Ahli nar Vs Ahli Jannah, Takhalli Vs Tahalli

Ahli nar Vs Ahli Jannah, Takhalli Vs Tahalli - Kajian Medina
Ahli nar Vs ahli jannah, Takhalli Vs Tahalli 

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ - ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ - ﻗﺎﻝ: «ﻗﺎﻝ ﺭﺟﻞ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ! ﺇﻥ ﻓﻼﻧﺔ ﺗﺬﻛﺮ ﻣﻦ ﻛﺜﺮﺓ ﺻﻼﺗﻬﺎ ﻭﺻﻴﺎﻣﻬﺎ ﻭﺻﺪﻗﺘﻬﺎ، ﻏﻴﺮ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﺆﺫﻱ ﺟﻴﺮاﻧﻬﺎ ﺑﻠﺴﺎﻧﻬﺎ. ﻗﺎﻝ: " ﻫﻲ ﻓﻲ اﻟﻨﺎﺭ ". ﻗﺎﻝ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ! ﻓﺈﻥ ﻓﻼﻧﺔ ﺗﺬﻛﺮ ﻗﻠﺔ ﺻﻴﺎﻣﻬﺎ ﻭﺻﺪﻗﺘﻬﺎ ﻭﺻﻼﺗﻬﺎ ﻭﺇﻧﻬﺎ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﺎﻷﺛﻮاﺭ ﻣﻦ اﻷﻗﻂ ﻭﻻ ﺗﺆﺫﻱ ﺑﻠﺴﺎﻧﻬﺎ ﺟﻴﺮاﻧﻬﺎ ﻗﺎﻝ: " ﻫﻲ ﻓﻲ اﻟﺠﻨﺔ» ". ﺭﻭاﻩ ﺃﺣﻤﺪ، ﻭاﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ " ﺷﻌﺐ اﻹﻳﻤﺎﻥ ".

Diriwayatkan dari Abi Hurairah -Radhiyallâhu 'anhu- beliau berkata: Seseorang mengadukan: Ya Rasûlallâh! Si fulanah dikabarkan banyak shalat, berpuasa, dan bersedekah (sunnah), tapi lisannya menyakiti tetangganya.

Rasulullah menjawab: Dia di neraka.

Laki-laki itu mengadukan lagi: Ya Rasûlallâh! Si fulanah yang lain dikabarkan sedikit puasa, sedekah, maupun shalat (sunnah)nya. Hanya saja ia bersedekah dengan beberapa potong keju, dan lisannya tidak menyakiti tetangganya?

Rasulullah menjawab: Dia di surga.

HR. Imam Ahmad dan al-Imam al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman. 

Mulla 'Ali al-Qari mengomentari:

