Imam Ibnu Taimiyah bercerita: Masyarakat luas mengetahui bahwa pada suatu waktu antara pengikut mazhab Hambali dan penganut akidah Asy’ariyah terjadi ketegangan dan perseteruan. Dan aku termasuk orang yang paling getol mengupayakan terjadinya konsolidasi (pendekatan) dan persatuan persepsi/sudut pandang mereka. Semua itu dalam rangka menunaikan perintah agar kita senantiasa berpegang teguh dengan agama Allah.
Dan aku berhasil menghilangkan mayoritas ketegangan yang ada pada diri kedua kelompok tersebut. Aku jelaskan kepada mereka bahwa Imam Al Asy’ari adalah salah satu tokoh besar yang pakar dalam ilmu kalam yang menisbatkan dirinya kepada Imam Ahmad rahimahullah dan yang sejalan dengan beliau, yang gigih membela metode (thariqah) beliau, sebagaimana hal itu ditegaskan sendiri oleh Imam Al Asy’ary dalam kitab kitabnya.
Hal itu juga ditegaskan oleh Imam Abu Ishaq As Syairazy: bahwa paham Al Asy’ariyah menyebar dengan luas di masyarakat karena mereka menyatakan dirinya sebagai pengikut mazhab Hambali.
Sehingga para pengikut mazhab Hambali terdahulu semisal Abu Bakar Abdul Aziz, Abi Al Hasan At Tamimim dan lainnya, sering menukilkan ucapan beliau (Al Asy’ari) dalam kitab kitab mereka. Bahkan beliau di mata para pengikut mazhab Hambali terdahulu bagaikan Ibnu ‘Aqil di kalangan para pengikut mazhab Hambali zaman sekarang (Al Muta’akhirin), hanya saja Ibnu ‘Aqil lebih menguasai ilmu fiqih dan ushul fiqih, sedangkan Al Asy’ari lebih menguasai ilmu akidah Imam Ahmad dan lebih kuat komitmennya kepada prinsip prinsip akidah tersebut dibanding Ibnu ‘Aqil.
Perbedaan antara keduanya ini biasa terjadi, karena semakin seseorang itu dekat kepada periode ulama’ terdahulu (salaf) maka ia lebih menguasai terhadap dalil dalil aqli dan naqli .
Aku menjelaskan ini kepada para pengikut mazhab Hambali, dan aku jelaskan pula kepada mereka bahwa Al Asy’ari walaupun termasuk salah satu murid para penganut paham Mu’tazilah, kemudian beliau bertaubat, karena beliau berguru kepada Al Juba’i, dan kemudian condong kepada metode Ibnu Kullab, dan beliau juga berguru ilmu Ushul Al Hadits kepada Zakaria As Saji di kota Bashrah.
Selanjutnya tatkala Al Asy’ari datang ke kota Baghdad, beliau berguru ilmu ilmu lainnya kepada para pengikut mazhab Hambali di kota ini, dan inilah akhir dari perjalanan hidup beliau, sebagaimana dikisahkan oleh beliau sendiri dan juga murid murid beliau dalam berbagai kitab mereka...... .......
Dan tatkala saya telah tonjolkan berbagai pernyataan Al Asy’ari dan para pengikut mazhab Hambali mendengarkan itu, mereka berkomentar : pernyataan pernyataan ini lebih baik dibanding pernyataan pernyataan Syeikh Al Muwaffaq (Ibnu Qudamah), dan seluruh kaum muslimin kala itu bergembira dengan terajutnya kembali persatuan di antara mereka.
Aku juga menyebutkan kepada mereka fakta yang diungkapkan oleh Ibnu ‘Asakir dalam kitab beliau “Al Manaqib”, bahwa hubungan antara para pengikut mazhab Hambali dan pengikut paham As Asy’ariyah terus menerus harmonis hingga zaman Al Qusyairy. Dan tatkala terjadi kekacauan di Baghdad, barulah hubungan mantara mereka menjadi renggang. Dan patut diketahui bersama bahwa pada setiap kelompok selalu ada oknum oknum yang menyimpang dan ada pula orang orang yang konsisten di atas “garis lurus”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 3/227-229)
Semoga menyegarkan udara di pagi hari anda.
Dr Muhammad Arifin Badri
18 Agustus pukul 08.20 ·
#Dr Muhammad Arifin Badri