✒Abdullah Al Jirani
SOAL : Seorang wanita masuk waktu salat Dhuhur tidak langsung salat. Setengah jam kemudian saat dia akan salat, dia haid. Apakah wajib baginya untuk mengqadha’ (mengganti) salat Dhuhur tersebut ketika telah suci dari haid ? Mohon penjelasannya.
JAWAB : Jika kadar waktu yang telah berlalu sampai datangnya haid kepada seorang wanita cukup untuk melaksanakan salat, maka setelah suci wajib baginya untuk mengqadha’ salat tersebut. Adapun jika tidak cukup, maka tidak wajib. Imam An-Nawawi –rahimahullah-(wafat : 676 H) berkata :
فَإِذَا حَاضَتْ فِي أَثْنَاءِ الْوَقْتِ، قَبْلَ أَنْ تُصَلِّيَ، نُظِرَ فِي الْقَدْرِ الْمَاضِي مِنَ الْوَقْتِ. إِنْ كَانَ قَدْرًا يَسَعُ تِلْكَ الصَّلَاةَ، وَجَبَ الْقَضَاءُ، إِذَا طَهُرَتْ عَلَى الْمَذْهَبِ
“Apabila seorang wanita haid di tengah waktu salat sebelum melaksanakan salat (di waktu itu), maka dilihat kadar waktu yang sudah berlalu. Jika kadar waktunya cukup untuk melaksanakan salat, maka wajib mengqadha’ (mengganti salat tersebut) apabila telah suci dari haid menurut pendapat madzhab (Syafi’i).” [Raudhah Ath-Thalibin : 1/188].
Dalam “Mukhtashar Al-Buwaithi” disebutkan, sesungguhnya Imam Asy-Syafi’i –rahimahullah- (wafat : 204 H) menyatakan :
وَ إِذاَ أَمْكَنَ الحَائِضُ وَ الْمَجْنُوْنُ وَ الْمُغْمَى عَلَيْهِ أَنْ يُصَلِّيَ الصَّلاَةَ فِيْ أَوَّلِ وَقْتِهَا قَبْلَ الْحَيْضِ وَ الجُنُوْنِ وَ الغَلَبَةِ عَلَى العَقْلِ فَلَمْ يُصَلُّوْا عَادُوْا
“Jika seorang wanita yang haid, orang gila, dan orang yang pingsan memungkinkan untuk menunaikan salat di awal waktu, akan tetapi mereka tidak menunaikannya, maka wajib untuk mengulang (salat tersebut).” [ Via kitab Ahkam An-Nisa’ karya Ibnu Athar : 49].
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan kita sekalian. Wallahu a’lam bish shawab.
Abdullah Al Jirani
30 Agustus (6 jam · )
#Abdullah Al Jirani