__
Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani
Pada awalnya Islam tidak begitu diperhitungkan oleh para penduduk Mekkah. Mayoritas mereka mendengar, tetapi menganggapnya biasa-biasa saja. Hanya beberapa orang saja yang memperhatikan, dan kemudian masuk Islam, sementara yang lain tak begitu mengindahkan.
Para pembesar Mekkah, termasuk Abu Jahal dan Abu Lahab, menganggap Islam sebagai suatu kekonyolan. Mereka hanya membuli dan menertawakan Nabi setiap kali beliau berjalan melewatinya. Sambil mengejek, ia berkata "Inilah putra Abdul Muthallib yang senantiasa membicarakan sesuatu yang datang dari langit."
Pernyataan semacam itu mereka lontarkan berulangkali, hingga Nabi Muhammad saw. pun menjadi bahan tertawaan orang-orang yang mendengarnya. Mereka mengejek Nabi, apabila beliau benar sebagai seorang utusan Allah, kenapa tidak bisa menghidupkan orang mati, menjadikan gunung-gunung di sekitar Mekkah sebagai emas, dan sebagainya ?
Berbagai cemoohan itu beliau sikapi dengan penuh kesabaran. Hingga akhirnya banyak orang yang menilainya sebagai pribadi yang luar biasa penyabar. Mereka yang bernurani langsung membenarkan perjuangan Nabi, yang bermula dari perasaan simpati.
Secara perlahan Islam semakin banyak yang menerima, mulai dari pemuda, rakyat jelata, pengusaha hingga jawara, banyak yang bergabung dengan dakwah Nabi. Maka, semakin menggemalah seruan Islam di seantero penduduk Mekkah.
Melihat fenomena itu, para pembesar Mekkah menjadi terbelalak matanya. Mereka tidak lagi menertawakan dakwah Nabi, tidak pula meremehkannya. Mereka berunding serius untuk menghentikan dakwah Islam. Beberapa strategi mereka siapkan, yakni menyebarkan propaganda busuk atas Nabi Muhammad saw.
Mereka bersepakat untuk menyematkan tuduhan kepada Nabi, bahwa beliau adalah orang gila lagi bodoh, dukun, penyair, hingga pemecah belah masyarakat Mekkah. Karena Nabi lah seorang kakak bermusuhan dengan adiknya, anak dengan orang tuanya, disebabkan pasca adanya dakwah Islam banyak diantara mereka yang berdebat mempertahankan keyakinannya.
Ternyata semua tuduhan itu tidak berarti apa-apa bagi dakwah Nabi. Gerbong dakwah terus berjalan dan banyak orang yang ingin menaiki. Para pembesar Qurays dibuatnya gigit jari, karena mereka tidak bisa menghentikan dakwah Nabi.
Mereka siapkan strategi baru, yakni memboikot semua orang yang mengikuti dakwah Nabi. Surat keputusannya itu ia tempelkan di dalam dinding Ka'bah bagian dalam. Sebagai isyarat bahwa mereka serius menolak dakwah Islam.
Para pedagang yang muslim dilarang membuka lapaknya di Mekkah, para pekerja dipecat tanpa pesangon oleh majikannya, dan kaum dhuafa diusir dari bumi Mekkah. Mereka dikucilkan dibukit-bukit, diboikot agar tidak ada lagi interaksi dengan yang lainnya.
Semua itu mereka lakukan agar umat Islam melepaskan loyalitasnya dengan Nabi. Tetapi bukannya mereka menjadi takut dan melepaskan Ketauhidannya, justru mereka semakin berani. Bagi mereka, lebih baik kehilangan pekerjaan dan nyawa daripada harus berhenti memperjuangkan agama.
Berita tentang pemboikotan ini pun menjadi viral di kalangan orang-orang yang berada di luar Mekkah, orang Yaman, Mesir dan lainnya yang melakukan ziaroh dan dagang ke kota Mekkah banyak yang mendengar tentang kejadian ini. Mereka justru berempati, mencari tau tentang sosok Muhammad dan agama yang dibawanya.
Mulai saat itulah Islam menjadi viral dan menjadi topik perbincangan di semua kalangan. Begitulah Islam, semakin ditekan maka ia akan semakin mengagumkan. Begitu pula yang terjadi saat ini, di Eropa, Amerika, termasuk di Indonesia, semakin disudutkan maka ia akan semakin menyilaukan.
"Mereka coba memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka (fitnah dan caci maki), dan Allah justru akan menyempurnakan cahaya agamanya, walaupun orang-orang kafir membencinya," (Qs. Asshof: 8).
#KhilafahAjaranIslam
#ReturnTheKhilafah
Cirebon, 4 Desember 2018
Ustadz Fahmi al-Anjatani
5 jam ·
#Ustadz Fahmi al-Anjatani