Satu kitab di antara karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh yang membuat saya tertarik membacanya sejak dulu adalah kitab di bawah ini.
Beliau beserta jumhur ulama lainnya masih memasukkan hadits dhaif baik dalam doa-doa atau dalam hal fadhail 'amal. Sependek pengetahuan saya itu adalah Mazhab Jumhur ulama sejak zaman baheula.
Kitab di bawah ini, mendapat respon dari Syaikh Al-Albani rahimahullāh. Lalu ditulislah kitab dengan tambahan di depannya. Shahih Al-Kalim Ath-Thayyib. Sebab barangkali menurut beliau, banyak hadits yang perlu diperbaiki, karena mungkin itulah Mazhab yang dipegang Al-Albani, bahwa semua harus hadits shahih meski dalam bab fadhail 'amal.
Meski sudah ada kitab dari Syaikh Al-Albani, tapi entah kenapa saya lebih menyukai kitab utuh dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tersebut. Sebab Mazhab yang saya pegang pun sama seperti Ibnu Taimiyah. Bahwa hadits dhaif itu masih bisa dijadikan pegangan dalam hal doa dan fadhail amal misalnya.
Oya, hadits dhaif itu bukan berarti palsu ya. Sebab kadang satu ulama menilai itu dhaif dan yang lain bisa menilai hasan, dan seterusnya. Munculnya orang-orang yang mempermasalahkan hadits dhaif dalam doa atau fadhail amal, bisa jadi mereka tidak tahu bahwa itu adalah Mazhab Jumhur Ulama. Lihat saja contohnya kitab Musnad Imam Ahmad, isinya tak semua hadits shahih.
Robi Maulana Saifullah
27 Desember pukul 13.39 ·
Komentar :
Alfan Edogawa : Ijin usul, ustaz.
Dipostingan berikutnya, alangkah baiknya jikalau mengulas tentang bagaimana berinteraksi dengan hadis daif yang baik dan benar.
Karena tidak sedikit asatizah yg mengampanyekan bolehnya beramal dg hadis daif tanpa disertai dengan penjelasan yang mapan tentang bagaimana berinteraksi dengan hadis daif tsb.
Sehingga, orang yang awam ilmu hadis banyak yang salahpaham.
Robi Maulana Saifullah : Coba antum saja dulu yang mengulasnya, Ustadz. Barangkali saya terluputkan faidahnya dari antum. Atau barangkali kita ada sisi yang tak sepakatnya 😀
Kalau bisa ulas juga tentang orang yang mengkampanyekan harus hadits shahih semua, tetapi kadang shahihnya hanya menurut ulama panutannya saja, padahal bisa jadi berbeda pandangan, sebab menilai hadits pun itu ijtihad.
Kampanyekan juga bahwa jumhur ulama menilai hadits dhaif tak masalah dalam doa atau fadhail amal. Agar tidak jadi keributan di tiap tahun contohnya, seperti ribut doa allahumma laka shumtu yang dinilai ulama sebagai hadits tidak Shahih, bisa jadi disebabkan yang ribut ini tidak menjelaskan bahwa itu Mazhab Jumhur ulama bolehnya mengamalkan hadits dhaif. Di mana doa itu pun ada dalam kitab Al Kalim Ath-Thayyib juga, Ibnu Utsaimin pun tak terlalu mempermasalahkan, termasuk sebelumnya dijelaskan Imam Nawawi. Allahu a'lam.
Muhammad Ekalaya : biasanya ustadh Nouman Ali Khan suka membahas hadits dhaif yang terkait dengan hadits hasan dan hadits shahihcukup mudah dipahami orang awam seperti saya
Amar Mubarok Betul murid nya yg bernama ibnul qoyyim juga berpendapat sama dalam ilamul mauqiin lebih baik pake hadist dhoif dari pake qiyas atau pendapat (royun) bahkan dalam kitab ar ruh ibnul qoyyim meyebutkan hadist talqin mayit setelah dikubur plus penjelasan terkait baca al quran utk mayit tidak ada kata2 bidah
Robi Maulana Saifullah : Amar Mubarok Masalahnya kitab Ar-Ruh itu juga ada yang meragukan bahwa itu milik Ibnul Qayyim, yang meragukan salah satunya biasanya yang kurang sepakat dengan isinya yang seakan bertolak belakang dari pemikirannya.2
Amar Mubarok : Robi Maulana Saifullah hahahhaa rata2 begitu tapi klu ilamul mauqiin sepakat
Robi Maulana Saifullah : Amar Mubarok Ya kalau itu sepakat. Makanya saya lebih senang dan tenang kalau Salafi itu ditangan Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim, sebab mereka banyak sepakatnya dengan para ulama kaum muslimin sejak baheula, contohnya dalam kasus itu hadits dhaif atau amaliah lainnya dibandingkan Salafi zaman sekarang. Allāhu a'lam.
Amar Mubarok : Robi Maulana Saifullah iya klu kita lihat disiplin ilmu mustolah hadist mulai dari imam romahurmuzi - ibnu sholah-khotib al baghdadi-ibnu katsir -imam nawawi sampe as suyuthi dg karyanya tadribuŕowi kesimpulanya sama terkait hadist dhoif menurut jumhur .tiba2 orang sekarang hadist dhoif disamakan dg hadist maudhu padahal hadist dhoif ada tingkatan atau levelnya .
#Robi Maulana Saifullah