Cukup Lihat Dalil Saja?

Cukup Lihat Dalil Saja? - Kajian Medina
*“Cukup Lihat Dalîl Saja?”*

Satu hal yang sangat merusak sekarang ini adanya orang-orang kecil -sebut saja Bambang dan Esmeralda- yang getol menyuruh-nyuruh Muslimîn awam untuk langsung saja melihat kepada dalîl dengan mengabaikan petunjuk dari para ‘ulamâ’…

Katanya: "beragama itu adalah dengan dalîl ", jadi cukup lihat dalîl saja.

🔥 Iya memang beragama wajib dengan dalîl, akan tetapi perkataan itu sangatlah merusak…!

❓ Merusak bagaimana?

⇨ Jawabannya adalah:

⑴. Apakah setiap dalîl dari hadîts itu bisa langsung di‘amalkan begitu saja tanpa bimbingan ‘ulamâ’?

Tunggu dulu… karena aktualnya tidaklah semudah itu, wahai Bambang…!

📍 Kata Imâm ‘Abdullôh ibn Wahab رحمه الله تعالى:

لولا مالك والليث لهلكت ، كنت أظن أن كل ما جاء عن النبي ﷺ يعمل به

(arti) _“Kalau saja saya tak bertemu dengan Imâm Mâlik dan al-Layts ibn Sa‘ad, maka celakalah saya! Dulunya saya mengira bahwa segala sesuatu yang datangnya dari Nabi ﷺ itu pasti bisa di‘amalkan begitu saja.”_ [lihat: Ibnu Asakir, Târikh Dimasyq]

📍 Kata Imâm Ibnu Hajar al-Haytamî asy-Syâfi‘î رحمه الله تعالى:

الحديث مضلة إلا للفقهاء

(arti) _“Hadîts Nabî itu malah bisa menyesatkan kecuali bagi para fuqohâ’.”_ [lihat: Fatâwâ al-Hadîtsîh].

Itu yang berbicara adalah para imâm yang sudah hafal al-Qur-ân saat dari usia mereka masih belia, yang menghabiskan waktu mereka belajar agama yang mulia ini loh, bukan kaleng-kaleng seperti gue apalagi elo, wahai Bambang!

Kalau para imâm itu saja berkata begitu, maka apalagi kita-kita ini yang baru setahun-dua tahun hijroh, mengajinya pun juga paling sekali dua kali seminggu (itu pun kebanyakan kajian tematik)… Yang jangankan menguasai ‘ilmu balaghoh, bahkan nahwu dan shorof saja entahlah? Yang jangan pernah ditanyakan penguasaannya tentang fiqih, apalagi ushul fiqih yang bahkan apa itu barangnya saja tak tahu karena belum pernah dengar…

⑵. Memangnya ketika para ‘ulamâ’ itu ketika berbicara tentang perkara agama, mereka berdasarkan apa?

Elo pikir para ‘ulamâ’ itu bicara pakai apa, Esmeralda?
Elo pikir mereka ngomong pakai Talmud?
Elo pikir mereka pakai Serat Centhini, Suluk Gatholoco, atau Darmoghandul gitu?

Asli deh kacau elo itu…!?!

Coba tanyakan sama hati kecil elo, wahai Esmeralda…

Apakah mungkin al-Aimmah al-Arba‘ah itu – Imâm Abû Hanifah, Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi‘î, dan Imâm Ahmad رضي الله تعالى عنهم – mereka itu berbicara tanpa memakai dalîl seakan-akan madzhab mereka mukholif bagi al-Qur-ân dan as-Sunnah…???

Apakah iya para ‘ulamâ’ madzhab itu tidak tahu terhadap firman Allôh ﷻ:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

(arti) _“Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sungguh-sungguh pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”_ [QS al-Isrô’ (17) ayat 36].

Menurut elo, Esmeralda…?!?!

☠ Kalau elo meyakini bahwa para ‘ulamâ’ madzhab itu tidak tahu terhadap ayat suci di atas, maka elo telah berdusta dengan kedustaan yang sangat nyata dan telah menuduh mereka berkata di dalam agama ini tanpa ‘ilmu, bahkan lancang menuduh mereka tidak takut kepada Allôh ﷻ…!!!

Ingat, untuk bisa berbicara tentang agama, hafal al-Qur-ân adalah syarat muthlaq, kemudian mereka -para ‘ulamâ’ itu- hafal puluhan bahkan ratusan ribu hadîts berikut dengan sanadnya. Adapun penguasaan ushul fiqih dan fiqh mereka jangan pernah ditanya lagi.

Sementara elo itu apa, wahai Esmeralda…???
Bahkan mad-mad saja elo masih salah-salah gitu…!?!

Oleh karena itu, tetaplah bersama dengan bimbingan ‘ulamâ’, khususnya para ‘ulamâ’ dari generasi awal yang terdahulu (Salafush-Shôlih), dalam memahami hadîts-hadîts Baginda Nabi ﷺ.

Paham ya Bambang wa Esmeralda?

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Arsyad Syahrial
23 Oktober (8 jam · )

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.