ﻷﻥ ﻣﺪاﺭ ﺃﻣﺮ اﻟﺪﻳﻦ ﻋﻠﻰ اﻛﺘﺴﺎﺏ اﻟﻔﺮاﺋﺾ ﻭاﺟﺘﻨﺎﺏ اﻟﻤﻌﺎﺻﻲ، ﺇﺫ ﻻ ﻓﺎﺋﺪﺓ ﻓﻲ ﺗﺤﺼﻴﻞ اﻟﻔﻀﻮﻝ ﻭﺗﻀﻴﻴﻊ اﻷﺻﻮﻝ، ﻭﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻭاﻗﻊ ﻓﻴﻪ ﺃﻛﺜﺮ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻭﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﺼﻠﺤﺎء، ﺣﻴﺚ ﻟﻢ ﻳﻘﻢ اﻷﻭﻟﻮﻥ ﺑﻤﺎ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻣﻦ اﻟﻌﻤﻞ، ﻭﻟﻢ ﻳﺤﺼﻞ اﻵﺧﺮﻭﻥ ﻣﺎ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻣﻦ اﻟﻌﻠﻢ، ﻭﺃﻣﺎ اﻟﺼﻮﻓﻴﺔ اﻟﺠﺎﻣﻌﻮﻥ ﺑﻴﻦ اﻟﻌﻠﻢ ﻭاﻟﻌﻤﻞ اﻟﻤﻘﺮﻭﻧﻴﻦ ﺑﺎﻹﺧﻼﺹ، ﻓﻬﻢ ﻳﺄﺩﻣﻮﻥ ﺭﻋﺎﻳﺔ اﻻﺣﺘﻤﺎء ﻋﻠﻰ ﺇﻋﻄﺎء اﻟﺪﻭاء ﺳﺎﻟﻜﻴﻦ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﺤﻜﻤﺎء ﻓﻴﻘﻮﻟﻮﻥ: اﻟﺘﺨﻠﻴﺔ ﻣﻘﺪﻣﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺘﺤﻠﻴﺔ، ﻭﻟﺬا ﺟﻌﻠﻮا اﻟﺘﻮﺑﺔ ﺃﻭﻝ ﻣﻨﺎﺯﻝ اﻟﺴﺎﺋﺮﻳﻦ ﻭﻣﻘﺎﻣﺎﺕ اﻟﻄﺎﺋﺮﻳﻦ. ﻭﻓﻲ ﻛﻠﻤﻪ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﺇﺷﺎﺭﺓ ﺇﻟﻰ ﻫﺬا اﻟﻤﻠﻒ ﺑﻄﺮﻳﻖ اﻟﻨﻔﻲ ﻭاﻹﺛﺒﺎﺕ ﺩاﺋﻤﺎ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ اﻟﺼﻔﺎﻑ اﻟﺴﻠﺒﻴﺔ ﻣﻘﺪﻣﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻌﻮﺗﻴﺔ اﻟﺜﺒﻮﺗﻴﺔ، ﻓﻜﺄﻧﻪ ﻳﻠﺰﻡ ﻣﻦ اﻷﻭﻟﻰ ﺣﺼﻮﻝ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻌﻜﺲ ﻭاﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ.

Hal ini karena perkara agama berkisar pada menghasilkan kefardhuan dan menjauhi kemaksiatan.  Sebab tak ada gunanya mengejar keuntungan, namun menyia-nyiakan modalitas. Sebagaimana hal ini menimpa kebanyakan ulama dan kebanyakan orang shalih. Dimana orang yang alim tak melakukan amal kewajiban yang dibebankan pada mereka (berilmu tapi tak beramal), sementara orang-orang shalih tak mendapatkan ilmu yang diwajibkan pada mereka (beramal tapi tak berilmu).

Adapun orang-orang sufi, mereka memadukan  ilmu dan amal disertai keikhlasan. Mereka senantiasa menjaga pencegahan daripada pengobatan, menyusuri jalan kaum bijak-bestari, sehingga mereka mengatakan: al-Takholliyah muqaddamatun 'alât tahalliyah. (Menghindari sifat-sifat tercela itu lebih didahulukan daripada menghiasi sifat-sifat terpuji). 

Karena inilah, kaum sufi menjadikan taubat sebagai manzilah/maqâm (pos pemberhentian/kedudukan) awal penempuh laku sufi.

Sementara itu, dalam kalimah tauhid terdapat isyarah rujukan ini dengan metode nafi dan itsbat selalu hingga membersihkan sifat-sifat tercela yang tak layak lebih didahulukan daripada menetapkan sifat-sifat terpuji, seakan bisa dipastikan bahwa jika melakukan yang pertama (membersihkan sikap tercela), secara otomatis akan didapatkan yang kedua (sifat-sifat terpuji), namun tidak sebaliknya.

ﻭﻛﺬا اﻟﺒﺰاﺭ، ﻭاﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﻭاﻟﺤﺎﻛﻢ، ﻭﻗﺎﻝ: ﺻﺤﻴﺢ اﻹﺳﻨﺎﺩ، ﻭاﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺻﺤﻴﺢ ﺫﻛﺮﻩ ﻣﻴﺮﻙ.

Demikian juga hadis ini diriwayatkan oleh al-Bazzâr, Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan al-Hâkim, beliau berkata: shahîhul isnad. Dan Ibnu Abi Syaibah dengan isnad shahih. Mîrak menuturkannya.

Wallâhu a'lam

Nur Hasim

27 Oktober 2020· 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.