Aksi 212, tentu yang kita ingat adalah momentum bersatu dan bergeraknya umat Islam dari berbagai elemen untuk satu misi yang sama, yaitu membela Islam dan Al-Qur'an. Ini hal yang sangat menggembirakan, karena dua hal: Pertama, umat Islam memperjuangkan sesuatu yang tidak terkait urusan perut dan dunia mereka, tapi karena ghirah mereka terhadap Islam. Kedua, mereka bergerak dengan latar belakang kelompok dan afiliasi yang beragam, namun yang mereka suarakan adalah tuntutan bersama, bukan agenda satu kelompok saja.
Di negeri ini, yang bergerak dalam dakwah Islam sangat banyak, dan masing-masing punya wilayah garapan, konsentrasi, prioritas dan langkah-langkah dakwah yang berbeda. Alhamdulillah, secara umum itu sangat maslahat bagi umat Islam dan dakwah Islam. Hanya saja, kadang terjadi friksi antar elemen yang ada. Juga kadang, saling klaim, entah saling klaim paling lurus dan paling sesuai Islam, atau klaim paling berkontribusi dalam dakwah. Ini jelas tak benar. Dakwah Islam, jika punya visi dan tujuan yang sama, tentu bisa berjalan bersama dan saling mendukung, bukan malah saling serang.
Karena itu, saya sejak lama punya usul, seluruh elemen dakwah Islam di Indonesia dan berbagai kelompok yang ada, baik NU, Muhammadiyah, Tarbiyah, Persis, Salafi, HTI, Wahdah Islamiyah, maupun kelompok-kelompok lainnya, juga berbagai pesantren, ma'had, majelis ta'lim, dan lain-lain, duduk bersama. Membincangkan langkah dakwah Islam di Indonesia ke depannya. Merancang langkah-langkah strategis yang disepakati bersama, sesuai manhaj Qur'ani, sesuai Sunnah, dan juga memperhatikan kekhasan kondisi Indonesia, sebagai lahan dakwah yang akan digarap.
Mungkin dirasa oleh sebagian orang, terlalu ideal, atau terlalu naif, tapi begitulah seharusnya. Jika ingin bersatu, maka semua elemen harus duduk bersama. Perbedaan madzhab, aliran pemikiran, dll, tetap ada, tapi tidak menghalangi kita untuk melangkah bersama. Semua berembug, semua sumbang pendapat, dan langkah-langkah disepakati bersama. Tak ada kelompok yang berusaha memaksakan cara berpikirnya sendiri pada yang lain. Juga tak boleh ada yang merasa "suci sendiri", sehingga merasa tak perlu melibatkan pihak lain.
Semangat inilah yang perlu kita pupuk dan perjuangkan bersama. Semangat persatuan umat Islam. Semangat melangkah bersama dalam dakwah Islam. Semangat duduk bersama untuk membincangkan langkah-langkah dakwah, yang perlu diperjuangkan bersama. Inilah spirit 212 yang saya rasakan dan harus dipertahankan.
Tentu terlalu sempit jika aksi 212 dan reuni-reuninya, hanya ditujukan untuk membesarkan nama kelompok tertentu saja. Dan tentu sangat sempit jika 212 hanya ditujukan untuk tujuan politik praktis, seperti mengusung calon presiden tertentu. Terlibat politik praktis dan dukung-mendukung calon presiden, tentu tak mengapa, selama payung besarnya adalah untuk kemaslahatan dakwah Islam. Dalam ungkapan berbeda, umat Islam yang harus memanfaatkan partai-partai politik yang ada dan calon presiden yang ada, untuk kepentingan umat dan dakwah Islam. Bukan sebaliknya, mereka yang memanfaatkan umat Islam untuk kepentingan pribadi dan golongan mereka, lalu setelah berhasil mencapai tujuannya, umat Islam ditinggalkan. Kita tentu tak berharap seperti itu.
~ Muhammad Abduh Negara ~
Muhammad Abduh Negara II
Kemarin pukul 07.59 ·
#Muhammad Abduh Negara II