Hukum Mengucapkan “Shadaqallahul ‘Adzim”

Hukum Mengucapkan “Shadaqallahul ‘Adzim” - Kajian Medina
HUKUM MENGUCAPKAN “SHADAQALLAHUL ‘ADZIM”

Oleh : Abdullah Al Jirani

“SHADAQALLAHUL ‘ADZIIIM....”, demikian anak perempuan saya yang baru duduk di kelas empat SD Muhammadiyyah mengakhiri bacaan Al-Qur’annya malam itu. Jadi teringat masa-masa kecil di kampung dulu. Kalau ada acara di masjid, seperti halal bi halal atau maulid nabi, atau yang lainnya, biasanya ada sesi pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang diakhiri dengan kalimat “shadaqallahul ‘adzim” (Maha Benar Allah yang Maha Agung dengan seluruh firman-Nya). Pembacanya biasanya didampingi oleh seorang penerjemah perempuan yang distilahkan dengan “saritilawah” (wallahu a’lam, saya tidak tahu kenapa diistilahkan demikian).

Mengakhiri bacaan Al-Qur’an dengan kalimat di atas atau yang semakna dengannya dalam rangka untuk memuji Allah -Jalla Dzikruhu- sebagai aplikasi pengagungan terhadap-Nya dan kepada kitab suci-Nya (Al-Qur’an), hukumnya minimal BOLEH. Karena hal ini merupakan salah satu bentuk adab dalam memuliakan Al-Qur’an. Apa ada dalilnya ? Sudah tentu ada. Diantaranya, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: "SHADAQALLAH (Benarlah apa yang difirmankan Allah)." Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” [QS. Ali ‘Imran : 95].

Imam Al-Qurthubi –rahimahullah- (wafat : 671 H) berkata :

وَمِنْ حُرْمَتِهِ إِذَا انْتَهَتْ قِرَاءَتُهُ أَنْ يُصَدِّقَ رَبَّهُ، وَيَشْهَدَ بِالْبَلَاغِ

“Termasuk dari memuliakannya (Al-Qur’an), apabila telah selesai dari membacanya, hendaknya seorang membenarkan Rabb-nya (Allah) dan mempersaksikan akan tersampai(nya kepada umat).”[Tafsir Al-Qurthubi : 1/27]

Telah diriwayatkan dari Buraidah –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata :

خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَقْبَلَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَلَيْهِمَا قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ يَعْثُرَانِ وَيَقُومَانِ، فَنَزَلَ فَأَخَذَهُمَا، فَصَعِدَ بِهِمَا الْمِنْبَرَ ثُمَّ قَالَ: صَدَقَ اللَّهُ (إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ)، رَأَيْتُ هَذَيْنِ فَلَمْ أَصْبِرْ، ثُمَّ أَخَذَ فِي الْخُطْبَةِ

“Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkuthbah di tengah-tengah kami. Tiba-tiba datanglah Al-Hasan dan Al-Husain –radhiallahu ‘anhuma- dengan membawa dua gamis berwarna merah. Keduanya terjatuh lalu bangun. Maka beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- turun dari mimbar lalu mengambil keduanya dan naik ke atas mimbar kembali dengan menggendong keduanya, kemudian berkata : “SHADAQALLAHU” (Sungguh benar Allah dengan firman-Nya) : “Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian merupakan fitnah bagi kalian”, aku melihat dua anak ini (terjatuh) dan aku tidak sabar (maksudnya : kasihan –wallahu a’lam-), kemudian aku mempersingkat kuthbahku.” [HR. Abu Dawud : 1109 dan sanadnya shahih].

Di dalam “Hasyiyah Nihayatul Muhtaj” (2/43) disebutkan :

لو قال: (صدق الله العظيم) عند قراءة شيء من القرآن قال - شمس الدين الرملي -: ينبغي أن لا يضر، وكذا لو قال: (آمنت بالله) عند قراءة ما يناسبه. حاشية نهاية المحتاج" (2/ 43)

“Seandainya seorang mengucapkan “SHADAQALLAHUL ‘ADZIM” ketika selesai membaca sebagian dari Al-Qur’an, Syamsuddin Ar-Ramli –rahimahullah- berkata : “Seyogyanya hal itu tidak memudharatkan (shalat).” Demikian juga jika mengucapkan “AMANTU BILLAH” (Aku beriman kepada Allah) ketika membaca ayat yang mencocoki (kalimat ini).”

Ini untuk di dalam shalat, bila di luar shalat, tentu lebih dibolehkan lagi.

Bolehnya masalah ini, juga telah difatwakan oleh salah seorang ulama’ senior Salafy, yaitu Syaikh Allamah Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin –rahimahullah-. Berikut ini teks pertanyaan dan jawaban beliau –rahimahullah-.

ســـؤال : ما حكم قول (صدق الله العظيم) بعد قراءة القرآن؟ وهل لابد من قولها بعد الانتهاء من قراءة القرآن ؟ الجواب: لا بأس بقول (صدق الله العظيم) بعد القراءة...( قاله وأملاه عبد الله بن عبد الرحمن الجبرين )

SOAL : Apa hukum ucapan “Shadaqallahul ‘adzim” setelah membaca Al-Qur’an ? Apakah ucapan ini merupakan keharusan setelah setelah dari membaca Al-Qur’an ? JAWAB : Tidak mengapa dengan ucapan “Shadaqallahul ‘adzim” setelah membaca Al-Qur’an....-kemudian beliau menyebutkan beberapa dalil dalam masalah ini-...”[ Nomor fatwa : 7546 tanggal 9/4/1416 H].

Pendapat inilah yang kami yakini sesuai dengan uraian di atas. Demikian semoga ada manfaatnya bagi kita sekalian.

Solo, 29 Rabi’ul Akhir 1440 H

Abdullah Al Jirani
16 jam · 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.