Oleh: KH. DR. Miftah el-Banjary, MA
[Alumnus Doktoral Arab League Cairo]
*PERMASALAHAN I:*
*APAKAH BENAR TAK ADA CAHAYA MENYERTAI KELAHIRAN NABI MUHAMMAD?*
"Nabi lahir biasa saja, tidak mengeluarkan sinar." (Gus Muwafiq)
Saudara Ahmad Fauzan Rafiq menyatakan statementnya:
Faktanya: dalam kitab-kitab sirah memang tidak ada keterangan bahwa Nabi lahir sembari mengeluarkan sinar, yang terjadi sebenarnya adalah keadaan langit saat kelahiran beliau sangat terang benderang penuh cahaya. (Referensi : Kitab An-Ni'mat Al-Kubro alal Alam)
*Bantahan:*
*_Pertama: Dalam Banyak Kitab Turats Klasik Banyak Disebutkan Kelahiran Nabi Muhammad Saw Disertai Cahaya Terang Benderang._*
Riwayat kelahiran Sayyidil Musthafa yang bertabur cahaya bukan kisah dongeng yang dilebih-lebihkan.
Namun, memang realitas dan fakta sejarah yang bersumber dari periwayatan yang terpercaya, tsiqah dan diriwayatkan oleh para ulama muhadtsin yang tidak diragukan lagi soal kredibiltasnya.
Kisah itu cukuplah menunjukkan bahwa kelahiran Rasulullah merupakan rahmat bagi alam semesta, yang tentu saja berbeda dengan kondisi manusia biasa pada umumnya.
Ada banyak literatur yang menunjukkan bahwa kelahiran Rasulullah disertai cahaya. Diantaranya:
*1. _Kitab: Rahiq al-Makhtum karya Syekh Shafi ar-Rahman al-Mubarakafury, hal. 50_*
Dalam kitab tersebut Syekh Shafi ar-Rahman mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Sa'id bahwa ibunda Rasulullah Saw pernah mengungkapkan realita cahaya itu saat melahirkan putranya:
لما ولدته خرج من فرجي نور أضاءت له قصور الشام
"Manakala aku melahirkan Muhammad memancar dari farji-ku *NUR* yang menerangi hingga tampak imperium Romawi di Syam".
_Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya no. hadits 127, 128, 158 dan 262 dan Imam ad-Darimi hadits no. 9. Ibnu Said Juz 1 hal. 63._
Ditambahkan pula penjelasan di kitab tersebut bahwa cahaya yang menyertai kelahiran Nabi Muhammad Saw merupakan Irhash, pertanda permulaan kenabian, dimana cahaya itu memancar menerangi kota Makkah, sehingga tampaklah imperium Romawi.
_Riwayat ini juga dikutip oleh Imam at-Thabari juz 2 hal. 166, Imam Baihaqi juz 1 hal. 126-127, al-Bidayah wa Nihayah juz 2 hal. 268-269._
2. *_Kitab: Al-Khashais al-Kubra Karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi Juz 5 hal. 83._*
Imam Jalaluddin as-Suyuthi seorang Imam Muhaditsin sekaligus ulama ahli tafsir juga mengutip riwayat perkataan Sayyidah Aminah ibunda Rasulullah:
ورأیت نوراً ساطعا من رأسه حتی بلغ السّماء
“Aku (Sayyidah Aminah) melihat *Cahaya berkilauan* (saat Muhammad lahir) yang menyilaukan dari kepalanya hingga sampai ke langit.”
3. *_Kitab: ‘Uyunul Atsir Karya Hafidz Abi al-Fath Muhammad al-Ya’mari Hal. 81._*
Ibn as-Sakan menyebutkan hadits Utsman bin Abi al-Ash dari Fathimah binti Abdillah bahwasanya ia menyaksikan cahaya pada suatu malam peristiwa kelahiran Muhammad Saw dengan mengatakan:
فما شیئ أنظر إلیه من البیت إلا نور ..
“Tiada yang aku lihat dari rumahku, melainkan *Nur, cahaya yang terang benderang*.”
Ucapan Fathimah bin Abdillah ini juga dikutip oleh Imam at-Thabari dalam kitab Tarikh Thabari juz 2 hal. 157.
