Bukan Bodoh

Bukan Bodoh - Kajian Medina
Bukan Bodoh
By. Ahmad Sarwat, Lc.MA

Saya kok yakin mereka yang pada ngeyel itu sebenarnya bukan bodoh, apalagi tidak beriman. Saya yakin mereka paham agama bahkan boleh jadi imannya sangat kuat.

Tapi namanya keserimpet itu wajar dan siapa pun juga pernah mengalaminya. Apalagi kadang mudah terbakar dari info yang rada bombastis, ghirah keislamannya langsung meledak.

Misalnya, himbauan tidak jumatan dan tidak ke masjid, kalau mikirnya sekilas dan tidak runut, bisa saja bikin marah dan orangnya main tuduh kalau pemerintah itu PKI.

Kayak pak tua yang dengan semangat 45 mau Jumatan, tiba-tiba masjid dikunci dan dihalangi takmir, wajar dia kaget bahkan spontan maki-maki bahwa pemerintah itu PKI.

Boleh jadi si Bapak ini dapat masukan yang kurang pas dan analisanya belum teruji. Apalagi bawa-bawa urusan bahwa Islam lagi diperangi segala. Walah walah.

Ibaratnya minum dimana maboknya dimana. Dan yang model-model begini seringkali orang-orang terdekat kita juga. Bisa teman, anak, saudara, suami, istri dan keluarga.

Maklum seumur-umur kita memang belum pernah mengalami pandemi unik dan aneh macam corona ini. Bahkan dalam sejarah umat manusia juga mungkin belum pernah terjadi.

Jadi kalau sampai para ulama dan umaro duduk bareng dan menyepakati melarang shalat Jumat, tentu kejadian yang sulit dimengerti dengan cepat.

Dulu awal mula ditemukan sound system, sebagian ulama juga mengharamkan masjid pakai pengeras suara. Dianggap bid'ah dan haram. Butuh waktu puluhan tahun sampai penolakan itu reda dengan sendirinya. Sampai Masjidil Haram di Mekkah dipasang speaker, orang baru tahu dan mengerti.

Hari ini kita seperti dipaksa berpikir cepat. Dalam hitungan jam saja, semua nilai-nilai yang selama ini tertanam tiba-tiba jungkir balik semua. Bersalaman, pengajian, shalat jamaah, shalat Jumat, itikaf, tarawih, semua tidak boleh. Termasuk sekolah, pesantren, kantor dan lainnya juga libur.

Tidak mudah untuk menerima kenyataan seperti itu. Butuh perenungan lama untuk memahami keadaannya. Semoga tidak harus jadi korban dulu untuk bisa mengerti.

Kita berdoa semoga Allah membukakan pintu hati saudara-saudara kita seiman, semoga Allah lapangkan dada mereka untuk bisa mendapatkan hidayah-Mu ya Allah. Agar kami semua bisa bersama-sama menahan laju penyebaran virus ciptaan-Mu ya Allah.

Sampai saat ini yang bisa kami lakukan baru sampai pencegahan penularan. Beri hidayah saudara kami agar memahami apa yang seharusnya kami lakukan, agar langkah pencegahan bisa efektif kami kerjakan bersama.

Sebab kalau masih ada saja yang kumpul-kumpul, secara sunnatullah masih besar terjadinya penyebaran.

Dan satu lagi ya Allah . . .

Dan semoga segera Allah turunkan obat membasmi virus jahat ini. Bukankah setiap penyakit ada obatnya?

Turunkan ilmu, hidayah dan ilham Mu ya Allah, lewat siapa pun juga, para ahli muslim atau bukan muslim, agar mereka bisa temukan cara mematikan virus, mengobati yang terkena dan menghilangkan pandemi selamanya dan tidak kembali lagi.

Sembuhkan semua yang sakit dan mudahkan semua urusan kami, ya Allah.

Segera turunkan obat anti corona Ya Allah, agar kami masih diberi kesempatan untuk bisa terus menyembah-Mu ya Allah.

بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شيء في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم

Ahmad Sarwat
21 Maret pukul 12.48 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.