Tolonglah, Karena Mereka Saudara Kita!

Tolonglah, Karena Mereka Saudara Kita! - Kajian Medina
TOLONGLAH, KARENA MEREKA SAUDARA KITA !

Untuk membantu sesama muslim, seperti kaum muslimin Uyghur, tidak perlu untuk menanyakan “manhaj” mereka. Selama mereka muslim, maka itu saudara kita yang memiliki hak-hak persaudaraan sebagaimana tertera dalam dalam Qur’an dan hadits. Karena keislaman dan keimanan mereka telah cukup, bahkan lebih dari cukup untuk kita memberikan wala’ (loyalitas) kepada mereka. Loyalitas berupa rasa cinta yang berkonsekwensi kepada pembelaan dan pertolongan.

Dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi, persaudaraan hanya dikaitkan dengan keimanan dan keislaman, tidak di atas yang lain. Seperti firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” Nabi ﷺ juga bersabda : “Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya....”(Al-Hadits). Tidak cukupkah seorang yang telah berislam dan beriman untuk mendapatkan kecintaan dan pertolongan dari kita ? Jika ini semua tidak cukup, lalu apa fungsi Islam dan Iman itu sendiri ?

Manhaj adalah metode untuk memahami agama ini dengan baik dan benar. Seorang yang telah beriman dengan rukun iman yang enam secara benar, dan telah mengamalkan rukun Islam yang lima serta melengkapi dengan berbagai perkara yang menjadi cabang-cabang keduanya, baik yang hukumnya wajib ataupun sunnah, adalah seorang yang telah berada di atas manhaj. Karena semua itu tidak mungkin untuk terealisasi, kecuali dengan didasari oleh manhaj yang shahih.

Lain halnya jika yang dimaksud manhaj adalah afiliasi kepada kelompok atau pengajian tertentu. Siapa yang bergabung dengan kelompok atau pengajian tertentu, maka dikatakan semanhaj. Dan siapapun yang tidak bergabung kepada kelompok atau pengajian tertentu, maka dikatakan beda manhaj yang layak divonis sebagai ahli bid’ah. Ini murni sebuah kesalahan dan kebodohan, bahkan fatal. Bagaimana menghukumi seseroang hanya dari bergabung tidaknya orang tersebut dengan sebuah kelompok atau pengajian terntentu ?! Ini penyempitan makna sebuah ungkapan yang tidak pernah Allah turunkan keterangan di dalamnya. Ini adalah syubhat (kerancuan) !

Saya berfikir, jika misalnya orang tuanya mengambil keputusan untuk tidak bergabung dengan pengajian atau kelompoknya, apakah saat orang tuanya tertimpa musibah atau sakit keras, kira-kira mau menolong tidak, ya ? Apa mungkin juga tidak mau menolong dengan alasan beda manhaj atau ahli bid’ah. Kalau anaknya yang beda pengajian dalam kondisi sekarat, apakah juga tidak mau menolong dengan alasan tidak semanhaj ? Apa lebih baik anaknya meninggal daripada menolong orang yang dia anggap –secara batil – sebagai ahli bid’ah ? Na’udzubillah min dzalik !

Orang-orang yang mempunyai pemahaman seperti ini, tidak hanya mempermalukan dirinya, tapi juga mempermalukan komunitas dan guru-guru mereka. Alangkah sedih dan kecewanya guru-guru mereka melihat kondisi muridnya seperti ini.

Wahai saudaraku ! seorang dikatakan semanhaj tidak harus sepakat atau sama dalam seluruh perkara. Karena ini perkara yang mustahil. Perbedaan pendapat dalam sebagian masalah-masalah cabang agama atau masalah ijtihadiyyah, tidaklah mengharuskan untuk kemudian beda manhaj. Apalagi cuma beda tempat pengajian atau kelompok saja. Barakallahu fiikum jami’an...

_@Abdullah Al-Jirani

#muslimuyghursaudarakita #muslimuyghursemanhajdengankita #persaudaraanitudiatasimandanislam
#awasmabokmanhaj

Tolonglah, Karena Mereka Saudara Kita! - Kajian Medina

Abdullah Al Jirani
19 Desember pukul 10.01 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.