4. *_Kitab Maulid “Simthu-Durar” Habib Ali bin Muhammad al-Habsy yang Mengutip riwayat Abdurrahman bin Auf:_*
فقد ورد عن عبد الرحمن بن عوف عن أمه الشفاء رضي الله عنهما, قالت لما ولدت آمنة رضي الله عنها رسول الله صلى الله عليه وسلم وقع على يدي فاستهل فسمعت قائلا يقول رحمك الله أو رحمك ربك. قالت الشفاء فأضاء له ما بين المشرق و المغرب,حتى نظرت إلى بعض قصور الروم، قالت:ثم ألبسته و أضجعته فلم أنشب أن غشيتني ظلمة و رعب وقشعريرة عن يميني..
Sebagaimana diriwayatkan Abdurrahman bin Auf dari ibunya bernama Syaffaa’ (semoga Allah meridhai keduanya). Pada saat Rasulullah Saw dilahirkan oleh Aminah. la kusambut dengan kedua telapak tanganku.
Dan terdengar tangisnya pertama kali. Lalu kudengar suara berkata, "Semoga rahmat Allah atas dirimu.’ Dan aku pun menyaksikan *Cahaya benderang* di hadapannya. Menerangi timur dan barat, hingga aku dapat melihat, sebagian gedung-gedung bangsa Rum."
5. *_Riwayat Syekh Abdurrahman bin Ali Ad-Dibai Menjelang Detik-Detik Kelahiran Nabi Muhammad dengan langit yang memancarkan terang dari bias Nur Nabi Muhammad Saw._*
فَاهْتَزَّ اْلعَرْشُ طَرَبًا وَاسْتِبْشَارًا . وَازْدَادَ اْلكُرْسِيُّ هَيْبَةً وَوَقَارًا. وَامْتَلَأَتْ السَّمَوَاتُ أَنْوَارًا...
"Arsy berguncang karena sangat senang dan bahagia, bertambahlah kehaibahan kursi Allah Swt, langit pun dipenuhi dengan *Cahaya* .."
6. *_Hadits Riwayat Abdur Razaq_*
روى عبد الرزاق بسنده عن جابر بن عبد الله الأنصاري قال: قلت يا رسول الله بأبي أنت وأمي أخْبِرْني عن أول شيء خلقَه الله تعالى قبل الأشياء، قال: “يا جابر فإن الله تعالى خلق قبل الأشياء نور نبيك من نوره..
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dari Jabir bin Abdullah al-Anshari, dia berkata:
"Ya Rasulullah, demi ayah ibuku, beritahukan padaku apakah makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah sebelum penciptaan alam semesta ini?
Nabi Saw menjawab: "Wahai Jabir, sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan *Nur Nabimu (Muhammad)* lebih dahulu dari alam semesta ini...."
7. *_Kitab "Al-Anwar al-Muhammadiyyah" karya Al-Imam Yusuf bin Ismail an-Nabhani, hal. 8._*
لما تعلقت إرادة الله تعالى بإيجاد خلقه أبرز الحقيقة المحمدية من نوره..
"Manakala Allah Swt dengan iradah-Nya berkehendak menciptakan ciptaan-Nya dia ciptakan Hakikat Muhammad yang tercipta dari *Nur Muhammad* _Shallallahu alaihi wassalam_ daripada Nur-Nya.."
8. *_Maulid Azzab karya Syekh Muhammad Azzab_*
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي قَدْ اَوْجَدَا # مِنْ نُّوْرِهِ نُوْرًا بِهِ عَمَّ الْهُدَى
سَبَقَ الْعَوَالِمَ فِي الْوُجُوْدِ بِاَسْرِهَا # فَالْكُلُّ مِنْهُ فِي الْحَقِيْقَةِ مُبْتَدَا
اَعْنِي بَذَلِكَ نُوْرَ مَنْ سَادَى الْوَرَى
*"Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan daripada _Nur-Nya_ sebuah cahaya yang menerang segala penjuru alam semesta. Lebih dahulu cahaya itu diadakan dari segala penciptaan semesta dengan Rahasia-Nya. Maka semua darinya menjadi hakikat asal penciptaan itu dimulai. Yang aku maksudkan adalah _Nur-nya_ baginda Rasulullah.*"
Masih banyak lagi literatur lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang menunjukkan betapa banyaknya periwayatan tentang munculnya *Nur yang mengiringi kelahiran Rasulullah*.
