Fenomena Penuntut Ilmu Zaman Now Gerombolan Neo Murjiah

Fenomena Penuntut Ilmu Zaman Now Gerombolan Neo Murjiah - Kajian Medina
*“Fenomena Penuntut ‘Ilmu Zaman Now Gerombolan Neo Murji-ah”*

Sering kita dapati di medsos orang-orang yang mengaku-ngaku diri sebagai "Penuntut ‘Ilmu" di Zaman Now gerombolan Neo Murji-ah, kalau dibawakan pendapat ‘ulamâ’ terdahulu, bahkan pendapat al-Aimmah al-Arba‘ah, dengan lancangnya mereka mengatakan: "itu kan pendapatnya Imâm asy-Syâfi‘î", atau: "Itu Imâm Ahmad kan hanya berijtihâd saja seperti itu", lalu mengatakan: "yang wajib diikuti itu adalah al-Qur-ân dan al-Hadîts"…

Jikalau mendengar / membaca kalimat atau ungkapan seperti itu saya khawatir bahwa dengannya ia telah menuduh -khususnya- para imâm madzhab dan yang semisalnya telah berkata dalam urusan agama ini dengan tanpa ‘ilmu dan tanpa dalîl…!!!

Iya, artinya berani menuduh para imâm dan ‘ulamâ’ itu tidak mengetahui firman Allôh ﷻ:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولً

(arti) _“Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sungguh-sungguh pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggunganjawabnya!”_

Na‘udzubillâhi min dzalik… lancang sekali…!!!

Padahal bacanya paling-paling baru seperempat, pahamnya paling-paling hanya seperdelapan, namun bacotnya itu lancang empat kali lipat…!!!

Janganlah sekali-kali berani membawakan fatwa / pendapat ustâdz dari Zaman Now untuk menolak atau mempertentangkan fatwa / pendapat ‘ulamâ’ Salaf (apalagi itu adalah perkataan para imâm madzhab) lalu mengatakan bahwa fatwa ‘ulamâ’ Salaf itu "kurang sesuai dalîl", sehingga yang diambil yang rojih saja (pendapat ustâdz Zaman Now) karena fatwa ustâdz Zaman Now itulah yang lebih sesuai dalîl.

Itu konyol, bahkan gila…!

Lah iya, memangnya para ‘ulamâ’ Salaf terdahulu itu telah berfatwa / berpendapat dengan tanpa dalîl apa…?!?

Atau pendapatnya para imâm madzhab itu tidak sesuai dengan dalîl apa…?!?

Memangnya dari kita mana tahu itu semua itu?
Memangnya siapa kita sehingga bisa menilai fatwa / pendapat imâm madzhab tidak sesuai dalîl, atau dalîl yang digunakan tidak tepat??

Sedangkan kita ini, mengaji saja masih terbata-bata…
Makhroj dan tajwid kadang masih kadang meleset, mad masih kurang atau berlebih…
Hadîts pun hafalnya paling-paling cuma innamal-a‘malu binniyat…
Jangankan balaghoh, nahwu shorof saja sampai di mana entahlah…?!?

Lalu kita tolak pendapat ‘ulamâ’ Salaf dengan menggunakan pendapat ustâdz dari Zaman Now dengan hanya sekedar mengatakan pendapat bahwa ustâdz Zaman Now itulah yang sesuai dalîl, atau dalîl yang digunakan oleh ustâdz Zaman Now lah yang sesuai qoidah, dlsb…

FYI, yang bisa menilai dan menimbang pendapat ‘ulamâ’ itu sesuai dengan dalîl, atau yang bisa menilai dalîl itu penempatannya sudah sesuai, hanyalah para ‘ulamâ’ yang telah menguasai semua cabang ‘ilmu dan menguasai qoidah dalam agama ini.

Adapun kalau kita sudah bisa menilai dan menimbang dalîl, mengapa kita masih membawakan fatwa ‘ulamâ’ lainnya? Bukankah semestinya kita itu sudah bisa berfatwa sendiri tanpa perlu merujuk kepada fatwa / pendapat ‘ulamâ’ lainnya?

Lah iya, kalau sudah bisa menilai dan menimbang dalîl, ya jadi mujtahid muthlaq dong?

Jadi kalau kita masih tidak layak berfatwa sendiri, masih membawakan fatwa ustâdz, itu menandakan bahwa kita tidak mempunyai kemampuan untuk menilai dan menimbang dalîl para ‘ulamâ’…!

Solusinya adalah kembali kepada ‘ulamâ’ Salaf, generasi terbaik, dan para imâm madzhab, bukan kepada ngustad dari Zaman Now…

Last but not the least, kalau kita cuma berguru kepada satu ustâdz itu-itu saja, maka dari mana tahunya ustâdz kita itu berbuat kesalahaan? Justru berguru pada banyak asatidz memperkaya wawasan ke‘ilmuan kita. Contohlah Imâm Muhammad ibn Ismâ-îl al-Bukhôrî رحمه الله تعالى yang mempunyai guru lebih dari 1.000 orang.

❤ Kita berdo'a:

اللّهُـمَّ إِنِّـي أَعـوذُ بِكَ أَنْ أَضِـلَّ أَوْ أُضَـل أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَل أَوْ أَظْلِـمَ أَوْ أَظْلَـم أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُـجْهَلَ عَلَـيّ
{allôhumma innî a-‘ûdzubika an adhilla aw udholla aw azilla aw uzalla aw azhlima aw uzhlama aw ajhala aw yujhal ‘alayya}

(arti) "Wahai Allôh, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan oleh orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan oleh orang lain, dari menzhôlimi diriku atau dizhôlimi oleh orang lain, dari berbuat kebodohan atau dibodohi oleh orang lain."

Sahabat Acad Syahrial
20 September pukul 17.16 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.