Pubertas Beragama

Pubertas Beragama - Kajian Medina
‘Pubertas’ beragama

_@Abdullah Al-Jirani

Hampir atau bahkan semua orang pernah mengalami ‘pubertas’ dalam beragama. Kala itu, semua orang yang beda dengannya akan langsung disalahkan. Tidak jarang pula sampai tingkat disesatkan atau divonis ahli bid’ah. Tapi biasanya hal itu tidak lama, asal mau terus belajar dan tak berhenti untuk membaca. Namun jika berhenti di tempat, maka ‘pubertas’ ini akan terus bertahan entah sampai kapan. Bisa tahunan, bahkan bisa seumur hidup.

Orang yang baru awal dan semangat-semangatnya belajar bahasa Arab (ilmu Nahwu) misalnya kitab Jurumiyyah, pasti sangat sensitif kalau lihat atau mendengar orang yang membaca kalimat bahasa Arab yang i’rabnya salah menurut dia. Mereka yang sudah tamat Alfiyyah, melihat orang seperti ini cuma senyum-senyum saja sembari berguman : “Maklum, belum tamat Alfiyah.”

Orang yang ngajinya masih Fathul Qarib, kalau keluar kamar mandi masih jinjit-jinjit, sarung diangkat di atas betis karena takut najis. Pas sudah khatam Fathul Jawwad, baru sadar kalau itu lebay dan melampau batas.

Orang yang baru awal belajar Qur’an dan Sunnah, rata-rata memahami keduanya secara tekstual. Baca, artikan, lalu simpulkan sendiri. Akhirnya lahirlah berbagai paham dan kesimpulan yang aneh-aneh. Coba kalau baca penjelasan para imam, maka akan lain hasilnya.

Waktu baru baca satu kitab, merasa pemahamannya paling benar dan yang lain 'harus' salah, karena baru tahu satu pendapat saja. Setelah baca beberapa kitab dan ngaji ke guru yang lain, baru tahu ternyata ada beberapa pendapat dalam masalah itu dan yang kemarin itu kepedean banget.

Semakin bertambah ilmu, semakin ringan menyelesaikan berbagai permasalahan. Ibarat balon yang diisi Hellium bisa terbang melayang. Beda sama yang ditiup dengan mulut, melembung tapi ngelundung.

Ngaji itu tidak kenal berhenti, dari bayi sampai mati. Apakah untuk menang debat ? Bukan. Tapi biar tahu kalau kita ini tidak tahu alias bodoh !
--------
*Dari berbagai sumber dengan beberapa tambahan dan penyesuaian.

Abdullah Al Jirani
18 jam ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.