Jadi, sungguh *DUSTA* jika tidak ditemukan periwayatan tak ada lagi Cahaya pada malam kelahiran Rasulullah Saw.
Masih banyak fakta sejarah berdasarkan periwayatan shahih yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Hanyasanya bagi orang yang mata hatinya kotor tidak akan mampu melihat fakta itu secara jujur dan yakin.
Mungkin sebagian mereka yang tak meyakininya akan kembali mempergunakan nalar akalnya yang terbatas dengan mempertanyakan bagaimana bentuk dan hakikat cahaya itu, apakah seperti sinar laser, sinar lampu LED atau kah seperti sinar senter dan pertanyaan konyol lainnya.
Padahal ketika dia diminta untuk menjelaskan bagaimana kondisi hati orang yang diterangi cahaya hidayah atau cahaya kelapangan, apakah mesti membutuhkan sinar seperti laiknya sebuah lampu, tentu dari pertanyaan itu sudah cukup membuat dia bungkam.
Terlebih lagi mengenai Hakikat Nur, cahaya Rasullah, yang bukan saja menyertai kelahiran baginda kita Rasul yang mulia, bahkan cahaya itu tetap ada di dalam hati para pencinta Rasulullah adalah sesuatu yang tidak bisa dinalarkan secara akal yang pendek dan terbatas.
Menurut para ulama, Hakikat Cahaya itu hanya Allah yang mengetahui-Nya. Kita tinggal meyakini dan mengimaninya, sebab keimanan dari sesuatu yang tidak mampu kita nalarkan adalah puncak kecerdasan manusia yang menyadari keterbatasan dan kedhaifannya.
Nur yang menyertai kelahiran Nabi Muhammad itu Hakiki pada realitasnya, namun majazi dalam bentuk,rupanya dan kaifiatnya. _Wallahu’alam_
*_Kedua: TIDAK JUJUR DALAM KUTIPAN!_*
Saudara Ahmad Fauzan Rafiq melandaskan pada referensi kitab _“An-Nikmatul Kubra ‘ala “Alam”_ karya Ibnu Hajar al-Haitami, namun dia memungkiri banyak sekali penjelasan dan keterangan bahwa betapa Rasulullah itu diliputi *Nur dan memancarkan Nur.*
Pada pembukaan kitab itu saja jelas tercantum kalimat:
الحمد الله نوّر وقوَی هذه الأمّة الضعیفة بوجود محمد سید المرسلین
“Segala puji bagi Allah yang menerangi (dengan *Nur-Nya)* dan menguatkan umat yang lemah ini dengan dihadirkannya Muhammad penghulu para Nabi.”
Maknanya apa?
Maknanya bahwa Nabi Muhammad memang diutus menjadi *Nur* petunjuk bagi umat ini.
Kelahirannya membawa cahaya penerang. Sinar yang memancar manakala dilahirkan di muka bumi. Apakah lantas saudara akan berkata, “Nabi tidak bersinar dan bercahaya!”
*_Ya, subtansi Nur membawa Nur. Materi cahaya yang akan tetap melekat dengan cahaya itu sendiri._*
Saya harap nalar logika saudara mampu berfungsi dengan baik sampai di sini.
Selanjutnya, masih dalam pembuka kitab _“An-Nikmatul Kubra ‘ala “Alam”_ dia juga melewatkan paragraf berikut di bawah:
وکان أول ما خلق الله نور نبيك يا جابر فلذا جعله فی الرتبة العزمیة المقدم
“Awal makhluk yang Allah ciptakan adalah *Nur Nabimu*, wahai Jabir! Maka dari Nur itu dijadikan martabat bahan penciptaan selanjutnya.”
Essensi Nur yang dipilih dari penciptaan terbaik adalah baginda Rasulullah: *_Apakah akan tetap dia katakan kelahirannya Nabi Muhammad tidak mengandung cahaya?*_
Sdr. Ahmad Fauzan Rofiq tampak tergesa-gesa mengambil kesimpulan demi sebuah pembelaan, tanpa membaca dan membandingkan referensi lainnya secara seksama.
Mengapa syair-syair yang bertebaran pada kitab tersebut yang menjelaskan tentang keutamaan Nur-nya baginda Rasulullah _shallallahu alahi wassalam_ tidak dikutip dan dipahami dengan baik, padahal konteksnya masih berkenaan dengan Nur Rasulullah pada bab Maulidnya?!
