Mushaf Kekinian

Mushaf Kekinian - Kajian Medina
Mushaf Kekinian

1. Kalau mushaf yang suci itu kita dekatkan ke cermin, menurut Anda apakah bayangan mushaf di dalam cermin itu termasuk mushaf juga? Bolehkah cerminnya tersentuh benda najis?

2. Kalau bayangan mushaf di cermin itu dicapture sehingga tetap melekat ada di cermin, apakah hukumnya bisa dianggap sama dengan mushaf?

Jawaban ini nantinya menjadi dasar kedudukan hukum mushaf digital.

Ahmad Sarwat

9 September 2020· 

posting di komentar :

Ahmad Sarwat

Jumhur ulama umumnya menyatakan bahwa diharamkan menyentuh mushaf Al-Quran bila seseorang dalam keadaan hadats kecil atau dalam kata lain bila tidak punya wudhu'.

A. Mazhab Al-Hanafiyah

Para ulama hanafiyah berpendapat bahwa tidak boleh menyentuh mushaf kecuali dalam keadaan berwudhu.

1. Al-Kasani

Al-Kasani (w. 587 H) ulama mazhab Al-Hanafiyah di dalam kitabnya Badai' Ash-Shanai' fi Tartibi As-Syarai' menuliskan sebagai berikut :

فللحدث أحكام، وهي أن لا يجوز للمحدث أداء الصلاة لفقد شرط جوازها، وهو الوضوء قال - صلى الله عليه وسلم - «لا صلاة إلا بوضوء» ، ولا مس المصحف من غير غلاف عندنا

Ada beberapa hukum yang berkaitan dengan hadats kecil yaitu tidak boleh bagi orang yang berhadats kecil melakukan shalat karena ketiadaan syarat bolehnya, yaitu wudhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “tidak sah shalat kecuali dengan wudhu”, dan tidak boleh menyentuh mushaf Al Quran tanpa tempatnya dalam Mazhab kami.

2. Al-Marghinani

Al-Marghinani (w. 593 H) ulama mazhab Al-Hanafiyah di dalam kitabnya Al-Hidayah Syarah Bidayah Al-Mubtadi juga menyebutkan hal serupa:

وكذا المحدث لا يمس المصحف إلا بغلافه

Begitu juga orang yang berhadats kecil tidak boleh menyentuh mushaf kecuali dengan tempatnya.

B. Mazhab Al-Malikiyah

Para ulama malikiyah berpendapat bahwa tidak boleh bagi orang yang berhadats menyentuh mushaf Al Quran secara sengaja, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

1. Ibnu Abdil Barr

Ibnu Abdil Barr (w. 463 H) salah satu ulama mazhab Al-Malikiyah dalam kitab Al-Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah menuliskan sebagai berikut :

وأما المصحف فلا يمسه أحد قاصدا إليه مباشرا له أو غير مباشر إلا وهو على طهارة

Mushaf tidak boleh disentuh oleh siapa pun dengan sengaja baik secara langsung atau pun tidak kecuali dalam keadaan suci.

2. Imam Ar-Ru’iyni

Imam Ar-Ru’iyni (w. 954 H) dari kalangan malikiyah dalam kitabnya Mawahib Al Jalil Fi Syarhi Mukhtashar Khalil mnyebutkan:

يعني أن المحدث يمنع من مس المصحف، هذا مذهب الجمهور

Maksudnya adalah orang yang berhadats dilarang menyentuh mushaf Al Quran, dan ini adalah Mazhab jumhur.

C. Mazhab Asy-Syafi'iyah

Para ulama Asy-Syafi'iyah berpendapat bahwa tidak boleh bagi orang yang berhadats menyentuh mushaf Al Quran.

