padahal…

📌 Kata Allôh ﷻ di dalam firman-Nya:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

(arti) _“Sungguh-sungguh orang-orang mu’min itu bersaudara.”_ [QS al-Hujurot (49) ayat 10].

📌 Kata Baginda Nabî ﷺ:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُه ُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِه ِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَة ِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

(arti) _“Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lainnya. Tidak boleh menzhôliminya, dan tidak boleh pula menyerahkannya kepada orang yang hendak menyakitinya. Siapa saja yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allôh akan memperhatikan kebutuhannya. Siapa saja yang melapangkan kesulitan seorang Muslim, niscaya Allôh akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari Qiyâmat. Dan siapa saja yang menutupi kesalahan seorang Muslim, niscaya Allôh akan menutupi kesalahannya kelak di Hari Qiyâmat.”_ [HR al-Bukhôrî no 2442; Muslim no 2580; Abû Dâwud no 4893; at-Tirmidzî no 1426; Ahmad no 5388].

❕ Jadi persaudaraan itu adalah di atas "îmân" dan "Islâm" kepada Allôh ﷻ. Apabila pokok keenam "Rukun Îmân"nya sama, pokok kelima "Rukun Islâm"nya sama, maka dia adalah saudara seîmân dan seislâm yang wajib diberikan hak-haknya…!

☠ Tak ada yang namanya "saudara semadzhab", dan tidak pula "saudara semanhaj" – apalagi itu adalah manhaj bodong à la Neo Murji-ah yang ber‘aqidah mutant hybrid abominasi "murji-ah ma‘al hukkâm, khowârij ma‘âd du‘ât"…!

Sungguh kaum Neo Murji-ah itu hanya membawa kemunduran dan perpecahan kepada Ummat Islâm, dan lebih buruk lagi, mereka telah menjadikan ngustad-ngustad mereka sebagai tandingan Allôh ﷻ dalam pembuat Syari‘at.

Iya, bagaimana tidak?

☠ Mereka melarang menikahi sesama Muslim hanya karena beda manhaj, padahal Allôh ﷻ saja memperbolehkan laki-laki Muslim menikahi perempuan Ahlul-Kitâb yang menjaga kehormatannya.

📌 Kata Allôh ﷻ di dalam firman-Nya:

وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَهُمْ ۖ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ

(arti) _“Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi al-Kitâb itu halâl bagi kamu, dan makanan kamu halâl pula bagi mereka. (Dan dihalâlkan menikahi) Perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitâb sebelum kamu.”_ [QS al-Mâ-idah (5) ayat 5].

☠ Bahkan, kini mereka menyuruh-nyuruh pasangan bercerai karena alasan beda manhaj… maka sungguh-sungguh ini kelakuan Syaithôn kesayangannya Iblîs…!!!

Perhatikan…

📌 Kata Baginda Nabî ﷺ:

إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ

(arti) _“Sungguhnya Iblîs meletakkan singgasananya di atas air (lautan), kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata: "Sata telah melakukan begini dan begitu", Iblîs lalu berkata: "Kamu sama sekali belum berbuat sesuatu apapun!". Kemudian datang yang lain lagi dan berkata: "Saya tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga saya berhasil memisahkan antara dia dengan istrinya!", maka Iblîs pun mendekatinya dan berkata: "Sungguh hebat kamu!"”_ [HR Muslim no 2813; Ahmad no 13858].

‼️ Sebenarnya kelakuan begini telah dicontohkan oleh kaum Ahlul-Kitâb (Yahûdi dan Nashrônî) yang menjadikan orang-orang ‘alim dan rahib-rahib mereka sebagai sesembahan selain dari Allôh ﷻ.

Perhatikan…

📌 Kata Allôh ﷻ di dalam firman-Nya:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ

(arti) _“Mereka menjadikan orang-orang ‘alim dan rahib-rahib mereka sebagai robb-robb selain Allôh.”_ [QS at-Tawbah (9) ayat 31].

Ayat ini ditafsîrkan dengan hadîts yang diriwayatkan dari Shohâbat ‘Adî ibn Hatim رضي الله تعالى عنه bahwa ia pernah mendatangi Baginda Nabî ﷺ sedangkan di lehernya ‘Adî ada (kalung) salib yang terbuat dari emas.

📌 Kata Baginda Nabî ﷺ:

يَا عَدِيُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ وَسَمِعْتُهُ يَقْرَأُ فِي سُورَةِ بَرَاءَةَ ((اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ)) … أَمَا إِنَّهُمْ لَمْ يَكُونُوا يَعْبُدُونَهُمْ وَلَكِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا أَحَلُّوا لَهُمْ شَيْئًا اسْتَحَلُّوهُ وَإِذَا حَرَّمُوا عَلَيْهِمْ شَيْئًا حَرَّمُوهُ

(arti) _“Wahai ‘Adî, buanglah berhala itu darimu!” -dan ‘Adi mendengar Nabî membaca (ayat al-Qur-ân) Surat Barô-ah (at-Taubah)- “Mereka (orang-orang Yahûdi dan Nashrônî) menjadikan orang-orang ‘alim dan rahib-rahib mereka sebagai robb-robb selain Allôh.” … “Sungguh mereka itu (para pengikut) tidaklah ber‘ibâdah kepada mereka (orang-orang ‘alim dan rahib-rahib), akan tetapi jika mereka (orang-orang ‘alim dan rahib-rahib) menghalâlkan sesuatu untuk mereka (para pengikut), maka mereka (para pengikut) pun menganggapnya halâl . Jika mereka (orang-orang ‘alim dan rahib-rahib) mengharômkan sesuatu untuk mereka (para pengikut), maka mereka (para pengikut) pun menganggapnya harôm.”_ [HR at-Tirmidzi no 3095].

