Jangan Merusak Amalmu

Jangan Merusak Amalmu - Kajian Medina
JANGAN MERUSAK AMALMU

By. Satria hadi lubis

Ayat al Qur'an yang membuat orang beriman gemetar dan takut di antaranya adalah ayat ini :

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan amal-amalmu" (QS. Muhammad: 33).

Ibnu ‘Umar ra pernah berkata: "Kami sekelompok sahabat Rasulullaah mengira bahwa tidak ada sedikitpun kebaikan, kecuali PASTI DITERIMA (ALLAH). Hingga turunlah ayat diatas." (Diriwayatkan Ibnul Mubaarak; dikutip dari Tafsir IBnu Katsiir)

Sesungguhnya kebaikan, dapat menghapuskan keburukan; dan sesungguhnya keburukan dapat menghapuskan kebaikan.

Yang dimaksud dengan "merusak amal" adalah:

1. Janganlah engkau merusak amal ketaatan dengan melakukan dosa-dosa besar.
2. Janganlah engkau merusak amalmu dengan bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
3. Janganlah engkau merusak amalmu dengan RIYAA’, UJUB, SUM’AH, KERAGU-RAGUAN, dan NIFAQ.

Diantara pelajaran penting ayat diatas, yang dapat kita petik adalah sikap para sahabat : “Janganlah kita merasa bahwa Allah telah menerima amalan kita (sedangkan kita tidak tahu secara pasti hal tersebut) yang akibat anggapan tersebut (merasa amalan kita sudah banyak, dan kita menjadi takabbur dan ujub karenanya), menjadikan kita bermudah-mudahan terhadap dosa, sekecil apapun itu.

Umar radhiyallahu ‘anhu menanyakan kepada para shahabat tentang tafsir ayat diatas. Ibnu Abbas menjawabnya:

“Yakni perumpamaan orang yang RAJIN beramal dengan ketaatan kepada Allah, lalu Allah mengirimkan setan kepadanya (kemudian ia mengikuti jejak langkah syaithan tersebut), lalu dia banyak bermaksiat sehingga amal-amalnya terhapus” (Fathul Baari (VII/49); al-Bukhariy (4538)

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا

"Aku benar-benar melihat diantara umatku pada hari Kiamat nanti, ada yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan. Tsauban bertanya, "Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti mereka sementara kami tidak mengetahui!" Beliau bersabda,

أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

"Mereka adalah saudara-saudara kalian dan sebangsa dengan kalian, mereka juga bangun malam seperti kalian, akan tetapi apabila mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, mereka melakukannya (HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Al-Bany dalam Silsilatul Ahaadits Shahihah No. 505).

Kita berlindung kepada Allah dari ketertipuan terhadap amalan-amalan kita; sehingga menjadikan kita takabbur, sehingga menjadikan kita menganggap mudah untuk melakukan dosa.

Tanda baiknya amalan kita adalah amalan yang mengiringinya. Jika kita mengamalkan amalan buruk, maka itulah buah dari amalan sebelumnya (meskipun amalan sebelumnya terlihat “baik”).

Oleh karenanya jika ternyata kita dapati dalam diri kita sibuk dengan amalan ketaatan, tapi sering jatuh kepada maksiat; maka mungkin “amalan ketaatan” yang kita lakukan tersebut hanyalah secara zhahirnya saja yang shalih; tapi secara batin, penuh dengan kedustaan (riyaa’/sum’ah). Na'udzubillah.

Maka kita memohon kepada Allah, agar dimudahkan serta diberikan kekuatan untuk beramal shalih secara TERANG-TERANGAN maupun secara SENDIRIAN; baik secara LAHIR maupun BATHIN.

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

Sungguh amalan itu tergantung dengan penutupannya.” (HR. Bukhari)

Beliau juga bersabda:

لَا عَلَيْكُمْ أَنْ لَا تَعْجَبُوا بِأَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ

“Janganlah kalian merasa kagum dengan (amalan) seseorang hingga kalian dapat melihat akhir dari amalnya.

Said bin Jabir berkata :
“Sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan kebaikan lalu perbuatan baiknya itu menyebabkan ia masuk neraka, dan sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan buruk lalu perbuatan buruknya itu menyebabkan dia masuk syurga. Hal itu kerana perbuatan baiknya itu menjadikan, dia bangga pada dirinya sendiri (takabbur, kemudian ujub), sehingga dengan sebab takabbur dan ujubnya tersebut; maka Allah mewafatkannya diatas keburukan tersebut. Sementara seseorang yang melakukan perbuatan buruk (senantiasa hatinya mengingkari dan merasa bersalah atas perbuatannya tersebut), hingga menjadikan ia senantiasa memohon ampun serta bertaubat kepada Allah kerana perbuatan buruknya itu (dengan sebab rasa takutnya tersebut, maka Allah memberinya petunjuk, dan mewafatkannya diatas taubatnya tersebut).”

Semoga bermanfaat.

Satria Hadi Lubis
7 jam ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.