1. Ambil baiknya buang buruknya.
2. Jangan lihat orangnya, dengar ucapannya.
3. Pendapatku benar, namun bisa jadi salah, sedang pendapatnya salah namun bisa jadi benar. Kalau kata orang jawa: ngono yo ngono ning ojo ngono.
4. Kaedah maslahat dan mafsadah, ambil masalahat terbesar walau kehilangan maslahat lain yang lebih kecil, dan pikul resiko terkecil, agar selamat dari resiko lain yang lebih besar.
5. dll
Kenapa yang demikian bisa terjadi?
Lama saya pikir-pikir ingin tahu sebab terjadinya sikap lancang ini, namun sampai saat ini belum menemukan sebab yang pasti, hanya sebatas hipotesa saja, yaitu: adanya orang oang yang lahir secara prematur, bahkan dilahirkan paksa secara prematur.
Maksudnya apa? Maksudnya, sebagian orang mendoktrin anak murid dan jamaah kajiannya, agar berdalil, atau didoktrin bahwa ia bukan muqallid, apapun yang terjadi pokoknya ia bukan taqlid, berarti.....mujtahid.
Atau murid murid "kurang gizi, sehingga mengalami gizi buruk, memiliki semangat membantah, namun minim ilmu, dan adab, ya akhirnya busung lapar, semangat masih besar namun amunisi habis, maka apa boleh buat, kalau tidak bisa menggunakan dalil dan meluruskan dalil lawan diskusi, maka ambil jalan pintas, dustakan saja semua dalil yang kurang berpihak padanya.
Semoga hipotesa saya salah.
Dr Muhammad Arifin Badri
18 Oktober pukul 23.36 ·
#Dr Muhammad Arifin Badri