Memegang Tongkat Saat Khutbah Jum'at

Memegang Tongkat Saat Khutbah Jum'at
MEMEGANG TONGKAT SAAT KHUTBAH JUM’AT

Beberapa waktu yang lalu, ada seseorang menegur kami, karena dalam setiap khutbah selalu memegang tongkat. Orang tersebut berkata: “Mengapa sih, kalian selalu memegang tongkat ketika khutbah?”

Saya menjawab: “Memegang tongkat itu hukumnya sunnah ketika menyampaikan khutbah.”

Orang tersebut bertanya: “Sunnahnya siapa?”

Saya jawab: “Ya Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Khulafaur Rasyidin.”

Sebagian yang anti memegang tongkat ketika khutbah Jum’at, bukan karena mereka tahu bahwa memegang tongkat hukumnya Sunnah, tetapi karena mereka tidak tahu hadits-hadits yang banyak sekali yang menerangkan bahwa orang yang menyampaikan khutbah Jum’at itu sunnah memegang tongkat. Berikut ini beberapa dalil kesunnahan memegang tongkat ketika khutbah Jum’at.

Pada dasarnya memegang tongkat bagi khotib ketika menyampaikan khutbah Jum’at termasuk sunnahnya khutbah, bukan hanya sekedar tradisi. Al-Imam al-Nawawi berkata dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab sebagai berikut:

وَسُنَنُهَا أَنْ يَكُوْنَ عَليَ مِنْبَرٍ لأَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْطُبُ عَلىَ الْمِنْبَرِ، وَلأَنَّهُ أَبْلَغُ فِي اْلاِعْلاَمِ ... وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَعْتَمِدَ عَليَ قَوْسٍ أَوْ عَصًى لِمَا رَوَى الْحَكَمُ بْنُ حَزَنٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

“Sunnah-sunnahnya khutbah adalah, hendaknya khotib menyampaikan dari atas mimbar, karena Nabi SAW menyapaikan khutbah selalu dari atas mimbar, dan karena hal tersebut lebih keras dalam menyampaikan khutbah kepada jamaah. ... Dan disunnahkan agar ia berpegangan pada busur atau tongkat, karena hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakam bin Hazan RA.” (Al-Imam al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz 4 hlm 526).

Pernyataan Imam Nawawi di atas memberikan kesimpulan bahwa orang yang menyampaikan khutbah Jum’at disunnahkan memegang tongkat atau busur. Pernyataan senada juga dikemukakan oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi, seorang ulama fuqaha terkemuka dalam madzhab Hanbali, dalam kitabnya al-Mughni sebagai berikut:

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَعْتَمِدَ عَلىَ قَوْسٍ أَوْ سَيْفٍ أَوْ عَصًا لِمَا رَوَى الْحَكَمُ بْنُ حَزَنٍ الْكُلَفِيُّ

“Dan disunnahkan agar berpegangan pada busur, atau pedang dan atau tongkat, karena hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakam bin Hazan al-Kulafi.” (Ibnu Qudamah, al-Mughni, juz 2 hlm 154).

Kesunnahan memegang tongkat bagi khatib Jum’at pada saat menyampaikan khutbanya memiliki dalil-dalil yang banyak sekali. Antara lain hadits berikut ini:

عَنِ الْحَكَمِ بْنِ حَزَنٍ الْكُلَفِيِّ، قَالَ: قَدِمْتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَابِعَ سَبْعَةٍ، أَوْ تَاسِعَ تِسْعَةٍ، فَدَخَلْنَا، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَتَيْنَاكَ لِتَدْعُوَ لَنَا بِخَيْرٍ، قَالَ: فَدَعَا لَنَا بِخَيْرٍ، وَأَمَرَ بِنَا، فَأُنْزِلْنَا، وَأَمَرَ لَنَا بِشَيْءٍ مِنْ تَمْرٍ، وَالشَّأْنُ إِذْ ذَاكَ دُونٌ، قَالَ: فَلَبِثْنَا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامًا، شَهِدْنَا فِيهَا الْجُمُعَةَ، فَقَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَكِّئًا عَلَى قَوْسٍ، - أَوْ قَالَ عَلَى عَصًا -، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ كَلِمَاتٍ خَفِيفَاتٍ، طَيِّبَاتٍ، مُبَارَكَاتٍ، ثُمَّ قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ لَنْ تَفْعَلُوا، وَلَنْ تُطِيقُوا كُلَّ مَا أُمِرْتُمْ بِهِ، وَلَكِنْ سَدِّدُوا وَأَبْشِرُوا

Al-Hakam bin Hazan al-Kulafi berkata: “Aku berziarah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai ketujuh dari tujuh orang atau kesembilan dari sembilan orang. Lalu kami masuk ke rumah beliau. Kami berkata: “Wahai Rasulullah, kami berkunjung kepadamu, agar engkau mendoakan kami dengan kebaikan.” Al-Hakam berkata: “Lalu beliau mendoakan kami dengan kebaikan dan menyuruh memberi sesuatu kepada kami. Lalu kami dipersilahkan singgah. Beliau menyuruh memberikan kami kurma. Keadaan pada waktu itu lemah.” Al-Hakam berkata: “Kami tinggal di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama beberapa hari. Kami menghadiri shalat Jum’at pada saat itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri seraya berpegangan pada busur atau tongkat. Lalu beliau memuji kepada Allah, dan memuji-Nya dengan beberapa kalimat yang ringat, baik dan berkah. Kemudian beliau bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mengerjakan dan tidak akan mampu mengerjakan semua yang diperintahkan kepada kalian. Akan tetapi lakukan perbuatan yang lurus dan sampai kabar gembira.” (HR Ahmad [17856], Abu Dawud [1096], al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra juz 3 hlm 206, dan al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir juz 3 hlm 239).