Di dalam riwayat lain:

‘Adî ibn Hatim pernah mendatangi Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم sedangkan pada lehernya terdapat (kalung) salib yang terbuat dari emas. Kemudian ‘Adi mendengar Nabî ﷺ membaca (ayat al-Qur-ân):

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّه

(arti) _“Mereka (orang-orang Yahûdi dan Nashrônî) menjadikan orang-orang ‘alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb (tuhan-tuhan) selain Allôh.”_

‘Adî ibn Hâtim berkata: "Wahai Rosûlullôh, sungguh mereka itu (para pengikut) tidaklah ber‘ibâdah kepada mereka (orang-orang ‘alim dan rahib-rahib)?"

Jawab Baginda Nabî ﷺ:

أَجَلْ ، وَلَكِنْ يُحِلُّوْنَ مَا حَرَّمَ اللهُ فَيَسْتَحِلُّونَهُ وَيُحَرِّمُوْنَ عَلَيْهِمْ مَا أَحَلَّ اللهُ فَيُحَرِّمُوْنهُ ، فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ لَهُمْ

(arti) _“Iya, akan tetapi ketika mereka (orang-orang ‘alim dan rahib-rahib) menghalâlkan apa yang Allôh harômkan, lalu mereka (para pengikut) pun menganggapnya halâl. Dan ketika mereka (orang-orang ‘alim dan rahib-rahib) mengharômkan apa yang Allôh halâlkan, maka mereka (para pengikut) pun menganggapnya harôm. Itulah per‘ibâdahan mereka (para pengikut) kepada mereka (orang-orang ‘alim dan rahib-rahib).”_ [HR al-Baihaqî, Sunan al-Kubrô I/166].

☠ Ternyata, kelakuan Ahlul-Kitâb (Yahûdi dan Nashrônî) itu ditiru betul oleh kaum Neo Murji-ah Pendaku Salafiy itu…!!!

Iya, kaum Neo Murji-ah Pendaku Salafiy itu adalah copycat dari Ahlul-Kitâb yang dicela oleh Allôh ﷻ pada ayat suci QS at-Tawbah ayat 31 karena , dan itu terbukti dari kelakuan mereka yang menta'ati dan menjadikan ngustad-ngustad mereka itu sebagai tandingan terhadap keta'atan terhadap Allôh ﷻ, yaitu ketika:
🔥 Ngustad-ngustadnya melarang ikhwan / akhowatnya menikah dengan akhowat / ikhwan lain yang tidak semanhaj, maka mereka pun mendengar dan ta'at.

Apabila hadîts mulia ‘Adî ibn Hatim رضي الله تعالى عنه tersebut diterapkan di Zaman Now kepada kaum Neo Murji-ah Pendaku Salafiy itu, maka kira-kira akan seperti ini…

… … … … …

Seorang ikhwan datang ke hadapan seorang syaikh, di mana ikhwan tersebut sangat bangga memakai baju yang ada logo jaringan radio / tv da‘wah yang terafiliasi dengan ngustad-ngustadnya…

Lalu sang Syaikh berkata: "Inilah orang yang meng‘ibâdahi ngustad-ngustadnya!"

Si Ikhwan pun sangat kaget, lalu ia segera menjawab: "Wahai Syaikh, bagaimana mungkin kami meng‘ibâdahi guru-guru kami…?!?"

Lalu sang Syaikh berkata: "Bukankah ketika ngustad-ngustad kalian itu melarang kalian menikahi dengan akhowat yang beda pengajian dengan kalian dengan alasan beda manhaj, padahal Allôh ﷻ bahkan memperbolehkan laki-laki Muslim menikahi perempuan Ahlul-Kitâb, maka kalian menta'ati ngustad-ngustad kalian itu?"

"Iya betul…" jawab si Ikhwan.

Syaikh melanjutkan: "Bukankah ketika ngustad-ngustad kalian melarang kalian untuk menimba ‘ilmu dari asatidz yang ada di luar gerombolan kalian dengan alasan tidak boleh berprinsip "ambil baiknya dan buang buruknya" karena itu adalah "Manhaj Lalat" dan layaknya "maling sandal di Masjid", maka kalian pun menta'ati ngustad-ngustad kalian itu, padahal para asatidz yang ada di luar gerombolan kalian itu juga mengajarkan al-Qur-ân dan as-Sunnah?"

"Iya betul…" jawab si Ikhwan itu lagi.

"Maka begitulah cara kalian meng‘ibâdahi ngustad-ngustad kalian di stasiun radio / tv itu!" tutup sang Syaikh.

… … … … …

❔ Maka pertanyaannya bagi kita, Ummat Islâm, adalah: apakah masih mau merujuk perkara agama kepada ngustad-ngustad hizbiy pemecah belah Neo Murji-ah Salafiy Maz‘ûm (baik sekte Kokohiyyun maupun sekte Sejatiyyun) itu…???

▪ IQ itu given, stupid itu pilihan.

❤ Kita berdo'a:

اللّهُـمَّ إِنِّـي أَعـوذُ بِكَ أَنْ أَضِـلَّ أَوْ أُضَـل أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَل أَوْ أَظْلِـمَ أَوْ أَظْلَـم أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُـجْهَلَ عَلَـيّ
{allôhumma innî a-‘ûdzubika an adhilla aw udholla aw azilla aw uzalla aw azhlima aw uzhlama aw ajhala aw yujhal ‘alayya}

(arti) "Wahai Allôh, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan oleh orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan oleh orang lain, dari menzhôlimi diriku atau dizhôlimi oleh orang lain, dari berbuat kebodohan atau dibodohi oleh orang lain."

Kembali Jahiliyah Akibat Overdosis Manhaj - Kajian Medina
Arsyad Syahrial
3 Februari 2020 (13 menit)·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.