Cukupkah Menghilangkan Najis Dengan Cara Dilap?

Cukupkah Menghilangkan Najis Dengan Cara Dilap? - Kajian Medina
CUKUPKAH MENGHILANGKAN NAJIS DENGAN CARA DILAP ?

Oleh : Abdullah Al Jirani

Salah satu kesalahan yang sering terjadi, jika ada anak ngompol di lantai, biasanya ibunya mengelap lantai yang terkena air kencing tersebut dengan kain yang telah dibasahi dengan air. Ini tidak mencukupi. Dalam arti, lantai tersebut masih dianggap najis. Bahkan najis itu semakin meluas dengan cara dilap. Kain-nya pun ikut najis.

Menyucikan sesuatu yang terkena najis, misalnya air kencing, harus dengan cara dicuci/dibasuh dengan menggunakan air. Makna mencuci/membasuh, adalah mengalirkan air kepada tempat yang terkena najis. Sedangkan mengelap, tidak termasuk makna mencuci karena tidak ada air yang mengalir. Oleh karena itu, ketika ada seorang Arab Badui yang kencing di dalam masjid, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- meminta air kemudian diguyurkan kepada tempat yang dikencingi oleh Arab Badui tersebut. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata :

أَنَّ أَعْرَابِيًّا بَالَ فِي الْمَسْجِدِ، فَقَامَ إِلَيْهِ بَعْضُ الْقَوْمِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ وَلَا تُزْرِمُوهُ» قَالَ: فَلَمَّا فَرَغَ دَعَا بِدَلْوٍ مِنْ مَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya ada seorang Arab Badui kencing di dalam masjid. Lalu sebagian sahabat menghardiknya. Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata : “Biarkan dia, jangan memotongnya.” Anas berkata : Maka setelah selesai, beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- meminta setimba air lalu beliau mencurahkan/menyiramkan air tersebut kepadanya (tempat yang dikencingi oleh Arab Badui).”[HR. Al-Bukhari : 6025 dan Muslim : 98].

Imam Al-Hishni Asy-Syafi’i –rahimahullah-(wafat : 829 H) berkata :

وَالْحَاصِل أَن الْوَاجِب فِي إِزَالَة النَّجَاسَة غسلهَا الْمُعْتَاد بِحَيْثُ ينزل المَاء بعد الحت والتحامل صافياً إِلَّا فِي بَوْل الصَّبِي الَّذِي لم يطعم وَلم يشرب سوى اللَّبن فَيَكْفِي فِيهِ الرش

“Kesimpulannya, sesungguhnya dalam menghilangkan najis wajib untuk dicuci sebagaimana biasa, dimana air turun setelah digosok/dihilangkan dan bersih. Kecuali pada air kencing anak kecil yang belum makan dan minum kecuali ASI, maka padanya cukup diperciki saja.” [Kifayatul Akhyar fi Hilli Ghayatil Ikhtishar : 67].

Cara yang tepat : lantai yang terkena air kencing dilap dulu dengan kain, setelah itu baru diguyur dengan air. Dengan demikian lantai sudah menjadi suci. Cara ini juga berlaku untuk selain lantai. Dan ingat ! kain yang sebelumnya digunakan untuk mengelap, statusnya najis. Jadi harap hati-hati jangan sampai diletakkan disembarang tempat. Adapun air kencing bayi yang belum makan dan minum kecuali ASI, maka sudah cukup dengan diperciki saja. Memerciki tidak disyaratkan adanya air mengalir.

Demikian semoga bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan kita sekalian. Alhamdulillah Rabbil ‘alamin.

Solo, 19 Jumadil Awal 1440 H

Abdullah Al Jirani
1 jam ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.