Mengenai status hadits tersebut, al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ فِيهِ شِهَابُ بْنُ خِرَاشٍ وَقَدِ اخْتُلِفَ فِيْهِ وَاْلأَكْثَرُ وَثَّقُوهُ وَقَدْ صَحَّحَهُ ابْنُ السَّكَنِ وَابْنُ خُزَيْمَةَ.

“Sanad hadits tersebut hasan. Di dalamnya terdapat perawi Said bin Khirasy, dan para ulama telah memperselisihkannya. Tetapi mayoritas mereka menilainya dipercaya. Hadits tersebut telah dishahihkan oleh Ibnu al-Sakan dan Ibnu Khuzaimah.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Talkhish al-Habir, juz 2 hlm 65).

Sanad hadits di atas telah dinilai hasan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar. Hadits tersebut juga dinilai shahih oleh Ibnu al-Sakan dan Ibnu Khuzaimah. Sementara Imam al-Nawawi juga menilainya hasan dalam al-Majmu’ (juz 4 hlm 526).

Hadits tersebut memberikan kesimpulan kesunnahan memegang tongkat, busur atau pedang ketika menyampaikan khutbah Jum’at bagi seorang khatib. Hadits lain yang menjadi dalil kesunnahan memegang tongkat adalah sebagai berikut:

بَابُ اعْتِمَادِ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلىَ الْعَصَا: عَنْ رَجُلٍ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيْ جَابِرٍ الْبَيَاضِيِّ عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَتَوَكَّأُ عَلىَ عَصًا وَهُوَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمْعَةِ إِذْ كَانَ يَخْطُبُ إِلَى الْجِذْعِ، فَلَمَّا صُنِعَ الْمِنْبَرُ قَامَ عَلَيْهِ وَتَوَكَّأَ عَلىَ الْعَصَا أَيْضًا".

“Bab sandaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada tongkat. Dari seorang laki-laki yang masuk Islam, dari Abi Jabir al-Bayadhi, dari Ibnu al-Musayyab, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berpegang pada tongkat ketika menyampaikan khutbah pada hari Jum’at pada saat berkhutbah di samping kayu kurma. Setelah dibuatkan mimbar, ia berdiri di atasnya dan berpegang pada tongkat pula.” (Abdurrazzaq, al-Mushannaf, [5251]).

Sanad hadits di atas lemah, tetapi dikuatkan oleh hadits sebelumnya dan hadits-hadits berikut ini:

عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ قَيْسٍ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُوْدٍ كَانَ يَقُوْمُ قَائِمًا كُلَّ عَشِيَّةِ خَمِيْسٍ فَمَا سَمِعْتُهُ فِيْ عَشِيَّةٍ مِنْهَا يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَ مَرَّةٍ وَاحِدَةٍ، قَالَ:" فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ مُعْتَمِدٌ عَلىَ عَصًا فَنَظَرْتُ إِلىَ الْعَصَا تَزَعْزَعَ.

“Dari Alqamah bin Qais, bahwa Abdullah bin Mas’ud selalu berceramah pada setiap sore hari Kamis. Di antara yang aku dengar pada suatu sore, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda lebih satu kali.” Abdullah berkata: “Aku melihat kepada beliau, sambil berpegangan pada tongkat, aku lihat tongkat itu bergerak.” (HR Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat al-Kubra juz 3 hlm 157 dan al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath juz 2 hlm 278. Hadits tersebut bernilai shahih).

Hadits shahih di atas memberikan kesimpulan, bahwa sahabat Ibnu Mas’ud menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tongkat dalam khutbah-khutbahnya secara mutlak.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْطُبُ وَبِيَدِهِ مِخْصَرَةٌ.

“Dari Abdullah bin Zubair, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menyampaikan khutbah, sedangkan di tangan beliau memegang tongkat.” (HR al-Baghawi dalam Syarh al-Sunnah [1070], Tammam dalam al-Fawaid [650], dan Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat al-Kubra juz 1 hlm 377).

Hadits di atas memberikan kesimpulan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu memegang tongkat ketika berkhutbah, sebagaimana dipahami dari pernyataan al-Baghawi.

عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قُلْتُ لِعَطَاءٍ: أَكَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْمُ إِذَا خَطَبَ عَلىَ عَصًا ؟ قَالَ: نَعَمْ كَانَ يَعْتَمِدُ عَلَيْهَا اِعْتِمَادًا.

“Dari Ibnu Juraij: “Aku berkata kepada ‘Atha’: “Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila berkhutbah selalu berdiri pada tongkat?” Ia menjawab: “Ya. Beliau selalu berpegangan pada tongkat.” (HR Abdurrazzaq [5246] dan Imam al-Syafi’i dalam al-Umm juz 1 hlm 177).

Hadits-hadits di atas, dan hadits-hadits yang tidak disebutkan di sini memberikan kesimpulan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menyampaikan khutbah selalu memegang tongkat atau busur. Tradisi ini berlangsung hingga Khulafaur Rasyidin, sebagaimana dalam riwayat-riwayat lain yang tidak kami sebutkan di sini. Hal ini menjadi dalil kesunnahan memegang tongkat, busur atau pedang ketika menyampaikan khutbah, sebagaimana telah diterangkan dalam kitab-kitab fiqih.

Wallahu a’lam.

Muhammad Idrus Ramli bersama Indra Syamsudin dan 5 lainnya.
21 Oktober 2015 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.