Dua level pemahaman
Dalam membaca Al-Qur'an biasanya ada dua level pemahaman yang berbeda tergantung level pembacanya. Untuk penyederhanaan, sebut saja level reguler dan level spesial. Sekedar contoh firman Allah berikut ini:
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَاۤءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِیُّ ٱلۡحَمِیدُ
"Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji." [Surat Fathir 15]
Dalam level reguler, orang-orang akan memahami ayat itu sebagai kebutuhan manusia akan Allah dalam arti manusia wajib menyembah Allah, memohon pada Allah dan meminta tolong pada Allah. Allah sendiri tidak butuh mereka, tapi justru merekalah yang membutuhkan Allah. Kalau tidak ditolong oleh Allah, maka bisa gawat nasib mereka. Beginilah pemahaman reguler.
Dalam level spesial, maknanya tak sesederhana itu. Ayat itu dipahami kalangan spesial sebagai dalil bahwa setiap aksiden di dunia ini, baik itu berupa gerakan atau diam, warna, bentuk, atau segala hal lainnya hanya dapat eksis karena kehendak Allah. Dengan demikian, eksistensi segala perubahan dan bahkan segala wujud di alam ini mutlak membutuhkan Allah di setiap detiknya. Tak ada ceritanya ada waktu untuk tidak butuh Allah atau bisa tetap wujud tanpa kehendak Allah. Semua butuh Allah untuk berubah dari tiada menjadi ada dan semua butuh Allah untuk tetap ada dari satu waktu ke waktu selanjutnya.
Di level spesial inilah para mutakallim bertemu dan sepakat dengan para sufi ahli ma'rifat. Mereka semua terpana dan terpesona dalam kebesaran kuasa Allah hingga mereka sering lupa pada apa pun selain Allah.
Ah...ngapain juga saya nulis semacam ini di status. Tapi sudahlah.
Abdul Wahab Ahmad
4 November 2020·