Kitab Besar Yang Dikecilkan

Kitab Besar Yang Dikecilkan - Kajian Medina
KITAB BESAR YANG DIKECILKAN

Ada beberapa kitab besar yang dibuat berukuran kecil dan ringkas. Kenapa disebut besar? Sebab isinya adalah intisari dari berbagai ulasan yang luas dan mendalam. Namun sengaja dibuat seringkas mungkin tanpa keterangan yang memadai.

Nasib kitab seperti ini biasanya secara umum dianggap "biasa saja" dan seringkali jadi bahan pelajaran untuk pelajar pemula. Kecanggihan isinya jarang sekali tereksplorasi dengan baik, kecuali ketika diajarkan oleh orang yang ahli.

Ambil contoh kitab Al-Arbain An-Nawawiyah dan kitab Bulughul Maram. Kedua kitab hebat ini biasanya bernasib agak tragis hanya jadi kitab dasar yang biasa-biasa saja dan jadi bahan kajian umum yang pendengarnya orang-orang awam.

Padahal, Arba'in karya Imam Nawawi adalah hadis-hadis pilihan yang menjelaskan berbagai ajaran inti agama Islam mulai dari level Iman (akidah), Islam (fikih) dan Ihsan (tasawuf). Tiap hadisnya memerlukan waktu sangat panjang bila dijelaskan secara lengkap dan jelas bukan konsumsi yang mudah dicerna bagi orang awam.

Adapun Bulughul Maram adalah kumpulan hadis-hadis hukum (fikih) dari berbagai bab. Urutan penyajian dan pilihan hadisnya sangat sistematis, bukan asal sebut secara acak. Isinya adalah dalil-dalil fikih pilihan dalam mazhab Syafi'i (dan mazhab lainnya) yang oleh para ulama ahli fikih diramu sedemikian rupa dengan ushul fiqh sehingga menghasilkan pelajaran fikih siap saji. Bila hadis-hadis dalam kitab ini sekedar dibaca dan diterjemah tanpa diterangkan bagaimana mengolah dan memasak tiap bab secara utuh hingga berubah menjadi produk fikih mazhab Syafi'i, maka akan sekedar jadi kumpulan hadis biasa tak ubahnya kitab-kitab hadis lain.

Tapi mungkin karena saking hebatnya pengarang kedua kitab tersebut, kitabnya mau dibahas secara layak di level berat bisa tapi dibahas sederhana dan simpel untuk kalangan umum juga bisa. Namun, kalau dibahas simpel hanya sekedar terjemah dan sedikit bumbu keterangan, dan ini yang biasanya terjadi, kehebatan pengarangnya tak terasa di telinga pendengar. Akhirnya banyak santri pemula yang menganggap Imam Nawawi dan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani biasa-biasa karena kitabnya diajarkan di level yang biasa-biasa juga. Tak sadar mereka kalau penulisnya adalah ulama yang berada di level sangat tinggi dalam strata keilmuan mazhab Syafi'i.

Ini hanya dua contoh. Anda tahu contoh lainnya? silakan berbagi di komentar.

Abdul Wahab Ahmad
16 Juli 2019·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.