Jika akan belajar atau mengajarkan adab, sebaiknya langsung ke kitab aslinya "Adabul Mufrad" karya Imam Al-Bukhari, jangan hanya mengambil "Shahih"-nya saja. Memang benar, di kitab aslinya ada hadis-hadis dhaif (lemah) yang jumlahnya cukup lumayan. Tapi hal itu sudah diketahui oleh Imam Al-Bukhari dan sengaja beliau sebutkan di dalamnya. Bahkan beliau tetap membuatkan bab-bab khusus untuk hadis-hadis dhaif tersebut. Dimana bab-bab tersebut menunjukkan istimbath (pemetikan) kandungan fiqh beliau terhadapnya.
Fakta ini menunjukkan, bahwa di sisi beliau, hadis dhaif tidak mesti dibuang begitu saja. Akan tetapi bisa diamalkan di luar masalah aqidah dan ahkam (halal dan haram atau selain dari keduanya), seperti dalam fadhailul a'mal (keutamaan amalan), targhib (anjuran), tarhib (menakut-nakuti), akhlak dan yang semisalnya, dengan tiga syarat :
1). Kelemahannya tidak parah.
2). Kandungannya masuk dalil-dalil lain yang diamalkan.
3). Tidak diyakini sebagai sesuatu yang tsabit (pasti) dari Nabi.
Hal ini merupakan madzhab Jumhur Ulama (mayoritas ulama). Adapun jika memilah yang shahih dan dhaif sekedar untuk mengetahuinya tanpa ada maksud 'membuang' "dhaif"-nya Adabul Mufrad, maka tidak mengapa. Oleh karenanya, jangan tergesa-gesa untuk menuduh Imam Al-Bukhari tidak paham ilmu hadis, lalu memilahnya jadi dua bagian, yaitu "shahih" dan "dhaif", kemudian 'membuang' "dhaif"nya seraya mengatakan : "Kami telah berhasil mengkritisi Imam Al-Bukhari !"
Wallahu a'lam bish shawab. Semoga bermanfaat.
✒Abdullah Al-Jirani
-----
Info : Kitab ini kami kaji di masjid Baitur Rahman, Jogobondo, Palur, Karanganyar, setiap hari Kamis ba'da Maghrib-Isya'. Dipersilahkan jika ada yang ingin hadir.
Abdullah Al Jirani
18 April pukul 16.15 ·
#Abdullah Al Jirani