Al Hikam : Kekuatan Taqdir

Al Hikam : Kekuatan Taqdir - Kajian Medina
🔰 Al Hikam.

🥀 Kekuatan Taqdir.

سَوَابِقُ الهِماَمِ لاَ تَحْرِقُ اَسْوَرَالاَقْدَارِ

"Kerasnya himmah / semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir."

Kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu, tidak dapat menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata hanya dengan takdir Allah ta'ala."
Hikmah ini menjadi ta’lil atau sebab dari hikmah sebelumnya (Iroodatuka tajriid) seakan akan Mushonnif berkata:
"Hai murid, keinginan / himmahmu pada sesuatu, itu tidak ada gunanya, karena himmah yang keras/kuat itu tidak bisa menjadikan apa-apa seperti yang kau inginkan, apabila tidak ada dan bersamaan dengan taqdir dari Allah SWT.

Jadi hikmah ini (Sawa-biqul himam) mengandung arti menentramkan hati murid dari keinginannya yang sangat.
SAWAA-BIQUL HIMAM (keinginan yang kuat): Apabila keluar dari orang-orang sholih/walinya Allah itu disebut: Karomah.
Apabila keluar dari orang fasiq disebut istidroj/ penghinaan dari Allah.

Firman Allah SWT :
“Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa yang dikehendaki Allah, Tuhan yang mengatur alam semesta.” [QS. At-Takwir: 29].
“Dan tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah, sungguh Allah maha mengetahui, maha bijaksana.” [QS. Al-Insaan: 30].

اَرِحْ نَفْسَكَ منَ التـَدْ بـِيْرِفماَ قامَ بهِ غيرُكَ عَنْكَ لا تقـُمْ بهِ لنـَفـْسك

"Istirahat/enakkan dirimu/pikiranmu dari kesibukan mengatur dirimu, dari apa-apa yang telah diatur / dijamin oleh selain kamu (yaitu Allah), tidak perlu engkau ikut sibuk memikirkannya."

Yang di maksud TADBIIR (mengatur diri sendiri) dalam hikmah ini yaitu Tadbir yang tidak di barengi dengan Tafwiidh (menyerahkan kepada Allah).

Apabila Tadbir itu dibarengi dengan Tafwidh maka diperbolehkan, bahkan Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
"At-tadbiiru nishful ma-‘isyah".
(Mengatur apa yang menjadi keperluan itu sebagian dari hasilnya mencari ma’isah/penghidupan).

Hadits ini mengandung anjuran untuk membuat peraturan didalam mencari fadholnya Allah.

Pengertian Tadbir disini ialah menentukan dan memastikan hasil. karena itu semua menjadi aturan Allah SWT.
al-hasil, Tadbir yang dilarang yaitu ikut mengatur dan menentukan/memastikan hasilnya.
Sebagai seorang hamba wajib dan harus mengenal kewajiban, sedang jaminan upah ada di tangan majikan, maka tidak usah risau pikiran dan perasaan untuk mengatur, karena kuatir kalau apa yang telah dijamin itu tidak sampai kepadamu atau terlambat, sebab ragu terhadap jaminan Allah tanda lemahnya iman.

اِجْتِهادُكَ فيمَا ضُمنَ لكَ وتقـْصِيرُكَ فيماَ طُلبَ منكَ دَلِيلٌ على انطِماسِ البَصِيْرَةِ منكَ

"Kesungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping kelalaianmu terhadap kewajiban-kewajiban yang di amanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu."

Siapa saja yang disibukkan mencari apa yang sudah dijamin Allah seperti rizki, dan meninggalkan apa yang menjadi perintah Allah, itulah tanda orang yang buta hatinya.

Firman Allah SWT:
"Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak [dapat] membawa [mengurus] rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha mendengar, Maha mengetahui." [QS. al-Ankabuut 60].
"Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat [yang baik di akhirat] adalah bagi orang yang bertakwa." [QS. Thaha 132].

Kerjakan apa yang menjadi kewajibanmu terhadap Kami, dan Kami melengkapi bagimu bagian Kamu.

Di sini ada dua perkara :
1. Yang dijamin oleh Allah, maka jangan menuduh atau berburuk sangka kepada Allah SWT.
2. Yang dituntut [menjadi kewajiban bagimu] kepada Allah, maka jangan abaikan.

Dalam sebuah hadits Qudsy yang kurang lebih artinya:
"Hambaku, taatilah semua perintah-Ku, dan jangan memberi tahu kepada-Ku apa yang baik bagimu, [jangan mengajari kepada-Ku apa yang menjadi kebutuhanmu].

Syaikh Ibrahim al-Khawwas berkata:
"Jangan memaksa diri untuk mencapai apa yang telah dijamin dan jangan menyia-nyiakan [mengabaikan] apa yang diamanatkan kepadamu."

Oleh sebab itu, barangsiapa yang berusaha untuk mencapai apa yang sudah dijamin dan mengabaikan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kepadanya, maka buta mata hatinya dan sangat bodoh.


لاَيَكُنْ تأخُرَ أمَدِ العَطَاءِ معَ الاِلحاحِ فى الدُعاءِموجِباً لِياءسِكَفهُوَ ضَمن لكَ الاِجاَبة َ فيماَ يختَاَرُهُ لكَ لا فيمَا تَختاَرُلِنفْسِكَ وَفى الوَقتِ الَّذى يُرِيدُ لافى الوقتِ الذى تـُريدُ

"Janganlah keterlambatan/tertundanya waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdo’a menyebabkan putus harapan, sebab Allah telah menjamin dan menerima semua do’a dalam apa yang ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan Allah, bukan pada waktu yang engkau tentukan."

Allah SWT telah berjanji akan mengabulkan do’a, sesuai dengan firman-Nya:
“Mintalah kamu semua kepada-Ku, Aku akan mengijabah do’a mu semua”.
"Tuhan mu lah yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada hak bagi mereka untuk memilih."

Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas baik, padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya.

Karena itu bila Tuhan yang maha mengetahui, maha bijaksana memilihkan untuknya sesuatu, hendaknya rela dan menerima pilihan Tuhan yang Maha pengasih, Maha mengetahui dan Maha bijaksana.

Walaupun pada lahirnya pahit dan menyakitkan rasanya, namun itulah yang terbaik baginya, karena itu bila berdo'a, kemudian belum juga terkabulkan keinginannya, janganlah terburu-buru putus asa.

Firman Allah SWT:
"Dan mungkin jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan mungkin jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS. al-Baqarah 216].

Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily -radhiallahu 'anhu- ketika mengartikan ayat ini:
''Sungguh telah diterima do’a mu berdua [Musa dan Harun -alaihissalam-] yaitu tentang kebinasaan Fir'aun dan tentaranya, maka hendaklah kamu berdua tetap istiqamah [sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdo’a], dan jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti [kekuasaan dan kebijaksanaan Allah]." [QS. Yunus 89].

Maka terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima do’a Nabi Musa dan Harun -alaihissalam- selama/sesudah 40 tahun lamanya.

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: "Pasti akan dikabulkan do’amu selama tidak terburu-buru serta mengatakan, aku telah berdo’a dan tidak diterima."

Anas -radhiallahu 'anhu- berkata:
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: "Tidak ada orang berdo'a, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau dihindarkan dari padanya bahaya, atau diampuni sebagian dosanya, selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus silaturrahim.

Disarikan dari Al Hikam (Syaikh Ibnu Atha'illah as-Sakandari -rahimahullah-)

Wallahu ta'ala a'lam bisshowabb

Feri Hendriawan
14 jam ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.