Oleh: Abdul Wahab Ahmad
Setyawan Surya Arif Rusman: Assalamualaikum pak kyai,mohon diluruskan kalau salah berarti memaknai istawa,yadullah, Allah turun ke langit dunia, lebih aman memakai metode tafwidh (memasrahkan maknanya kepada Allah swt) dengan tetap meyakini Allah maha suci dari menyerupai makhluknya. Berarti salah juga salafi, mengatakan Allah punya tangan tapi tangannya tidak sama dengan tangan kita. wassalamualaikum
Qultu:
Wa'alaikum salam.
Anda sudah benar berkesimpulan seperti itu.
Sebenarnya salafi juga tafwidh, cuma beda. Kalau Ahlussunnah Asy'ariyah-Maturidiyah Tafwidhnya total dalam arti maknanya murni dipasrahkan kepada Allah. Adapun salafi tafwidh setengah-setengah dalam arti makna dhahir (makna denotatifnya) ditetapkan lalu kaifiyah (bagaimananya) dipasrahkan kepada Allah.
Biar lebih jelas, begini contohnya:
Asy'ariyah: Allah punya Yad tapi apa maknanya? hanya Allah yang tahu yang sesuai dengan kemuliaannya, yang jelas bukan tangan sebab tangan itu anggota badan yang berarti susunan materi. Mengartikan Yad sebagai tangan berarti menisbatkan ketidaklayakan kepada Allah. Adapun mengartikan sebagai "kekuasaan" atau lainnya (ditakwil) meskipun artinya benar, Allah memang punya kekuasaan, tetapi belum tentu makna yang dikehendaki Allah seperti itu. Jadi semua dipasrahkan bulat-bulat kepada Allah untuk lebih amannya. Pemasrahan secara total ini bukanlah aib sebab memang kenyataannya banyak yang kita tak tahu tentang Allah dan memang sebaiknya jangan memikirkan hal yang belum pasti dari Dzat Allah.
Salafi: Allah punya tangan dalam arti sebenarnya (haqiqatihi) sebagaimana arti tangan dalam bahasa pada umumnya. Hanya saja sifatnya, bentuknya, dan bagaimananya tak sama dengan tangan manapun. Jadi tangan di sini jelas bermakna anggota badan akan tetapi berbeda bentuknya dari semua yang dipunyai makhluk. Makna ini tentu tak layak bagi Allah sebab menetapkan sifat materi (jisim) pada Allah. Salafi tipe vulgar yang berani mengatakan seperti ini biasanya akan mengatakan bahwa Allah adalah jisim yang tak sama dengan jisim lain dan Allah serta Rasul tak pernah menafikan kejisiman Allah sebab kata "jisim" adalah istilah baru yang tak dikenal oleh kalangan salaf (Menurut klaim mereka tentunya). Syaikh Ibnu Taymiyah adalah tipe vulgar ini (di sebagian kitabnya).
Tetapi kebanyakan Salafi agak malu-malu yang mau bilang vulgar begitu. Biasanya mereka pakai redaksi yang samar dan multi tafsir semisal: "Kita mengimani bahwa Allah punya tangan tetapi kaifiyahnya hanya Allah yang tahu dan membahas ini adalah bid'ah". Ungkapan ini multi tafsir, tak jelas apakah yang dimaksud tangan adalah anggota badan atau hanya kiasan. Biasanya yang malu-malu ini menolak kalau dibilang bahwa tangan Allah adalah jisim atau anggota badan. Lalu adakah tangan yang bukan jisim atau anggota badan? Jangan coba tanyakan ini sebab anda takkan menemukan jawaban yang jelas dari salafi tipe malu-malu ini. Yang ada hanya akan dibilang Ahli bid'ah sambil menukil qaulnya Imam Malik.
