Maafkan aku saudara-saudaraku dari kalangan NU, jika aku tak sepakat soal pembakaran bendera itu. Aku pikir masih ada cara lain dibandingkan itu. Apalagi bila divideokan hingga jadi viral.
Tapi aku tak pungkiri kebaikan-kebaikanmu yang banyak bagi negeri ini. Bahkan mungkin tak ada bandingannya dengan kami. Guru-guru dan teman-teman seperjuanganku banyak dari NU. Aku masih saksikan banyak sekali yang adabnya bahkan keilmuannya baik. Pesantren-pesantrennya sejak dahulu banyak di mana-mana. Bahkan telah menghasilkan ratusan/bahkan mungkin lebih para penghafal Al-Qur'ān yang telah berkali-kali menjuarai ajang perlombaan tingkat Nasional maupun Internasional. Bahkan juga banyak menghasilkan orang-orang hebat di negeri ini. Kami pun melihat kezuhudan, kesederhanaan, dan kesungguhan dari para Kyiai dan santri-santrinya diberbagai pelosok negeri. Tidak hanya itu, engkau bahkan hadir ketika negeri ini belum merdeka. Ketika kami belum hadir di negeri tercinta ini. Semangat juang KH. Hasyim Asy'ari menjadikanmu penggerak untuk kebaikan bangsa yang besar ini.
Namun akhir-akhir ini, kami melihat namamu sedikit tercoreng. Oleh ulah oknum-oknum yang kami khawatirkan terjangkiti virus liberal. Semakin besar ormas dan pengikutmu, semakin banyak pula ujiannya. Semoga Allāh perbaiki keadaanmu dan keadaan kita semua. Semoga kita disatukan di atas kalimat tauhid. Lā ilāha illallāhu, Muhammadur rasūlullāh. Aamiin.
24 Oktober pukul 21.35 ·
HIKMAH PAGI
Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena ulah segelintir orang, rusaklah image kelompok tersebut. Tapi bila yang rusak pun banyak, maka bertanya-tanya pula kita dibuatnya. Tapi ku tetap berkeyakinan, bahwa di tiap-tiap kelompok itu banyak yang bengkoknya, banyak pula yang lurusnya. Yang bengkok dibina dan diluruskan bila perlu diberi efek jera. Yang lurus dipertahankan.
Bila aku digigit semut merah di sebuah pohon, maka aku hanya akan menyingkirkan semut itu saja. Aku tidak akan mengambil minyak tanah lalu ku bakar semua pohon itu beserta seluruh semut yang ada di situ. Ambil baiknya, buang buruknya. Semoga Allāh mengampuni dosa-dosa kita semua dan semoga Allāh menyatukan kita semua di atas kalimat tauhid. Jauhi berbangga dengan kelompok/organisasi/ustadz masing-masing sebab itu adalah sumber perpecahan. Bersatulah di atas kalimat tauhid 'Lā ilāha illallāh'. Kalimat yang telah menyatukan kita semenjak dahulu kala. Jangan biarkan musuh mengadu-domba kita dan tertawa di atas peperangan sesama kita!
24 Oktober pukul 10.27 ·
Sudah cukup NU dirangkul dalam Nasakom (1959-1965), dan dibenturkan dengan Masyumi yang menolak Nasakom, setelah itu Kyai2 NU di daerah jugalah yang pertama disembelih oleh PKI saat kudeta 1965. Di Parlemen satu meja, di bawah digorok-gorok. Sudah cukup NU dijadikan alat pemukul politik, saat ini janganlah lagi.
Janganlah Banser usir2 pengajian, bakar2 bendera Syahadatain. Siapa yang tepuk tangan? Orang lain. Kalau Banser dan FPI dah sama2 remuk, siapa yang gembira? Orang lain. Kalau Banser sama ormas2 Islam lain bertikai, siapa yang senang? Orang lain.
Memang Islam di Indonesia, kata alm. Djuanda, sengaja diadu terus biar tak pernah stabil dan kuat, dan cara termudah adalah mengadu kaum tradisionalis dan modernis, cepat sekali menyala kalau dua pihak ini ketemu. Dua-duanya mati dalam takbir; yang non-Islam justru sedang massif melakukan pemurtadan di pedalaman2.
Yang satu jangan bertindak bodoh, yang lain jangan ceroboh.
By: Kyai Rudi Wahyudi hafizhahullāh
25 Oktober pukul 12.46 ·
REKATKAN
Mari rekatkan persaudaraan terus. Saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Jauhi perselisihan. Mari jaga kedamaian negeri ini. Negeri ini perlu diapresiasi. Mayoritas umat Islam di sini bisa hidup rukun dibandingkan dengan negara-negara yang berpenduduk muslim lainnya.
Indonesia dan Malaysia adalah contoh negeri yang aman dan damai dengan penduduk muslimnya. Indonesia dengan ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah sejak dulu alhamdulillāh telah menciptakan kedamaian di negeri ini. Terlepas dari kekurangan masing-masing.
Bandingkan dengan negeri-negeri berpenduduk muslim lainnya seperti Afganistan, Iraq, Somalia, Suriah, Yaman, Mesir, Libya, dan sebagainya yang diuji dengan peperangan, kekacauan, dan seterusnya. Berapa banyak korban kaum muslimin yang sudah tumpah darahnya, terenggut nyawanya, dan tidak tenang hidupnya.
Yā Rabbanā, jagalah terus nikmat keamanan di negeri ini. Agar kami bisa tenang beribadah kepada-Mu. Aamiin.
25 Oktober pukul 12.17 ·
MAKRUH
Saya memilih untuk diri saya pribadi dan keluarga saya khususnya, tentang hukum menulis kalimat tauhid atau semacamnya baik di topi, kaos, bendera, dan semacamnya, bahwa hukumnya makruh. Sebab sungguh saya khawatir tidak mampu menjaga atau memuliakannya. Semoga mereka yang memakai aksesoris kalimat thayyibah, Allāh bantu untuk dapat menjaga kalimat thayyibah itu. Semoga tidak ada yang terinjak, terbuang, atau tersimpan di tempat yang tidak semestinya.
Semoga kita tidak termasuk orang yang membela tauhid hanya sebatas pada bendera saja. Semoga kita termasuk orang yang mau membela tauhid dengan terus membasahi lisan kita dengannya, mengamalkan konsekuensinya, dan berdakwah kepada kalimat tersebut. Aamiin.
26 Oktober pukul 18.53 ·
Ghirah (semangat) dalam membela agama harus dibarengi dengan ilmu, adab, dan bimbingan para alim ulama yang usia dan keilmuannya sudah matang.
26 Oktober pukul 13.05 ·
Ketika aku terlalu berlebihan dalam mengecam dan mencaci maki kekurangan suatu kelompok, aku khawatir akan dilupakan pada kekurangan kelompok lain yang lebih besar. Terutama yang dapat mengancam nilai-nilai keamanan dan kesatuan negeri ini. Semoga keadilan tercipta di negeri ini. Damailah selalu negeriku. Damailah selalu umat Islam.
Robi Maulana Saifullah
26 Oktober pukul 08.48 ·
#Robi Maulana Saifullah