Saya adalah salah satu dari anak didik Muhammadiyah. Kakek Kakek rodho'ah dari ibu saya di Riau, adalah para pendiri Muhammadiyah, dan pernah jadi ketua Muhammadiyah di Provinsi Riau, spt kakek Abdul Rab, Karim Said, Paman kami Prof. Dr Thabrani Rab. Sedangkan Umar Syukri pendiri SD Muhammadiyah Bagan Si-Api Api bersama Almarhum Buyung Katubah.
Selama 18 tahun saya beramal dengan cara dan tuntunan Muhammadiyah. Tdk membaca qunut shubuh, tidak berdoa berjamaah selesai sholat berjama'ah lima waktu. Melaksanakan sholat tarawih 8 rokaat 4 4 3. Sampai kemudian di tahun 1986 saya merasa mantap dgn pelajaran Fiqih Imam Syafi'i dan mulai menganut serta menjalankan ajaran madzhab Imam Syafii itu, berqunut Shubuh, Tahlilan, Doa Berjama'ah, istighotsah dll, Amalan madzhab Imam Syafi'i itu dikenal di NKRI sebagai amaliyah NU.
Saya sempat juga berbakti jadi guru mengajar di Madrasah Muhammadiyah Tanjung Sari Pasar I, Medan selama 6 tahun dari 1980 sd 1986.
Di lain sisi, bapak saya adalah salah seorang penganut madzhab Syafi'i dan bergabung dengan Ormasy NU. Beliau ikut mendirikan NU dan ikut mendirikan masjid Muslimin di Tanjung Sari Pasar III, Medan, bersama almarhum Muhammad Ali Musa. Sebuah masjid NU. Di depan masjid itu didirikan pula SD Al Ma'arif. Dan saat ini masih berdiri di sana, diurus oleh keluarga alm. bapak M. Ali Musa, sebuah hasil perjuangan warga NU di Tanjung Sari. Dan, sejak tahun 1986 itu, saya adalah salah seorang imam dan khotib di masjid NU itu.
Bapak kami berbahagia ketika kami jadi khotib dan imam di masjid NU, di masjid Muslimin dan masjid Jami' Pasar I Tanjung Sari. Beliau wafat tahun 1992, dan kami lakukan Talqin, Tahlil, dan Do'a di kuburan beliau.
Setelah menikah, kami tinggal di Pasar I, Tanjung Sari Medan, dan aktif sebagai imam sholat rawatib, serta mengajarkan fiqih Syafi'i dimasjid Jami', Masjid ini sebuah masjid NU juga.
Rumah dan Pesantren kami di Medan sangat dekat dgn masji itu.
.
Dari Muhammadiyah kami telah mendapat dasar Ilmu Keimanan, semangat Jihad dan membela agama tanpa pamrih selama ini. Satu hutang budi yg tidak akan terbalaskan sampai hari kiamat.
Jakarta, 24, November, 2019,
Tengku Zulkarnain
KH Tengku Zulkarnain
24 November pukul 14.45 ·
#KH Tengku Zulkarnain