Ada juga yang makin gak jelas lagi ungkapannya sebab tidak konsisten. Mereka bilang: "Arti Tangan sebagaimana dimaklumi tapi kaifiyahnya tidak ada yang tahu". Tipe ini bilang artinya maklum tapi kaifiyahnya tak maklum. Mana ada di dunia ini yang kaifiyahnya tidak diketahui tapi artinya diketahui? Kalau bilang kata "kursi" pasti semua tahu (punya bayangan dalam benak/tashawwur) akan apa arti kursi itu, semisal tempat duduk dalam ukuran tertentu dengan bentuk tertentu. Bayangan dalam benak ini disebut kaifiyah (bagaimananya) yang dalam ilmu manthiq/logika disebut sebagai tashawwur. Adapun bila sama sekali tak muncul bayangan dalam benak (tashawwur) dari suatu kata, semisal saya bilang "Johkurts", maka tentu maknanya juga tak tahu. Ini pelajaran dasar dalam ilmu logika yang gagal dipahami oleh salafi tipe ini. Mereka bilang maklum terhadap yang tidak maklum atau dengan kata lain mengatakan tidak maklum tapi maklum. Tipe ini juga menolak kalau disebut arti maklumnya adalah anggota badan/jisim. Biasanya juga tak mau menjawab kalau ditanya apa yang dimaksud maklum itu? sebab memang tak maklum tashawwurnya. Kalaupun didesak menjelaskan, maka yang akan dikeluarkan juga vonis sebagai ahli bid'ah juga sambil menukil qaulnya Imam Malik.
Tafwidh setengah-setengah ala salafi ini tak bisa dipertahankan secara ilmiah, baik secara aqli maupun naqli. Hujjah maksimal mereka hanyalah menukil dari tokoh A, B, C, D, E, F, G yang sepintas sesuai dengan pemahaman mereka sambil mendoktrin bahwa pemahaman merekalah satu-satunya yang benar seolah Allah dan Rasulnya memang secara gamblang mengatakan seperti itu. Padahal tak pernah Allah dan rasulnya mengatakan "maknanya harus sesuai lahiriyahnya", "maknanya adalah yang secara hakikatnya", "maknanya adalah jisim", "maknanya adalah anggota badah Allah" atau lain sebagainya sebagaimana yang biasa mereka katakan baik secara eksplisit maupun implisit.
Lalu apa qaul Imam Malik itu dan apa maksudnya? lain kali saja saya tulis sebab tak cukup hanya dengan jawaban pendek. Bahasnya harus melibatkan tahqiq riwayat dan tahrir lughawi manthiqi.
Hal yang sama persis juga berlaku ketika menghadapi sifat Allah lainnya seperti istawa, nuzul, dan seterusnya.
Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.
Abdul Wahab Ahmad
2 Februari 2018 ·
Komentar :
Abdurrahman Yulian : Ulama salaf dahulu tidak berani mentakwilkan. Takwilnya mereka serahkan bulat kpd Allah.
Ulama khalaf pakai takwil. Dipelopori imam abu hasan asy'ari dan maturidi. Karna ada golongan yg salah takwil.
Org wahabi yg dipelopori ibnu taimiyah mentakwilkan sesuai textual ayat. Sehingga menyerupakan Allah dgn makhluk. Dan mereka mengklaim, inilah manhaj ulama salaf dahulu. Sehingga disebut pengajian salafi.
Abdul Wahab Ahmad : Sebenarnya ulama salaf, sejak sahabat, juga ada yang mentakwil
Abdurrahman Yulian : Benar ustad.
Abdurrahman Yulian : Kenapa tauhid kita dgn wahabi berbeda ya ustad?
Abdul Wahab Ahmad : Maksudnya?
Abdurrahman Yulian : Mengenai sifat ketuhanan.
Abdul Wahab Ahmad : Beda memahami detail sifat sebab beda dalam memperlakukan teks. Mereka inkonsisten
Abdurrahman Yulian : Saya baca dlm kitab 4 masalah agama KH SIRAJUDDIN ABBAS. ada ulama salaf, ada ulama khalaf.. Keduanya sama sama selamat. Yg satu menyerahkan takwilnya pd Allah. Yg satu menakwilkan anpa mengurangi keagungan dan kemahasucian Allah.
Abdul Wahab Ahmad : Betul sekali. Tafwidh ataupun takwil diperbolehkan. Yang bermasalah adalah tafwidh Setengah-setengah atau mewajibkan makna dhahir
Abdurrahman Yulian : Benar ustad. Tapi mengapa mereka yakin sekali dgn tri tauhidnya ibnu taimiyah. Mereka sangat menolak kitab sifat 20.
