Ilmu Yang Mendekatkan Diri Pada Allah

Ilmu Yang Mendekatkan Diri Pada Allah - Kajian Medina
ILMU YANG MENDEKATKAN DIRI PADA ALLAH

Oleh: Abdul Wahab Ahmad

Apa ilmu yang mendekatkan diri pada Allah itu? Jawaban dari pertanyaan ini, apapun itu, kadang dibuat bahan nyinyir oleh orang tertentu terhadap ilmu lain yang dianggap bukan jawaban yang tepat.

Ambil contoh ilmu kalam. Ada yang berkata bahwa ilmu kalam hanya ilmu bacot, tak membuat takut pada Allah bertambah. Debat semalaman tanpa bertambah ketakwaan pada Allah. Ok, anggap saja benar.

Kita ganti ke ilmu fikih. Ada yang berkata bahwa ilmu fikih itu kering, gersang, hanya membahas hukum dunia dan berdebat soal perbedaa pendapat. Ilmu ini juga tak dapat membuat semakin takut pada Allah. Ok, anggap saja benar.

Kita ganti ke ilmu tasawuf. Ada yang berkata bahwa ilmu ini juga tak jelas betul apa gunanya. Untuk memperbaiki akhlak dan menyucikan hati tak perlu belajar ilmu ini. Malah yang belajar ilmu ini tampak sibuk dengan simbol-simbol, aksesoris seperti baju, sorban, Tasbih, tongkat dan amaliyah yang bisa diperdebatkan dalilnya. Tingkahnya banyak juga yang tak tampak makin takut pada Allah tapi justru tampak makin suka dipuji sebagai sufi yang eksentrik. Ok anggap saja ini benar.

Ketiga ilmu di atas adalah inti ajaran islam yang meliputi islam, iman dan Ihsan. Tapi itu pun masih bisa dinyinyiri, apalagi ilmu lainnya.

Lalu ilmu apa yang mendekatkan diri dan menambah rasa takut pada Allah? Jawaban paling adil adalah semua ilmu dapat mendekatkan diri dan menambah rasa takut pada Allah selama dipakai dengan hati yang bersih dan iman kepada Allah. Tentunya kecuali ilmu sihir, ilmu judi dan semacamnya.

Seseorang yang belajar ilmu matematika, biologi, bahasa atau apapun bisa jadi ia menemukan jalan dalam ilmu itu untuk mempertebal imannya kepada Allah. Apalagi belajar ilmu agama yang memang didesain untuk itu. Namun ada juga orang yang makin tinggi ilmu sainsnya malah makin mantap jadi ateis sebagaimana ada juga orang yang makin tinggi ilmu agamanya malah makin pintar membungkus kebobrokan tingkah lakunya dengan dalil agama. Ini berarti bukan ilmu apa yang jadi masalahnya tapi hati macam yang dia punya.

Beragam kritik bahwa ilmu A, ilmu B, ilmu C dan lain-lain dianggap tak dapat mendekatkan diri dan menambah rasa takut pada Allah biasanya muncul dari dua jenis orang:

Pertama, jenis guru yang sedang memberikan nasehat khusus bagi muridnya dengan karakter tertentu. Kadang ada murid yang memang tak cocok belajar ilmu kalam sehingga dia bilang padanya bahwa ilmu kalam tak berguna sehingga cukup ajaran tauhid paling dasar saja. Ada juga yang tak cocok dengan ilmu fikih tingkat tinggi sehingga dibilang tak perlu belajar fikih tinggi-tinggi tetapi cukup fokus pada shalat, puasa dan amaliyah dasar saja. Demikian seterusnya disesuaikan dengan kebutuhan murid. Yang demikian ini bukan nyinyir pada ilmu tertentu, tapi memang menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan murid agar tak malah berefek negatif.

Kedua, jenis orang yang gengsi. Ia sebenarnya tak mampu menguasai suatu ilmu lalu ia bilang bahwa ilmu itu tak berguna dan tak mendekatkan diri pada Allah. Kritik itu sejatinya cara menyembunyikan ketidakmampiannya sendiri. Ini adalah kebanyakan kasus yang terjadi di dunia maya yang bising ini.

Saya tahu orang-orang yang mengkritik ilmu kalam sebagai ilmu bacot yang tak berguna, nyaris semuanya memang tak mampu menalar dengan baik penjelasan ilmu kalam. Demikian juga yang mengkritik ilmu fikih, ilmu tasawuf, ilmu biologi, matematika, fisika, dan lainnya memang terlihat betul awam dalam ilmu yang dikritiknya. Karena keawaman itulah makanya ia tak dapat melihat keutamaan suatu ilmu sehingga hanya keluar kalimat nyinyir dari mulutnya. Padahal tak ada ilmu yang tak berguna, kecuali ilmu sihir dan sejenisnya itu.

Jadi, silakan belajar ilmu apa saja yang positif, baik itu ilmu agama atau ilmu umum. Pelajari dengan baik dan bersihkan hati, maka jalan menuju Allah akan terhampar luas.

Abdul Wahab Ahmad
7 November pukul 10.38 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.