Berantem Gara-Gara Gerhana

Berantem Gara-gara Gerhana

Saya tidak habis pikir kenapa ya urusan shalat gerhana saja lebih geger dari gerhananya itu sendiri.

Soal perbedaan pendapat tentang teknis shalat gerhana ini sudah ada sejak zaman awal mula pensyariatan. Para ulama di empat mazhab sudah tutup buku dan bersalaman satu sama lain. Kesimpulannya memang kita berbeda dan itu biasa-biasa saja. Kita tetap bersaudara, kita masih sesama muslim,

Tok, selesai.

Bahwa kita masih punya jutaaan point lainnya yang berbeda, itu fakta. Namun tapi tidak perlu kita saling berbantahan. Ikuti saja apa yang diajarkan oleh guru masing-masing. Syukur sambil dijelaskan siapa yang punya pendapat begini dan begitu lalu dijelaskan hujjah masing-masing.

Sikap macam ini sebenarnya selesai kalau saja kurikulum fiqih kita menggunakan pendekatan Fiqih Ikhtilaf, Studi Perbandingan Mazhab, Fiqih Muqarin atau Muqaranatul Madzahib.

Tapi kalau pendekatannya tarjih, yaitu prinsip keberana hanya satu, maka harus memenangkan yang satu dan membuang atau membid'ahkan yang lain, sudah pasti hasilnya perang Badar.

Sampai hari kiamat pun tidak akan bisa bersatu. Belum lagi ustadz-ustadznya pada latah, merasa diri jadi tolok ukur kebenaran satu-satunya di muka bumi. Muridnya dicekoki manhaj dasar : pendapat saya pasti benar dan tidak mungkin salah. Pendapat kamu sudah pasti salah dan tidak mugkin benar.

Maka selesai sudah semua urusan. Anak-anak muda kalangan awam yang hijrah kemarin sore pun malah meributkan kembali apa yang sudah ditutup bukunya. Urusan shalat gerhana itu harus jahr atau sirr, urusan berjamaah atau sendiri, urusan harus lihat langsung atau tidak gerhananya, semua dijadikan bahan untuk saling membuli, mencaci, mengejek dan membuat batasan islam kafir, munafik, fasik dan seterusnya.

Padahal para ustadz itu seharusnya mengajarkan manhaj para ulama yang benar, yaitu : Pendapatku benar tapi bisa saja keliru. Pendapatmu salah tapi mungkin saja benar.

Padahal tidak ada satu pun ayat Quran atau hadits yang mewajibkan shalat gerhana. Yang wajib itu shalat lima waktu.

Ahmad Sarwat
26 Desember 2019 (2 jam · )

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.