أنوار محمد فی جبینه ناشرة صلو علیه وسلموا فی العاشرة
نور البهی من الشمس یا مولایا غدا من نار القویا
Sampai di sini saya melihat pemahaman sdr. Ahmad Fauzan Rofiq ini tidak kompherehensif, memahami teks sepotong-potong, tidak jujur dalam melandaskan pada literatur, dan tidak mampu memahami intertex dan intertektual secara baik dan matang, tergesa-gesa dan terkesan hanya melakukan pembenaran dan pembelaan yang tidak objektif dan tidak ilmiah.
*PERMASALAHAN NO: 2*
*_Tubuh Nabi saat masih kanak-kanak mrembes dan degil. (Gus Muwafiq)*_
Saudara Ahmad Fauzan Rafiq menyatakan statementnya:
_Fakta: Itu memang kondisi umum anak-anak pada masa itu.
(Referensi : Kitab Ar-Rohiq al-Makhtum)_
*Bantahan:*
_*Pertama: KAZZAB! KUTIPAN DIBUAT-BUAT!*_
Kutipan bahwa Nabi Muhammad sewaktu masih anak-anak mrembes dan degil, tidak ditemukan sama sekali di kitab yang saudara sebutkan!
Tidak ada satu kalimat pun dalam kitab _Arrahiq al-Makhtum_ yang menerangkan hal tersebut! Justru yang ada di kitab tersebut :
فكان صلى الله عليه وسلم يأتي وهو غلام جفر حتى يجلسه عليه (الرحیق المختوم ص: 53)
Nabi Muhammad shallahu alahi wassalam datang satu ketika ke tempat Abdul Mutthalib, Nabi Muhammad ketika itu masih kecil ( غلام ) (جفر) artinya yang sangat sehat dan kuat.
_*Kedua: KELANCANGAN MENGATAKAN NABI MUHAMMAD DEKIL dan KOTOR!*_
Betapa banyak riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah semasa lahirnya saja sudah bersih, berkhitan dan bercelak. Silahkan baca _Kitab Uyunul Atsir_ hal. 86 dan Ar-Raudh al-Anf Juz 1, hal 181:
وولد صلی الله علیه وسلم معذوراً مسروراً أی مختونا مقطوع السرة ووقع إلی الأرض مقبوضة أصابع یده مشیرا بالسبابة کالمسبح بها.
Masa kecilnya dibelah dadanya beberapa kali oleh Jibril dan dibersihkan _Hadzus Syaitan_, tempat bersarang syaitan yang biasa terdapat pada setiap manusia. (Lihat dan baca lagi pada _Kitab: Ad-Dardir fi al-Mi’raj_)
Masa kecilnya juga terpelihara wajahnya segar, rambutnya berminyak, bersih, aroma tubuhnya mengeluarkan bau wangi.
Ini merupakan Irhash, kejadian luar biasa yang terjadi pada diri seseorang yang belum diangkat menjadi seorang nabi. Setelah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, baru lah dinamakan Mukjizat. Ini orang pilihan yang benar-benar dipilih dari manusia terpilih. Manusia terbaik dari yang terbaik.
*PERSOALAN NO. 3:*
*NABI MUHAMMAD SEWAKTU TAK TEURUS KETIKA DIASUH OLEH KAKEKNYA ABDUL MUTHALIB*
"Nabi tidak begitu terurus ketika diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib." (Gus Muwafiq)
Statetement Ahmad Fauzan Rofiq: Maksudnya: kasih sayang dan pelayanan kakek tentu tak sehebat kasih sayang dan pelayanan orang tua sendiri. Jadi, bukan lantas dipahami "terlantar". (Referensi : Kitab Al-Kamil fi al-Tarikh)
Bantahan: *_TIDAK JUJUR DALAM KUTIPAN!_*
Di dalam kitab _“Al-Kamil fi Tarikh”_ tidak ada sama sekali keterangan bahwa nabi tidak begitu terurus! Justru fakta yang kami temukan yang ada dalam kita tersebut:
قال ابن اسحاق ولما مات عبد المطلب صار رسول الله في حجر عمه أبي طالب بوصية من عبد المطلب إليه بذلك لما كان يرى من بره به وشفقته وحنوه إليه
“Ketika wafat kakeknya Abdul Mutthalib, maka Rasullah berada dalam asuhan pamannya Abu Thalib dengan wasiat dari Abdul Muthalib disebabkan rasa kepedulian serta kecintaan beliau pada Muhammad”.
