Ngelesnya Mujassim

Ngelesnya Mujassim - Kajian Medina
NGELESNYA MUJASSIM

Mujassimah itu aliran jelek dan secara fitrah memang terkesan jelek. Karena itulah, maka mujassimah sejati pun akan ngeles bila sudah kepepet di sudut tembok.

Begini biasanya cara ngelesnya:

1. Membuat definisi kocak yang sama sekali tak berdasar. Ya namanya saja ngeles kan begitu. Misalnya mengatakan:

- "Jika yang dimaksud jisim adalah Dzat Allah, maka kami menetapkannya".
- "Jika yang dimaksud jisim adalah wujud Allah, maka kami menetapkannya"
- "Jika yang dimaksud tempat/arah adalah keberadaan Allah, maka kami menetapkannya"

Kocak sekali definisi khayalan itu. Sejak dunia ini tercipta hingga kiamat nanti, hanya mujassim saja yang bisa kepikiran bahwa jisim berarti dzat atau wujud dan bahwa arah/tempat adalah keberadaan.

Apa tak sekalian mereka berkata begini:

- "Jika yang dimaksud jisim adalah kue, maka kami menafikan itu dari Allah".
- "Jika yang dimaksud tempat adalah tas kresek, maka kami menafikannya dari Allah".

Itu semua sama sekali tak nyambung. Tapi andai mereka ditanya bagaimana jika yang dimaksud tempat adalah punggung lalat, apakah akan dinafikan juga? Kemungkinan mereka akan kebingungan menjawabnya sebab salah satu imamnya terlanjur berkata bisa saja Allah menetap di atas punggung lalat kalau Ia mau.

2. Memlintir istilah yang sah dari al-Qur’an/hadis pada khayalan yang mereka maksud. Misalnya:

- "Yang kami maksud adalah kemahabesaran Allah, masak kamu menolak ini".
- "Yang kami maksud adalah kemahatinggian Allah, masak ini diingkari"

Seluruh muslim mengimani kemahabesaran dan kemahatinggian Allah tapi mereka memlintir istilah ini bagi sesuatu yang menjijikkan bila diucapkan seorang muslim yang bodoh sekalipun. Yang dia maksud Allah maha besar sebenarnya adalah ukurannya sangat sangat besar, besar sekali hingga tak ada tempat yang muat bagi Allah. Yang dia maksud maha tinggi adalah lokasi atau koordinatnya tinggi sekali di atas sana.

Secara fitrah, seorang muslim akan merasa jijik mengucapkan itu dengan bahasa yang vulgar. Kita tahu mereka pun berusaha menghindari diksi ini sekuat tenaga agar tak terkesan menganut akidah menjijikkan. Akhirnya diplesetkanlah redaksi yang benar yang disepakati itu.

Andai secara fitrah tak ada rasa jijik, tentu mereka akan mengucapkannya dengan tegas dan bangga sebab terlanjur mengklaim sebagai ajaran sunnah.

Di bulan puasa ini, mari kita buang segala yang menjijikkan dari kaum muslimin.

Abdul Wahab Ahmad
3 Mei 2020

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.