Shalat di Belakang Ahli Bid'ah, Sahkah?

Shalat di Belakang Ahli Bid'ah, Sahkah? - Kajian Medina
Shalat di belakang ahli bid'ah, sahkah?
(Judul seringkali bombastis, sedangkan isinya, banyak perinciannya)

Imam Al Bukhari meriwayatkan bahwa Ubaidullah bin Adi radhiallahu anhu mendatangi Khalifah Utsman bin Affan radhiallahu a'nhu yang sedang dikepung oleh para pemberontak. Lalu beliau berkata:
Sesungguhnya engkau adalah pemimin serluruh ummat Islam, dan engkau dalam kondisi seperti ini, Sedangkan yang memimpin kami shalat adalah pemuka kekacauan (pemberontakan), sehingga kami merasa risih untuk shalat di belakangnya.

Khalifah Utsman menanggapi ucapan sahabat ini dengan berkata:
(الصلاة أحسن ما يعمل الناس فإذا أحسن الناس فأحسن معهم، وإذا أساءوا فاجتنب إساءتهم)
Ibadah Shalat adalah amalan manusia yang paling baik, sehingga bila mereka berbuat baik maka berbuatlah baik bersama mereka, dan bila mereka berbuat jelek, maka jauhi perbuatan jelek mereka. (Al Bukhari)

Ibnu Hajar mengomentari jawaban sahabat Utsman ini dengan berkata: Pada riwayat ini terdapat anjuran agar kita senantiasa menghadiri shalat berjamaah, terutama di saat terjadi kekacauan, agar ummat Islam tidak bertambah tercerai berai. Sebagaimana pada riwayat ini terdapat pelajaran bahwa tetap shalat berjamaah di belakang imam yang tidak direkomendasikan (makruh shalat di belakangnya) lebih utama dibanding meningalkan shalat berjamaah secara keseluruhan." (Fathul Bari 2/222)

Al Baihaqy juga meriwayatkan bahwa sahabat Ibnu Umar tetap mendirikan shalat di belakang Najdah Al Haruri (tokoh Khowarij). Tatkala ada yang mempertanyakan sikapnya ini, beliau berkata:
(إذا نادوا حي على خير العمل أجبنا، وإذا نادوا إلى قتل نفس قلنا: لا، ورفع بها صوته)
Bila mereka menyeru:mari tegakkan amalan paling baik, niscaya kami akan memenuhi seruannya, dan bila mereka menyeru mari membunuh manusia, niscaya kami menjawab: tidak sudi,", dan beliau mengeraskan suaranya ketika menjawab pertanyaan ini. (Ibnu Abi Zamnin)

ٍSebagaimana Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu juga mendirikan shalat di belakang Al Mukhtab bin Ubaid tokoh pembenci sahabat Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.

Dan masih banyak lagi.

riwayat riwayat ini jelas kandungannya, sebagaimana riwayat riwayat yang melarang kita untuk shalat di belakang sebagian ahli bid'ah juga jelas kandungannya. (tidak perlu saya sebutkan karena sebagian saudara kita saya kira akan menyebutkannya di kolom komentar, tunggu saja tanggal mainnya)

Karena itu, perlu kearifan dan ketajaman analisa dalam membaca dan memahami berbagai riwayat yang terkesan saling bertentangan ini.

Menurut para pakar ilmu aqidah, perbedaan sikap ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bila pelaku bid'ah telah sampai pada level kekafiran, maka kita terlarang untuk shalat di belakang mereka, bahkan bisa sampai tidak sah shalat di belakang mereka.

Kalau anda berkata: dari mana saya mengetahui apakah dia telah kafir atau layak dikafirkan atau tidak? maka jawabannya sederhana; ya tentu itu bukan kapasitas anda, namun itu adalah tugas para ulama' untuk mengkaji orang tersebut apakah sudah layak dikafirkan atau belum.

2. Bila dengan meninggalkan shalat di belakang mereka, menyebabkan mereka jera atau terkucilkan atau masyarakat mengenali kesesatan mereka maka dianjurkan untuk tidak shalat di belakang mereka, terlebih lagi bila imam tersebut tidak menyeru/mengajarkan masyarakat kepada bid'ahnya tersebut.

3. Bila imam yang juga pelaku bid'ah tersebut adalah penyeru kepada bid'ahnya dan tidak ada masjid lain selain masjid yang ia pimpin, maka tetap boleh shalat di belakangnya, dengan tetap berusaha meminimalkan interaksi dengannya, bagaikan imam yang mengidap penyakit menular.

4. Bila imam tersebut tidak mengajarkan bid'ahnya, dan bila meninggalkan berjamah di belakangnya akan menambah kekacauan dan perpecahan, maka tetap shalat di belakangnya adalah sikap arif yang seharusnya dilakukan, terlebih bila dengan tetap shalat di belakangnya anda memiliki ruang untuk berdakwah, baik kepadanya ataupun kepada jamaah masjid lainnya.

Anda tidak puas ? ya wajar saja, namun bila anda ingin penjelasan lebih jauh anda bisa baca kitab
موقف أهل السنة والجماعة من أهل الأهواء والبدع
karya Prof Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily.

Semoga mencerahkan.

Dr Muhammad Arifin Badri
13 Agustus pukul 07.12 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.