Silahkan juga baca dan buka lagi kitab _“Rahiq al-Maktum_ dan _Sirah Ibnu Hisyam”_:
*وكان يوضع لعبد المطلب فراش في ظل الكعبة لا يجلس عليه أحد من أهل بيته ولا أحد من اشراف قريش اجلالا له فكان بنوه وسادات قريش يحدقون به فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم يأتي وهو غلام جفر أي شديد قوي حتى يجلس عليه فيأخذه اعمامه ليؤخروه عنه فيقول عبد المطلب دعوا ابني فوالله إن له لشأنا ثم يجلسه عليه ويمسح ظهره ويسره ما يصنع..*
Dan Nabi Muhammad Saw semasa kecilnya senantiasa ditempatkan di atas kasur yang empuk di dekat kakeknya, Abdul Muthalib, di bawah naungan Ka’bah.
Tak ada seorang pun dari putra-putranya, keluarganya, bahkan para pembesar Quraisy yang diperkenankan duduk di sana disebabkan penghormatan terhadap Abdul Muthalib.
Putra-putra Abdul Muthalib, bahkan pembesar Quraisy mengelilingnya, sampai Muhammad kecil mendatanginya dengan tubuh yang kuat dan duduk disamping kakeknya.
Manakala diantara para pamannya ada yang menarik Muhammad kecil dari kasur itu, kakeknya mengatakan:
_“Biarkan lah dia berada di sisiku. Aku melihatnya kelak dia akan menjadi seorang yang mulia!”_
Abdul Muthalib mendudukkan Muhammad disampingnya, mengasihinya dengan membelai punggungnya, serta membahagiakannya.
*APAKAH NABI MUHAMMAD PERNAH SAKIT MATA SEWAKTU KECIL DALAM ASUHAN ABDUL MUTHALIB?*
Di dalam kitab _Nurul Abshar fi Manaqib an-Nabi al-Mukhtar_, Nabi Muhammad memang benar pernah juga mengalami sakit mata *(رمد شدید)* pada waktu kecilnya dalam asuhan Abdul Muthalib.
Namun, itu hal yang wajar dalam konteks kemanusian, namun tanpa menurunkan derajat kenabian beliau.
Ini penting kita ketahui, bahwa satu sifat jaiz yang ada pada Rasul merupakan bentuk *أعراض البشرية* atau sifat manusiawi.
Hal ini, tak lain adalah sifat kemanusiaan yang melekat pada pribadi Nabi. Sebagai manusia biasa, Nabi makan, minum, tertawa, kadang bercanda, kadang bosan, kadang sedih, dan lainnya. Sebagai lelaki, Nabi juga mempunyai rasa tertarik dengan perempuan. Itu sifat yang manusiawi.
Salah satu bentuk sifat jaiz pada Rasul adalah Nabi Muhammad pernah ketakutan luar biasa saat pertama kali didatangi Malaikat Jibril di gua Hira.
Saking takutnya, Nabi Muhammad menggigil lalu meminta Khadijah agar diselimuti. Al-Qur’an mengabadikan peristiwa ini dalam Qur'an surah Al-Muzammil (Orang yang berselimut).
Nabi Muhammad saw pernah lupa hingga salat Asar (konon Zuhur) menjadi hanya 2 rakaat.
Lalu ia diingatkan sahabat dan segera menambah 2 rakaat kekurangannya ditambah sujud sahwi. Itu lagi-lagi sifat manusiawi dan tidak perlu direndah-rendahkan kan sifat manusiawi itu.
Nabi Muhammad meskipun manusia bukanlah manusia biasa seperti kebanyakan orang seperti kita ini. Beliau tetap makhluk terbaik di alam semesta ini yang telah dipilih oleh Sang Mahapencipta.
*محمد بشر لیش کالبشر ولکن الیاقوت بین الأحجار*
_“Nabi Muhammad manusia, tapi bukan manusia seperti orang kebanyakan. Beliau Yaqut diantara bebatuan.”_
Nabi juga mengalami sakit, dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Nabi Saw pada saat usia 7 tahun Nabi Muhammad pernah mengalami sakit mata hebat.