1. An-Nawawi

An-Nawawi (w. 676 H) salah satu muhaqqiq besar dalam mazhab Asy-Syafi'iyah di dalam kitabnya Raudlatu At-Thalibin wa ‘Umdatu Al-Muftiyyin menuliskan sebagai berikut :

يحرم على المحدث جميع أنواع الصلاة، والسجود، والطواف، ومس المصحف

Haram bagi orang yang berhadats melakukan semua jenis shalat, sujud, thawaf dan menyentuh mushaf.

2. Ibnu Hajar Al-Haitami

Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 974 H) salah satu ulama mazhab Asy-Syafi'iyah di dalam kitabnya Al-Minhaj Al-Qawim menuliskan sebagai berikut :

ويحرم بالحدث الصلاة إجماعا ونحوها كسجدة تلاوة وشكر وخطبة جمعة وصلاة جنازة. والطواف, ولو نفلا لأنه صلاة كما في الحديث ،وحمل المصحف ومس ورقه وحواشيه وجلده المتصل به

Haram ketika sedang berhadats melakukan shalat secara ijma’ dan hal yang sejenisnya seperti sujud tilawah, sujud syukur, khutbah jum’at, shalat jenazah, thawaf sekalipun sunnah seperti terdapat dalam hadits, dan membawa mushaf, menyentuh kertasnys, hasyiyahnya serta covernya yang menyatu.

D. Mazhab Al-Hanabilah

Para ulama hanabilah berpendapat sama seperti tiga mazhab sebelumnya bahwa tidak boleh menyentuh mushaf Al-Quran kecuali dalam keadaan suci.

Ibnu Qudamah menyebutkan bahwa keharaman menyentuh mushaf bagi orang yang berhadats kecil ini sudah menjadi pendapat jumhur ulama yang didukung 4 mazhab utama.

Artinya, tidak ada khilafiyah di antara keempat mazhab itu tentang haramnya seorang yang berhadats kecil untuk menyentuh mushaf.

1. Ibnu Qudamah

Ibnu Qudamah (w. 620) ulama dari kalangan mazhab Al-Hanabilah di dalam kitabnya Al-Mughni menuliskan sebagai berikut :

ولا يمس المصحف إلا طاهر يعني طاهرا من الحدثين جميعا

Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali dalam keadaan suci, suci dari hadats kecil dan besar.

2. Ibnu Taymiyyah

Ibnu Taymiyyah (w. 728 H) dari mazhab Al-Hanabilah di dalam buku beliau Majmu’ Fatawa menyebutkan pendapat jumhur ulama dalam masalah ini:

مذهب الأئمة الأربعة أنه لا يمس المصحف إلا طاهر كما قال في الكتاب الذي كتبه رسول الله صلى الله عليه وسلم لعمرو بن حزم: أن لا يمس القرآن إلا طاهر

Mazhab imam empat adalah tidak boleh menyentuh mushaf kecuali dalam keadaan suci sebagaimana tertulis dalam surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dikirim ke ‘amar bin hazm: “bahwa tidaklah seseorang menyentuh mushaf kecuali dalam keadaan suci”.

E. Mazhab Azh-Zhahiriyah

Dalam pandangan mazhab ini yang diharamkan menyentuh mushaf hanyalah orang yang berhadats besar saja, sedangkan yang berhadats kecil tidak diharamkan.

1. Ibnu Hazm

Ibnu Hazm (w. 456 H) dalam kitab Al Muhalla Bi Al Atsar mengatakan:

وقراءة القرآن والسجود فيه ومس المصحف وذكر الله تعالى جائز كل ذلك بوضوء وبغير وضوء وللجنب والحائض

Membaca Al Quran, sujud tilawah, menyentuh mushaf serta berzikir boleh, semuanya boleh baik berwudhu atau tidak, dan boleh bagi orang junub dan haidh.

KESIMPULAN

Jumhur ulama 4 mazhab sepakat mengharuskan wudhu untuk boleh menyentuh mushaf. Yang membolehkan tanpa wudhu hanyalah Ibnu Hazm seorang. Dan itu memang kebiasaannya

Mushaf Kekinian - Kajian Medina


Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.