Mirip bunyinya jauh berbeda maknanya. Yang jelas di masa kenabian belum ada pajak, yang ada palak.
Jadi kalau pada hadits nabawi ada kata al-maksu (المكس) kok diterjemahkan jadi pajak, jelas gak paham si penerjemahnya. Setidaknya kudu belajar sirah nabawiyah lebih dalam lagi.
Yang benar itu bukan pajak tapi palak. Ya, di masa kenabian banyak tukang palak, baik di tengah padang pasir atau di pasar. Kerjaannya ya memalak pedagang. Di masa kita namanya preman tukang palak.
Sedangkan pajak sendiri di masa kenabian tidak ada. Kan di masa beliau belum ada kementerian keuangan. Sedangkan pajak itu sebuah direktorat jendral (ditjet).
Masak Nabi SAW bersabda untuk pajak yang merupakan fenomena di abad 15 hijriyah, sementara palak yang kasusnya di depan mata malah tidak disinggung.
Tapi susah sekali rasanya ngomong sama TUKANG TAQLID MILENIAL (TTM). Ngakunya anti taqlid, tapi kerjaannya malah lebih daei taqlid, sudah sampai level MENYEMBAH berhala. Berhalanya tidak lain adalah ustadz-ustadz kelompoknya sendiri yang juga tukang taqlid juga.
Ciri khasnya mudah dikenali tuh, yaiti selalu merasa diri paling benar dan orang-orang Islam sedunia salah semua.
Keluar dari syirik yang satu, pindah ke syirik yang lebih berbobot yaitu MENYEMBAH USTADZ KALANGAN SENDIRI.
Astaghfirullah 3x
Aku berlindung kepada Allah dari godaan ustadz penyebar syirik penyembah ustadz kalangan sendiri.
Ahmad Sarwat, Lc. MA
Ahmad Sarwat
Kemarin pukul 03.50 ·
#Ahmad Sarwat