Penyakit mata ini menyebabkan mata merah dan keluar kotoran berwarna kuning kehijauan.
Namun juga perlu diingat bahwa manakala Abdul Muthalib berusaha mencarikan Tabib/Dokter, ia bertemu dengan seorang pendeta yang mengatakan:
_“Wahai Abdul Muthalib, bukankah cucumu itu Nabi Umat ini, dan ketahuilah bahwa obatnya ada terdapat dalam dirinya sendiri._
_Ambillah ludahnya dan usapkanlah kepada kedua matanya!”_
Abdul Muthalib pun langsung melakukannya. Seketika itu juga Baginda Nabi Muhammad sembuh.
Hal ini tentu saja menunjukkah bahwa Nabi Muhammad yang sakit mata, bukan disebabkan kotor dan tidak terawat, akan tetapi menunjukkan *IRHASHAT* serta tanda tanda kenabian Baginda Nabi Muhammad _shallahu alaihi wasallam._
Namun Nabi Muhammad jauh lebih sehat dari anak sebayanya. Dalam _'Uyunul Atsar_ diterangkan:
فيصبح ولد ابي طالب غمصا رمصا ويصبح رسول الله صقيلا دهينا
“Manakala anak anak Abu Thalib terjangkit sakit mata dan menjadi kotor mata mereka penuh dengan kotoran, sedangkan Nabi Muhammad menjadi anak kecil yang sangat bersih dan sehat.”
Kembali lagi, pada persoalan utamanya bahwa sesungguhnya penghormatan, perhatian, kasih sayang serta perlindungan itu Nabi Muhammad peroleh dalam asuhan kakeknya Abdul Muthalib hingga pamannya Abu Thalib.
Jadi, menurut hemat saya, keliru jika Gus Muwafiq maupun Ahmad Fauzan Rofiq mengatakan *Nabi Muhammad Saw TAK TERURUS!*
Itu kata-kata yang tak sopan pada Rasulullah dan seakan tak menghargai fakta sejarah betapa Abdul Muthalib begitu sangat prihatian dan serius mengasuh Nabi.
Demikian pula perlakuan serta kasih sayang pamannya Abu Thalib tetap diberikan atas wasiat Abdul Muthalib agar memelihara serta menyayangi Muhammad sama seperti anak-anaknya.
Hal itu sebagai bukti bahwa Rasulullah jauh dalam kondisi terawat dan sangat diperhatikan.
Bahkan, Abu Thalib memberikan perlakuan serta lebih mengutamakan Nabi Muhammad daripada anak-anaknya yang lain.
Dalam syarah kitab: _Uyunul Atsar_ dijelaskan bahwa dalam kehidupan Abu Thalib yang serba kekurangan, namun masih mengutamakan perhatiannya berlebih dibandingkan anak-anaknya yang lain, maka Nabi Muhammad memilih untuk ikut meringankan beban keluarga Abu Thalib denga cara bekerja mengambil upah mengembalakan kambing, sebabkan kemuliaan akhlaknya.
Jadi, untuk bisa memahami semua fakta sejarah itu, perlu pembacaan sejarah yang lebih mendalam lagi disertai kejernihan nalar serta kebersihan jiwa dan hati.
Alasan lainnya, justru keadaan getir dan memprihatinkan bagi Muhammad kecil manakala mengembalakan kambing itulah jalan ujian latihan serta didikan Allah terhadap calon pemimpin terbaik sepanjang zaman agar jiwa beliau terbentuk dan terbiasa mengurusi, mengatur dan membersihkan kekotoran jiwa umatnya kelak.
Bukankah Rasulullah Saw pernah mengakui sendiri pendidikan yang ia terima langsung dari Allah.
_"Addabany Rabby._ Tuhanku yang mendidikku secara langsung."
Bayangkan jika Rasulullah semasa kecilnya hidup dalam kondisi berkecukupan, kaya raya, dimanja dengan fasilitas bak seorang pangeran, bagaimana mungkin tanpa pengalaman dan kegetiran hidup itu, beliau kelak bisa bicara tentang kepedulian dan kasih sayang pada orang-orang fakir miskin dan anak yatim?!!
Jadi, kembali lagi, siapa pun yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad sewaktu masih anak-anak itu terkesan hina dan dekil, tentu saja orang itu belum cukup mampu masuk dalam pembacaan "bathin" sirah nabawiyyah secara intertekstual, hanya sebatas permukaan zhahir saja. Bathinnya masih kosong memaknai pribadi mulia Rasulullah.
