"Di dunia ini pasti ada satu wajibul wujud. Kalau tidak, maka semua wujud akan berada dalam kondisi mumkinul wujud yang berarti semua takkan wujud sebab tak mungkin ada tarjih tanpa murajjih."
Paragraf pendek di atas adalah bahasa khas ilmu kalam yang kalau dipikir mirip seperti rumus fisika. Pendek tapi maksudnya sangat panjang dan masing-masing bagiannya juga punya rumus tersendiri yang musti dipahami terlebih dahulu sebelum membaca rumus globalnya.
Bagi yang paham, paragraf pendek tersebut adalah pembuktian tentang kebenaran dalil syariat tentang: (1) Wujud Allah, (2) Keesaan Allah, (3) Sifat Qidam Allah (4) Sifat Huduts alam semesta. Empat bab ini adalah entri penting untuk menghadapi logika saintisme para ateis yang tentu saja tidak mempercayai kutipan al-Qur'an dan hadis.
Bagi yang tidak paham, paragraf pendek tersebut akan dianggap bid'ah, tak ada dalilnya, filsafat Yunani yang tak penting, atau kalimat sesat dan menyesatkan dari para ahli kalam. Padahal dalilnya seabrek.
Saya berharap para follower saya semuanya menjadi kelompok yang paham, bukan kelompok yang tidak paham. Bagi yang belum, semoga berproses menjadi paham, bukan malah bangga dengan ketidak-pahaman sehingga mengkritik sesuatu yang sebenarnya tidak dipahami.
Abdul Wahab Ahmad
1 Agustus pada 15.31 ·
beberapa komentar :
Wisnu Yash Sudibjo
Murajjih itu sesuatu yg menentukan sebuah kemungkinan itu jadi kepastian ya Yai?
Abdul Wahab Ahmad
betul 👍
Makhfud Abu Aisyah
Apakah rumus mengadakan suatu yang ada yang tadinya telah tiada adalah mudah karena hal yang tadinya belum ada saja bisa diadakan sebagai bantahan pengingkar hari kebangkitan manusia termasuk dari ilmu kalam yai?
itu tak perlu rumus, tapi qiyas awlawi
Rifqi Garaudy
Maaf ustadz. Saya ingin mendapat pencerahan tentang keniscayaan bahwa Allah itu esa, Ustadz Ahmad. Mohon ilmu dan bimbingannya. 🙏🏼
Abdul Wahab Ahmad
https://www.facebook.com/wahabjember/posts/10204594547299836
Atma Wijaya
Yai, apakah konteks ilmu kalam itu lebih tepat dipakai untuk menghadapi pemikiran atheis dan mu'tazilah yg lebih mengedepankan akal?? Sedangkan untuk ahlul atsar harus dengan berargumentasi dalil (nash dan pendapat ulama salaf) ...karena menolak logika ilmu kalam??
Abdul Wahab Ahmad
dalam dimensi yang ada teks dalil al-Qur'an dan hadisnya, maka menghadapi "atsari" memang cukup dengan dalil nash. Ada pun dalam hal yang tidak dinyatakan oleh nash, maka tetap perlu dalil akal.
Misalnya untuk menekankan bahwa Allah nuzul tiap akhir malam, cukup nukil saja hadisnya agar objek dakwahnya mau bangun shalat malam dan bermunajat saat malam terakhir. Tapi kalau mau bicara tentang apa makna nuzulnya Allah, maka ini daerah yang tak pernah dibahas oleh al-Qur'an atau pun hadis, jadi mau tidak mau harus melibatkan akal juga
Syamsul Idul Adha
Kyai Ma'rifah tentang Ahadiyah, Wahdah, dan Wahdaniyah apakah bagian dari ilmu Kalam, ataukah memang benar sebagai realitas bahwa wujud Tuhan bermanifestasi dari transendensi menuju imanensi,
Abdul Wahab Ahmad
Syamsul Idul Adha itu bahasan kalam juga. Tapi bagian akhirnya lebih sering jadi bahasan tasawuf falsafi
R Andri Wijonarko
Kyai, mohon bahas juga scr kalam, bgmn sampai nama tuhan itu Allah.
Abdul Wahab Ahmad
R Andri Wijonarko soal nama bukan area kalam, tapi area wahyu.
M Alfath Thoriqqosidilhaq Sr.
nyuwun sewu yai.. 🙏 haruskah setiap muslim harus memahami sedetil itu, terus terang mawon kulo masih awam/nol pruthul babakan niki dan yg lainya, tak bolehkah jika saya menganut madzhab "pokok'e gondhelan sarunge Njenengan mawon" yai..🙏 mohon pemahaman nya yai Abdul Wahab Ahmad
Abdul Wahab Ahmad
M Alfath Thoriqqosidilhaq Sr. https://islam.nu.or.id/post/read/95705/wajibkah-orang-awam-belajar-argumentasi-ilmu-aqidah
#Abdul Wahab Ahmad