Huss, gak sopan. Masak ilmu para ustadz ditakar-takar kayak gitu. Pokoknya kalau sudah jadi ustadz itu pasti ngerti semua cabang ilmu agama deh. Ustadz gitu loh . . .
Saya mesem-mesem saja dengerin si Paijo ndobos sama teman-teman sepengajiannya.
Dalam hati saya tertawa sampai koprol berguling-guling saking gelinya. Betapa tidak, masak bergelar ustadz kok tiba-tiba jadi tahu segala ilmu?
Keustadzan itu seharusnya didapat lewat kuliah serius dari S1 sampai S3, kalau perlu sampai jadi profesor bahkan PAKAR. Ya, ustadz itu adalah seorang yang ahli dan spesialis di bidangnya. Kayak dokter spesialis gitu lah.
Tidak kita sebut ahli kanker kecuali beliau sudah selesai kuliah S1, lanjut S2 dan S3 di bidang kanker.
Maka biar tidak rancu, saya usul istilah ustadz diganti saja menjadi 'pakar'. Atau minimal harus disandingkan dengan kepakaran di bidang tertentu. Misalnya, Ustadz alm. Ali Mustafa Ya'qub Pakar Hadits. Atau Ustadz Muchlis Hanafi, pakar tafsir. Atau Ustadz Sayid Agil Al-Munawar, pakar Ushul Fiqih.
Kan enak didengarnya. Keren pula.
Ahmad Sarwat, Lc.MA
Note.
Jadi kalau baru ustadz doang, itu masih cemen lah. Ngajar quran di TPA pun sudah ustdz juga.
Seharusnya ada tambahannya yaitu Pakar A, pakar B, pakar C. Maka kalau baru ngajar TPA, kita sebut saja : Ustadz Abu-abu, pakar TPA.
Ahmad Sarwat
6 jam ·
#Ahmad Sarwat