Abdul Wahab Ahmad : Sebab kurang paham tentang akidah 50 atau memang suka cari gara-gara dengan cara menyebut orang sekarang belum bertauhid dengan sebenarnya
Abdurrahman Yulian : Oke ustad. Makasih ya
Ahmad Fauzi : Sepertinya pembahasan Tafwidh dan Ta'thil juga perlu yi, untuk membedakan konsep keduanya
Abdul Wahab Ahmad : Insyaallah lain waktu
Abdulloh Suyuthi : Tajsim dan tasybih apakah sama yai...?
Abdul Wahab Ahmad : Dua hal berbeda tapi saling terkait
Mohamad Nawawi : Salah satu argumem wahabi bahwa Allah ada di langit adalah surah Sajdah (5)…. يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ”. Mereka mengatakan bahwa ada pergerakan “urusan” dari langit ke bumi dan kembali lagi kepadaNya (yang –katanya- ada dilangit). Bagaimana menjelaskan hal ini Yai?
Abdul Wahab Ahmad : Bisa dijawab dengan penjelasan Imam Ibnu Katsir al-Asy'ary berikut:وقوله تعالى "يدبر الأمر من السماء إلى الأرض ثم يعرج إليه" أي يتنزل أمره من أعلى السماوات إلى أقصى تخوم الأرض السابعة كما قال تعالى "الله الذي خلق سبع سماوات ومن الأرض مثلهن يتنزل الأمر بينهن" الآية وترفع الأعمال إلى ديوانها فوق سماء الدنيا ومسافة ما بينها وبين الأرض مسيرة خمسمائة سنة وسمك السماء خمسمائة سنة
Amal manusia dilaporkan ke diwannya di atas langit dunia. Bukan naik ke tempat fisikal Tuhan. Sama seperti kita bilang "urusan kita sudah naik ke pimpinan" masak diartikan kalau pimpinannya berada di lantai atas?
Mohamad Nawawi : Terimakasih Yai
Pak Wang Aswaja : IBNU KATSIR seorg ASY'ARIY??? Ada2 ajha sahabat satu ini.....!!! ALLAAHUL MUSTA'AAN. Bisa2 nanti UMAR BIN KHOTHOB,ABU BAKAR ASH SHIDIQ, IBNU ABBAS,ABU MUSA AL ASY'ARIY dan selainnya RODHIYALLAAHU 'ANHUM dikatakan jg sbg ASY'ARIY.
Abdul Wahab Ahmad : itu pernyataan Ibnu Katsir sendiri. beliau juga mengajar di madrasah wakaf yang waqifnya mennyaratkan pengajarnya Asy'ari semua.banyak baca dong sebelum komen.
M Abdul Hamid LA : Abdinah masih menunggu uraian tentang
"الاستواء/المعنى معلوم والكيف مجهول" او كما قال.
Abdul Wahab Ahmad : Itu shighat palsu lek. Yang benerوكيف غير معقول
M Abdul Hamid LA : Mator sakalangkong koreksinya🙏🙏🙏
Abdul Wahab Ahmad : Maksudnya: Maknanya kita semua tahu itu ada banyak, cuma kaifiyahnya tak masuk akal. Tak masuk akal berarti tak ada. Dalam sighat lain, imam Malik mengatakan وكيف عنه مرفوع yang berarti kaifiyahnya memang tak ada dari Allah.Berarti di antara makna yang ada itu, semua makna yang berujung pada kaifiyah seperti adanya bentuk, batasan, pose dan cara adalah makna yang tak masuk akal dan tak mungkin ada bagi Allah. Yang tersisa hanyalah makna yang layak bagi keagungannya yang kita tak tahu hakikatnya.
Sebab itu, ketika mengomentari ayat وجاء ربك Imam Malik bukannya bilang bahwa Dzat Allah yang datang sebab makna ini berujung pada kaifiyah tertentu sebagaimana sifat jisim. Beliau mentakwilnya dengan وجاء أمر ربك
Akmal Aliman : Tanya yai, apakah sesuatu itu mesti tashawwur?
Abdul Wahab Ahmad : Kalau mau dibahas ya mesti tashawwur. kalau tak mau atau tak bisa ditashawwuri sebab tak ada info, maka jangan dibahas apalagi dilekatkan makna tertentu.
#Abdul Wahab Ahmad