Kesalafian Yang Tak Sempurna

Kesalafian Yang Tak Sempurna - Kajian Medina
KESALAFIAN YANG TAK SEMPURNA…

Jika kita meyakini bahwa Manhaj Salaf itu adalah Islam itu sendiri, maka itu berarti Manhaj Salaf begitu luas ruang dan jangkauannya. Hingga sedemikian luasnya ruang-ruang keSalafian itu, sehingga kita memastikan diri bahwa tak mungkin bagi kita untuk dapat memasuki semua ruang itu, dan menjadi Salafi pada keseluruhannya.

Dimulai dari pilar-pilar keyakinan aqidahmu, menelusuri jalan-jalan ibadahmu, hingga menyusuri taman-taman akhlakmu dan keteguhan jiwamu menegakkan panji jihad. Itu semua adalah ruang-ruang Manhaj Salaf yang tak terpisahkan, dan tentu saja tak mungkin kau pisahkan.

Tapi –dengan kejujuran hati-, bertanyalah kita pada diri sendiri: “Mungkinkah aku menjadi Salafi pada semua ruang itu?” Mungkin saja. Tapi kenyataannya tidak semudah kita mengklaim diri lewat lisan yang tak bertulang.

Menjadi Salafi tidak sekedar engkau bertukar baju dengan mengenakan kain pakaian yang tak melampaui kedua mata kakimu.

Menjadi Salafi tak semudah engkau menukar bikini dengan hijab berpurdah bernuansa gelap.

Engkau tak serta-merta menjadi Salafi hanya dengan menukar chanel TV dan Youtube tontonanmu.

Itu hanya satu bagian serpihan kecil dari ruang keSalafian kita.

***

Maka kita mungkin sangat Salafi dalam satu ruang, tapi menyimpang tersesat pada ruang-ruang lainnya.

Mungkin engkau sangat Salafi dalam satu sisi keaqidahanmu, tapi menyimpang dari Manhaj Salaf pada sisi perilaku dan akhlaqmu.

Mungkin engkau sangat Salafi dalam meneguh sikap Bara’ terhadap bid’ah, tapi jalanmu jauh menyimpang dari keSalafian saat tiba waktu menjatuhkan vonis pada person-person tertentu.

Mungkin engkau sangat Salafi dalam soal kaji Tauhid al-Asma’ wa al-Shifat, tapi tersesat jauh dari Manhaj Salaf ketika terlibat muamalat bisnis –atau apa saja yang berbau duit- dengan saudaramu sendiri.

Maka mungkin engkau mempersoalkan aqidah Imam al-Nawawi dalam soal al-Asma’ wa al-Shifat, tapi engkau takkan mampu mengalahkannya dalam kecintaannya pada Sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga ia membaktikan hidupnya yang singkat dalam menoreh: al-Arba’un al-Nawawiyah, Riyadh al-Shalihin, al-Minhaj fi Syarh Shahih Muslim, dan karya-karya hebat lainnya.

Engkau takkan mampu menyalip langkah-langkah penghambaan dan kezuhudannya yang menakjubkan.

Mungkin engkau akan menyoal hal yang sama pada sosok Shalahuddin al-Ayyubi rahimahullah. Tapi engkau takkan mampu mengalahkan keSalafiannya dalam hal menegakkan Syariat Jihad dan cita-cita besarnya merebut kembali al-Aqsha ke dalam pelukan kaum muslimin.

Intinya adalah kita takkan pernah sempurna pada keSalafian kita.

Sampai sedetik inipun, meskipun sebagai “Ustadz Sunnah” ceramah-ceramah Anda menyebar dan viral tak karuan di Youtube dan medsos, kita hanya berputar-putar pada batas-batas “mengklaim diri sebagai Salafi”. Tak lebih dan tak kurang.

Sayangnya klaim keSalafian itu seringnya terfokus pada titik-titik tertentu, pada ruang-ruang tertentu. Dan kita melupakan betapa luasnya ruang-ruang kebaikan dalam Manhaj Salaf itu.

Maka tetaplah menjadi Salafi, sembari membuka bilik-bilik hati untuk menerima kebaikan-kebaikan orang lain.

Jangan menjadikan Manhaj Salaf sebagai mainan, yang dengan “Manhaj Salaf versi Anda”, Anda bebas mengeluarkan, lalu memasukkan, lalu mengeluarkan lagi, lalu memasukkan lagi, lalu mengeluarkan lagi siapa saja yang kita mau. Hingga dengan begitu, Anda tanpa sadar membantu orang lain untuk melahirkan stigma-stigma keji pada Manhaj Salaf.

Maka jadilah Salafi, tapi sadarlah bahwa aku dan kau takkan pernah mampu menjadi Salafi yang sesungguhnya, tanpa cacat dan cela. Kita hanya sedang –dan akan terus seperti itu- memantas-mantaskan diri menjadi Salafi. Mendekat-dekatkan diri dengan kehidupan Kaum Salaf. Memirip-miripkan diri dengan mereka, meski itu takkan pernah sama.
Wallahu a’lam

Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin

Hisyam Mahrus Ali
27 September (2 jam ·)

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.