Membatasi "pintu" hidayah hanya pada kelompoknya dan mengklaim seluruh pintu di luar sebagai kesesatan, merupakan cara berfikir dan pemahaman yang sangat sempit. Sehingga, siapapun yang masuk bukan dari pintunya, atau telah masuk kemudian keluar mencari pintu lain, dihukumi sebagai seorang yang munharif (tersesat).
Untuk menjadi pintu hidayah tidak harus sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Mereka memiliki kekurangan, sebagaimana kita juga punya kekurangan. Bahkan bisa jadi, kekurangan kita lebih benyak dari mereka. Semua kekurangan itu mestinya menjadi tanggung jawab bersama untuk memperbaiki dan meluruskannya. Bukan malah kita jadikan "point" untuk menjatuhkan kelompok lain dan menjauhkan umat darinya.
Perlu kiranya membiasakan diri menilai kelompok lain secara obyektif, mengedepankan baik sangka, memulai dengan melihat kebaikan yang lebih dominan, serta sisi-sisi persamaan yang ada. Dengan demikian, Insya Allah titik temu akan terwujud tanpa menimbulkan kegaduhan, apalagi sakit hati dan kekecewaan.
Sehingga kita tidak perlu merasa kehilangan jika ada seorang yang pindah pilihan "pintu" hidayah. Apalagi tergesa untuk menjatuhkan vonis-vonis tertentu yang tidak argumentatif serta penilaian yang subyektif. Mari banyak muhasabah serta mengambil pelajaran untuk diri sendiri. Setiap yang kita tulis dan kita ucapkan akan dihisab oleh Allah dengan seadil-adilnya.
Hamba yang fakir,
Abdullah Al Jirani
Abdullah Al Jirani
15 jam ·
#Abdullah Al Jirani