_Menurut guru kami, "Ketika ada orang yang berpendapat atau memiliki pandangan yang kotor terhadap Rasulullah, baik itu komentarnya atau pikirannya yang terlintas, atau bahkan pernah bermimpi Rasulullah dalam bentuk yang tidak bersih atau buruk tampilannya._
*Jelas pandangan para ulama di banyak literatur menyatakan bahwa sesungguhnya Allah sedang menampakkan sisi keburukan serta kekotoran batin orang itu.* Wal 'ieyazbillah.
Di Mesir, kami menjumpai banyak orang-orang yang berpenampilan kotor, kumuh, dekil secara zhahirnya, namun mereka orang-orang shalih yang bersih hatinya, tinggi martabatnya di sisi Allah. Sebab, penampilan fisik seringkali menipu pandangan hakikat yang sesungguhnya.
Jika dengan ucapan itu dia menghinakan Rasulullah, maka seperti demikian tidak perlu kita balas dengan hinaan dan bully-an yang serupa, sebab sudah cukup Allah menunjukkan kepada para hamba-Nya kekotoran terselubung dari batin orang itu.
Terakhir, pesan morilnya. Teko akan mengeluarkan isi teko. Jika air teko itu kotor, maka dapat dipastikan isi teko juga kotor.
Jika dalam ucapan mengandung pelecehan dan penghinaan terhadap Rasulullah, maka paling tidak kita memiliki barometer untuk menilai secara zhahirnya.
Jika ada orang yang melecehkan dan menghina Rasulullah, baik mengenai fisiknya atau memplesetkan ucapannya secara sengaja, maka ittifaq jumhur ulama menghukumkan orang itu murtad keluar dari Islam.
Silahkan merujuk pada dalil yang disepakati para ulama dalam kitab _*"As-Saif al-Maslul 'Ala Man Sabb ar-Rasul"*_ karya Imam Taqiyuddin as-Subki tokoh imam mazhab Syafie pada kurun abad ke-8 H dan kitab _*"Tuhfaturraghibin"*_ karya Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, tokoh ulama mazhab Syafi'eyyah abad ke-12 H.
Jika orang itu menghina dan melecehkan secara tidak sengaja, maka ia dihukumkan ceroboh dan _su'ul adab_ terhadap Rasulullah.
Di hati para pecinta Rasulullah tidak akan pernah terucap, bahkan terlintas di pikiran hal yang tidak sepatutnya dinisbahkan pada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
_*Pesannya kita harus berhati-hati dalam mengucapkan, mengomentari apa pun yang berkenaan dengan Rasulullah, baik kondisi fisik maupun bathin terhadap Rasulullah, baik berkenaan setelah beliau diangkat menjadi seorang nabi dan rasul, maupun di masa sebelum itu.*_
Rasulullah itu hampir 4 atau 5 kali dadanya dibelah dan dibersihkan oleh Allah, apalagi zahirnya dijaga dan dipelihara oleh Allah. [Lihat: _Kitab Ad-Dardir fi al-Mi'raj_]
Ini orang terjaga zhahir dan bathin. Ini manusia suci. Manusia terbaik di alam semesta.
Tidak ada kekotoran sedikit pun yang melekat pada dirinya. Bahkan, lalat tak pernah bisa hingga di tubuhnya, sebab ia dikelilingi *Nur Ilahiyyah* yang tak terlihat secara kasat mata. (Lihat Kitab: _Ni'matul Kubra_)
Hal ini juga menjadi ujian bagi kita para pecinta Rasulullah.
Jika kita merasa ada orang yang melecehkan Rasulullah, hati kita adem ayam, tak merasa sedih, maka ada keimanan yang perlu dibenahi.
Bukankah Rasulullah bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من نفسه
_*"Tidaklah sempurna iman seseorang, sehingga diriku lebih dicintainya melebihi dirinya sendiri."*_
Semoga menjadi peringatan dan pembelajaran bagi kita semua. _Wallahu a’lam._
_Allhumma shalli ala sayyidina Muhammad wa 'ala aali sayyidina Muhammad.."_
DR-Miftahur Elbanjari MA
4 Desember 2019 pukul 10.10 ·
#DR-Miftahur Elbanjari MA