Al-Imam Al-Khathîb Al-Baghdãdi dalam kitab Tãrikh Baghdãd bercerita bahwa suatu kali Abdullah Ibnul Mubãrok berkunjung ke Negeri Syâm. Ibnul Mubârok hendak sowan kepada Imam Abdurrahman Al-Auzâ'i. Saat berada di Beirut, keduanya bertemu. Saat pertemuan tersebut, Imam Al-Auzâ'I bertanya:
"Wahai orang Khurasan, siapakah lelaki Ahli Bid'ah Yang muncul di kota Kûfah itu, julukannya Abu Hanifah? "
Ibnul Mubârak tidak bisa menjawab. Ia hanya diam saja, sampai akhirnya pulang Ke rumah. Di rumah, ia langsung mencari buku-buku yang ditulis oleh Imam Abu Hanifah. Lalu ia pilihi beberapa buku yang membahas masalah yang bagus-bagus dan menarik. Setelah 3 hari berlalu dari pertemuan di Beirut tadi, Ibnul Mubârak kembali mendatangi al-Auzâ'I. Dan pada waktu itu, al-Auzâ'I sedang mengumandangkan Adzan. Saat melihat Ibnul Mubârak datang, al-Auzâ'I bertanya:
"Apa isi buku yang engkau bawa itu? "
Ibnul Mubârak tidak menjawab. Beliau hanya menyodorkan buku tersebut pada al-Auzâ'I. Sambil memegang buku, al-Auzâ'I membolak balik buku yang ada pada genggaman tangannya. Satu masalah beliau baca. Ia tertarik. Sampai akhirnya Iqamat dikumandangkan, ia pun memasukkan buku itu pada saku bajunya. Selesai Sholat, al-Auzâ'I kembali melanjutkan bacaannya atas buku tersebut sampai selesai. Setelah itu beliau bertanya:
"Siapakah yang menulis buku ini?"
"Nu'mân bin Tsâbit", jawab Ibnul Mubârak.
"Siapakah itu Nu'mân bin Tsâbit?, Tanya al-Auzâ'I lagi.
"Seorang Syaikh yang aku temui saat di Iraq sana", jawab Ibnul Mubârak.
"Masya Allah. Nu'mân bin Tsâbit adalah seorang guru yang Alim nan cerdik, maka banyak-banyaklah engkau belajar dan ngaji pada dia", nasehat dan pesan al-Auzâ'I.
"Tapi tuan, Nu'mân bin Tsâbit itu tak lain adalah Abu Hanifah yang engkau anggap sebagai Ahli Bid'ah, kemarin. Bagaimanakah pendapat anda tentang beliau? "
"Sungguh aku iri dengan lelaki ini (Abu Hanifah) sebab banyaknya ilmu beliau dan sempurnanya akal beliau. Dan saya meminta ampunan pada Allah swt, kemarin saya benar-benar salah besar. Dan engkau, tetaplah mengaji kepada Beliau (Abu Hanifah) karena ternyata info yang sampai kepadaku berbeda dengan kenyataannya", jawab al-Auzâ'I.
___________________
Kisah di atas, memberikan beberapa pelajaran penting bagi kita semua, terlebih lagi di era medsos yang tak terbendung lagi, bahwa:
1. Sebelum kita menghukumi seseorang/sesuatu apapun, hendaknya kita mempunyai gambaran yang benar tentang sosok/sesuatu yang akan kita hukumi.
2. Kita harus mengecek terlebih dahulu semua kabar dan informasi yang sampai pada kita. Apakah ditransmisikan oleh orang-orang terpercaya dan benar, atau justru sebaliknya. Informasi tersebut disampaikan oleh orang-orang yang suka berbohong dan suka menyebar hoax.
3. Kita harus Insof (adil dan jujur). Kalau memang ternyata informasi yang kita terima salah, ya harus mau minta maaf dan mengakui kesalahan kita. Toh meminta maaf itu tidak lantas menjadikan seseorang hina atau rendah. Sebaliknya, malah ia semakin mulia dan berwibawa.
4. Lanjutkan sendiri ya... 🙏😅
Dhiya Muhammad
24 Agustus pukul 02.52 ·
#Dhiya Muhammad