Al Hikam : Sikap Ketika Dipuji Orang

Sikap Ketika Dipuji Orang - Kajian Medina
🔰 Al Hikam.

🥀 Sikap ketika dipuji orang.

الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت ذامّالنفسك لماتعلمه منها

"Orang-orang yang memuji padamu disebabkan oleh apa yang mereka sangka yang ada padamu, karena itu engkau harus mencela dirimu, karena apa-apa (aib) yang engkau ketahui pada dirimu”.

Kamu jangan sampai terpengaruh / tertipu dengan pujian orang-orang yang tidak mengetahui hakikat dirimu, tetapi kamu harus kembali melihat dirimu dengan mencela dirimu sebab perbuatanmu yang terbalik/tidak sama dengan prasangka orang lain pada dirimu.
Maka dari itu Sayyidina Ali bin Abi Thalib -karamallahu wajhah- berdo’a :
“Allohummaj-alnaa khoirom-mimmaa yadhun-nuna,- walaa-tu-aakhidz-naa bimaa yaquuluuna ,- wagh-fir lanaa- maa-laa ya’lmuuna”.
(Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka, dan jangan Engkau siksa mereka sebab ucapan mereka terhadap diriku, dan ampunilah semua dosaku yang tidak diketahui mereka)

Bagi siapa yang merasa senang dengan pujian orang lain terhadap dirinya, berarti dia telah memberi kesempatan pada setan untuk masuk dan merusak imannya.

الموءمن اذامدح استحيٰى من الله ان يثنى عليه بوصف لايشهده من نفسه

“Orang mukmin yang sejati itu ketika dipuji orang, dia malu pada Allah SWT, karena ia dipuji bukan karena sifat yang ada pada dirinya, tapi dari Allah”.

Apabila orang lain memuji dirinya dan menyebut kebaikannya, dia merasa malu kepada Allah, karena dia merasa tidak mempunyai sifat-sifat yang layak dipuji, sebab ia merasa hanya mendapat karunia Allah jika ia bisa berbuat sesuatu yang baik, dan bukan dari usaha dan kemampuannya sendiri.
Seorang salik itu harus tidak percaya dengan pujian orang lain, tetapi dia juga tidak diperintah untuk merobah/menolak supaya orang lain tidak memuji atau berprasangka baik padanya, dia hanya di perintah untuk tidak terpengaruh dan supaya mendahulukan apa yang diketahui terhadap dirinya sendiri, mengalahkan prasangka orang lain.
Yang penting tidak berlebihan pujiannya, kalau berlebihan maka harus di tolak.
Rosulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda :
“Uhtsut-turoba fii-waj-hi mad-daachiin”
(Lempari debu dimuka orang-orang yang memuji-mujimu).

Rasulullah berkata pada orang yang memuji seseorang dihadapannya :
"Qoto’-ta ‘unuqo shoohibika”
(Kamu telah memotong leher saudaramu).

اجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظن ماعند الناس

"Sebodoh-bodoh manusia yaitu orang yang meninggalkan (mengabaikan) keyakinan yang sungguh-sungguh ada padanya, karena mengikuti prasangka yang ada pada orang-orang”.

Orang yang dipuji orang lain dan terpengaruh dengan pujiannya, dan menganggap baik pada dirinya sendiri, orang seperti ini adalah orang paling bodoh, karena yang yakin ia ketahui yaitu kekurangan-kekurangan dan dosa-dosa yang telah dilakukannya atau rendahnya akhlaqnya dan kelemahan imannya sendiri.

Al-Harits Al-Muhasiby mengumpamakan pada orang yang senang di puji orang lain, itu bagaikan orang yang senang dengan ejekan orang padanya.
Seumpama ada orang berkata : kotoranmu itu berbau harum, lalu engkau gembira dengan pujian yang demikian, padahal engkau sendiri jijik dan tau berbau busuk. Ketahuilah bahwa kotoran dosa dan jiwa itu lebih busuk dari pada kotoran (tinja) orang.

Seorang Hakim dipuji oleh orang awam/biasa, maka ia menangis, lalu ditanya: "kenapa engkau menangis ? Padahal orang itu memujimu". Jawabnya: "Ia tidak memujiku, melainkan setelah dia mengetahui bahwa yang ada padaku sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifatnya".

اذااطلق الثناء عليك ولست باهل فاَثن عليه بما هو اهلهُ

“Jika Allah membuka mulut orang-orang untuk memujimu, padahal nyata-nyata engkau tidak layak/berhak untuk pujian seperti itu, maka engkau harus memuji kepada Allah yang berhak / layak mendapatkan pujian itu”.

Kenyataannya apa yang disanjungkan orang-orang padamu itu tidak ada pada dirimu, atau kau mempunyai cacat/aib, sehingga kau tidak berhak menerima pujian itu, maka kau harus memuji kepada Allah, yang telah menutupi aib-aibmu dan kekuranganmu.

الزهّاد اذامدحواانقبضوالشهودهم الثناءمن الخلق ، والعارفون اذامدحوا انبسطوا لشهودهم ذالك من الملك الحقّ

“Orang-orang yang zuhud (ahli ibadah) jika dipuji oleh orang lain, mereka merasa ketakutan, karena kuatir terpengaruh, karena pujian itu datangnya dari sesama makhluk, sebaliknya orang arif jika dipuji mereka merasa senang dan gembira karena mengerti benar-benar pujian itu datang dari Allah (raja yang haq)”.

Orang arif itu selau hadir ke hadhrotulloh, tidak pernah memandang selain Allah, mereka menganggap pujian-pujian itu datang dari Allah, sehingga mereka gembira, dan pujian itu bisa menambah kekuatan hatinya dan kedudukannya dihadapan Allah, karena mereka tidak memandang pada dirinya tidak membanggakan amalnya, dan tidak terpengaruh dangan pujian ataupun cela-an orang lain.

Kata Hikmah ini sesuai dengan Hadits Nabi -shallallahu alaihi wasallam- :
"Idza mudihal-mu’minu fii-waj-hihi robal-iimanu fii qolbihi”.
(Ketika seorang mukmin di puji didepannya maka iman dalam hatinya bertambah kuat).

Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- sendiri pernah dipuji dengan qosidah oleh Hassan dan Ka’ab bin Zuhair.

Rasulullah menunjukkan kegembiraan bahkan memberikan mantel kepada Ka’ab bin Zuhair.

Mushonnif (ibnu atha’illah) sendiri juga pernah memuji-muji kepada gurunya, Syaikh Abul-Abbas Al-Mursyi, beliau diam saja dan memperlihatkan wajah senang.

Hal seperti ini juga terjadi pada para arif lainnya. Orang yang mempunyai makom ini antara dihina dan di puji orang tidak akan ada bekasnya dalam hati, karena mereka tidak memandang itu semua dari makhluk, tapi mereka melihat itu semua dari Allah ta'ala.

Disarikan dari Al Hikam (Syaikh Ibnu Atha'illah as-Sakandari -rahimahullah-)

Wallahu ta'ala a'lam bisshowabb.

Feri Hendriawan
1 Oktober (14 jam ·)

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.