Bila ujung celananya mengatung, dia pun syahdu dan senyum sapa. Dianggapnya saudara seirama. Bilamana ujung celana tak mengatung, maka wajahnya pun menjadi ngeri-ngeri sedap macam ‘nande-nande’ kelilit hutang; masam & sungguh menyeramkan.
Ada lagi yang sedikit “cerdas”; melihat orang muslim yang penampilannya sama dengannya (yaitu bergamis dan bercelana ngatung), dia tak langsung respek. Sampai dia tanya dulu NGAJI DIMANA, DENGAN USTAD SIAPA, DAN RADIO APA. bila ngajinya seirama dengannya, maka dianggapnya saudara seiman. Bila tidak, maka dianggapnya musuh bebuyutan. Dianggapnya ahli bid’ah dan calon penduduk neraka. -wal ‘iyaadzubillah-
Tuan-tuan tak percaya??
Wallahi orang-orang ini berkembang di seantero dunia. Saya menyaksikan sendiri dengan mata kepala saya; mulai dari tanah kelahiran saya di deli serdang sumatera utara, tempat saya dulu sekolah Aliyah di aceh timur kota langsa, sampai di masjid lingkungan tempat tinggal mertua saya di pondok gede Perumahan Duta Indah. Mereka ada hampir diseluruh jagad raya.
Bercelana ngatung adalah Sunnah. murni perintah Nabi yang mulia. melewati mata kaki mutlak haram menurut Imam Qurthubi, Makruh menurut Syafi’iyyah, boleh asal tak sombong menurut Ibnu Taimiyyah. Terlepas dari khilaf ulama menyimpulkan hukum fiqihnya, yang pasti tak boleh awak menghinanya. Sebab menghina Sunnah berarti menghina baginda Nabi tercinta. Namun, awak teringat dengan Sabda Nabi:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ. رواه مسلم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada penampilan kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim)
Apalah arti sejumbut jenggot dan ujung celana jika diri ini tak dihiasi dengan Akhlaqul Karimah. Sunnah tak hanya sebatas penampilan, tapi juga adab & prilaku keseharian. 😊
@Ustad Maaher At-Thuwailibi
Sumber : Facebook Ustadz Maaher At-Thuwailibi
#Ustadz Maaher At-Thuwailibi