Bila anda orang jawa, pasti mengerti maksud dari ucapan di atas, namun bagi yang tidak menguasai bahasa jawa, maka ungkapan di atas semakna dengan : dipukul rata, alias generalisasi.
Sebagian oknum mengidap penyakit: malas berpikir, maunya semua urusan disikapi sesuka hatinya, alias diambil mudahnya, contohnya: anggapan asal kafir maka boleh dibantai, asal kafir pasti wajib diperangi, boleh dirampas hartanya, dan .....dan ...
Sebaliknya: asal masih menggunakan kata kafir, atau munafiq, atau bid'ah berarti ekstrim, atai radikal, atau siap siap merakit bom, atau teroris KW2.
Sobat, pahamilah bahwa kafir, kemunafikan, atau bid'ah adalah status tindakan, sedangkan pelakunya tentu berbeda beda.
Sebagai contoh: sekedar mengetahui status seseorang sebagi orang kafir, ternyata belum cukup untuk bisa menentukan sikap secara tepat kepadanya:
Anda harus lebih jauh mengenali jenis kekafiran orang tersebut , karena status kafir tuh ternyata ada 4 macam:
1) Kafir Harbi: orang kafir yang tinggal di negri kafir dan nyata nyata mengumandangkan peperangan terhadap ummat Islam.
2) Kafir Mu'ahad: orang kafir yang tingal di negri yang menjalin perjanjian damai atau gencatan senjata dengan negri Islam.
3) Kafir Musta'man: orang kafir yang tinggal di negri kafir dan ia masuk ke negri Islam dengan izin (suaka) baik dari pemerintah, atau perorangan (semisal calling visa).
4) Kafir Zimmy: yaitu orang kafir yang tinggal di negri Islam dengan kewajiban tunduk terhadap hukum yang berlaku di negri Islam dan dengan kewajiban membayar upeti (jizyah).
Jadi kalau anda terbiasa "podo podo kafir" itu pertanda anda baru kenal judul, belum tahu isi.
Sebagaimana bila anda berkata: selama masih menggunakan kata kafir, berarti ia siap siap merakit bom, bertindak anarkis, maka itu pertanda anda harus lebih banyak duduk di majlis ilmu.
Namun demikian, bila anda ternyata terbiasa menggunakan standar "pokoke", sing penting podo kafire, atau podo podo masih menggunakan kata "kafir" maka saya hanya bisa ambil langkah seribu, bila berhadapan dengan anda, sambil berkata: "Selamat tinggal, kawan". Dan selanjutnya saya akan selalu memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala agar dijauhkan dari kejahatan makhluq-makhluq-Nya.
Semoga bermanfaat.
Dr Muhammad Arifin Badri
31 Desember 2019 pukul 22.24 ·
#Dr Muhammad Arifin Badri