Oleh: Abdul Wahab Ahmad
Kawan-kawan FB saya pasti sudah hafal kalimat di bawah ini dari seorang mujassim ahli copas yang berasal dari dunia antah berantah:
"COBA KALIAN BANTAH TUNJUKAN DALIL KALIAN BUKAN MEMBUAL
siapa manusia yg bisa membantah bahwa ALLOH MAHA MELIHAT, dan OTAK KITA sudah memberi tahu yg namanya melihat "DENGAN MATA" bukan dengan ilusi.."
(Saya menyalin kalimat di atas sambil tertawa 😅)
Dari paragraf itu kita bisa tahu bahwa orang itu hendak mengatakan dua poin:
Poin pertama: Allah Maha Melihat. Ini semua muslim setuju.
Poin kedua: OTAKNYA memberi tahu dia bahwa Allah melihat dengan mata. Nah poin yang bersumber dari OTAKNYA SENDIRI ini tentu bid'ah. Hanya otak mujassim yang bisa berkesimpulan seperti itu.
Tak ada satu pun ayat atau hadis yang menyatakan Allah melihat dengan organ mata sebab sejatinya Allah tak berupa fisik. Karena tak ada dalilnya, maka otak mujassim menyamakan Allah dengan Dajjal supaya terkesan bahwa Allah punya mata fisik. Otak mereka mencomot hadis berikut:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ، أَلاَ وَإِنَّ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُمْنَى؛ كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak picek (buta sebelah), dan ketahuilah sesungguhnya al-Masih Dajjal adalah picek mata sebelah kanannya. Matanya bagaikan anggur yang menonjol.” [HR. al-Bukhari]
Menurut otak mujassim yang gemar berkhayal, hadis itu menandakan bahwa perbedaan antara Allah dan Dajjal adalah Dajjal punya satu mata saja yang berfungsi sedangkan satunya lagi picek. Adapun Allah bermata dua yang berfungsi semua, kata mereka. Dalam kasus mujassim yang kalimatnya saya nukil di atas, dia berkata begini:
"Abdul Wahab Ahmad, dalam hadis itu juga sudah sangat jelas "MATA ALLOH TIDAK BUTA SEBELAH" artinya mata Alloh dua."
Itulah khayalan bid'ah yang diproduksi oleh otak mereka yang memang menganggap citra Allah sama dengan citra manusia. Padahal, Nabi Muhammad hanya bersabda bahwa Allah tidak picek (Laisa bia'war), tak lebih dari itu. Artinya, Allah tidak mempunyai sifat kekurangan seperti itu. Ingat, yang digunakan oleh Nabi adalah kalimat penegasian, bukan penetapan salah satu kebalikannya.
Apa artinya tidak picek? Bagi makhluk semacam Dajjal, manusia, hewan dan lainnya yang pastinya berupa jisim, tidak picek artinya organ matanya berfungsi seluruhnya. Terserah berapa pun organ mata yang makhluk itu punya. Adapun bagi Allah yang bukan jisim, tidak picek artinya Maha Melihat dengan sempurna. Ini pemahaman Ahlussunnah wal Jama'ah.
Pola pikir ini sama seperti tatkala kita membaca firman Allah:
لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةࣱ وَلَا نَوۡمࣱۚ لَّهُۥ
"Allah tidak mengantuk dan tidak tidur". [Surat Al-Baqarah 255]
Otak mujassim akan mengkhayalkan firman Allah di atas sebagai mata Allah segar dan melek terus seperti halnya mata manusia kalau tidak mengantuk dan tidak tidur artinya sedang segar dan melek. Begitulah nalar mujassim yang selalu memahami Allah seperti mereka memahami manusia.
Adapun Ahlussunnah wal Jama'ah, mereka memahami firman Allah itu sebagai kesempurnaan Allah dan kesuciannya dari kekurangan semisal lelah, capek, mengantuk, tidur atau butuh istirahat. Allah sudah sempurna sehingga mustahil terkena kekurangan semacam itu. Tentu saja, Allah memang bukan jisim sehingga sama sekali salah mutlak bisa membayangkan Allah bisa mengantuk dan semacamnya.
Semoga bermanfaat.
Abdul Wahab Ahmad
4 Maret pukul 12.30 ·
#Abdul Wahab Ahmad