Beliau adalah pahlawan Islam yang paling bersinar namanya, disebut di Timur dan Barat. Jasanya untuk umat ini bukan hanya berhasil merebut kembali al Quds dari tentara salib, namun juga memiliki andil dalam menjaga kemurnian aqidah ahlussunnah wal jama'ah.
Dimasa beliau berhasil ditumpas berbagai aliran sesat dan meyimpang seperti Jabariyah, Khawarij, Murji'ah, dan yang paling merusak kala itu Syi'ah Rafidhah.
Dinasti Fatimiyah di Mesir yang syi'i ditutup ditangan beliau, al Azhar diubah dari paham imamiyah menjadi ahlusunnah wal Jama'ah dengan madzab Asy'ariyah.
Tak terhitung sanjungan para ulama kepada beliau rahimahullah karena telah menegakkan kehormatan umat dengan mengembalikan al Aqsha dan menjaga kemurnian aqidah Islamiyah.
Qadhi Ibnu Syaddad berkata,”Ia memiliki aqidah yang lurus, banyak berdzikir kepada Allah. Aqidahnya diperoleh dalil- dalil, dengan perantara melalui pembahasan bersama para ahlul ilmi dan para ulama besar.” (An Nawadir As Sulthaniyah, hal. 34)
Ash Shafdi berkata, "Ia bermadzhab Syafi’i dalam fiqih, Asy’ari dalam aqidah, dan mengajarkan madzab ini kepada anak-anaknya dan melazimkan mereka dalam mempelajarinya.” (Al Wafi bi Al Wafayat jilid 29 hal 48)
Al Jabrati berkata, ”Dia (Shalahuddin) menampakkan syariat Nabi Muhammad dan membersihkan wilayah Mesir dari bid’ah-bid’ah, ajaran Syi’ah, serta aqidah yang rusak dan menghidupkan aqidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah, dengan madhzab aqidah Asy’ariyah dan Maturidiyah." (Al Aja`ib Al Atsar li Al Jabarti, 1/10)
Shalahuddin meminta Muhammad Hibatullah Al Hamawi untuk menyusun nadzam aqidah yang diberi nama Hadaiq Al Fushul wa Jawahir Al Ushul, lalu menjadikannya sebagai salah satu kurikulum yang diajarkan di madrasah-madrasah. (Thabaqat Asy Syafi’iyah Al Kubra, 7/23)
Demikianlah, sepanjang zaman pejuang Islam adalah mereka yang lurus aqidahnya, yang oleh lisan Rasulullah telah dikhabarkan ”Ilmu ini akan dipikul orang-orang yang adil dari setiap generasi. Yang akan melawan penyimpangan mereka yang melampaui batas, menolak kedustaan ahli kebatilan dan pemahaman orang bodoh.”
Lalu dengan lugu sebagian kita mengatakan, "Yang layak mengemban ilmu agama ini hanya saya dan kelompok saya."
Wallahu musta'an.
Ahmad Syahrin Thoriq
31 Oktober pukul 11.39 ·
#Ahmad Syahrin Thoriq