Seorang jamaah pernah bertanya penasaran,"Kita ini kan bermazhab Syafi'i, kenapa kita tidak mengaji kitab Al-Umm?"
Saya agak gelagapan juga menjawabnya. Agak lama sedikit sampai cari ancang-ancang mulai dari mana ya?
Jadi gini ya : Kitab Al-Umm itu meski ditulis langsung oleh Imam Asy-Syafi'i, tapi bukan buat konsumsi kita-kita ini. Maksudnya kita ini kan pemula, maka kitab yang cocok buat kita harus kitab yang khusus dibikin untuk pemula.
Ibarat kata kita belajar fisika, tidak mungkin kita langsung belajar fisika kuantum, atau teori relativitas-nya Einstein. Kita harus kenal dulu konsep-konsep dasar untuk ilmu fisika, seperti konsep ukuran berat, panjang, luas, volume, gaya dan seterusnya. Kayak kita belajar fisika pertama kali dulu di SMP dan SMA.
Ibarat kita belajar Matematika, tidak mungkin kita langsung bicara kalkulus dan linier. Tentu kita mulai dari konsep dasar bilangan, ada bilangan ganjil, genap, cacah, pecahan, prima dan lainnya. Juga kita paham dulu konsep dasar operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Ibarat kita belajar ilmu bahasa, tentu kita harus belajar dulu grammer dasar, seperti Subjek, Predikat dan Objek.
Ibarat belajar baca Quran dan Tajwid, kita kudu belajar pengenalan huruf, sifat dan makharijnya. Kita pakai IQRO' Qiroati dan seterusnya. Tidak mungkin kita langsung belajar ilmu Nagham dengan segala pecahannya seperti Bayati, Nahawand, Jiharka, Sikah dan seterusnya.
Dan ibarat kita belajar ilmu kungfu, maka yang paling dasar dulu kita beresin, yaitu belajar kuda-kuda, pernafasan, pemasanan dan latihan fisik dulu. Nanti baru kalau sudah tinggi kita bicara jurus cakar macan, jurus naga joget, jurus belalang nyungsang dan jurus bangau nyungsep.
Nah, begitu juga kalau mau belajar ilmu fiqih, kita belajar pakai kitab-kitab yang paling dasar dulu sebelum sampai ke level Al-Umm.
Si Penanya garuk-garuk kepala yang pasti tidak gatal. Puyeng kayaknya dia."Oh, jadi bukan baca kitab Al-Umm, ya Ustadz?"
Saya jawab,"Ya, kita nanti akan baca Al-Umm juga nantinya, tapi kudu diawali dengan kitab-kitab untuk para beginer dulu".
"Terus kitab buat beginer itu yang mana saja, Ustadz?", tanya dia penasaran.
"Ada banyak sih sebenarnya. Sebutlah misalnya kitab Fahul Qarib, Fathul Mu'in, Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib, Kifayatul Akhyar dan banyak lagi," jawab saya.
"Ya sudah ustadz, kita ikut aja deh. Itu kitab-kitab itu bahasa Arab semua ya? Katanya buat beginer, kenapa belum apa-apa sudah berbahasa Arab? ", tanyanya lagi.
"Hmm gimana ya? Yang namanya kitab memang pastinya bahasa Arab lah. Makanya belajar bahasa Arab itu justru jadi kunci dalam belajar ilmu-ilmu keislaman secara keseluruhannya".
"Kira-kira berapa lama kita bisa selesaikan kitab yang ustadz sebutkan tadi?", tanya di lagi.
"TErgantung, kalau ngajinya tiap hari, setiap ngaji 2 jam, insyaallah setahun kelar deh", gitu saya jawab.
"Wah, kita ngajinya cuma sebulan sekali, jadi berapa lama kitab itu bisa selesai?", tanya dia penasaran.
"Kalau sebulan sekali tidak usah ngaji pakai kitab. Biar saya ceramah bebas saja. Sebab kalau pakai kitab, tapi pertemuannya sebulan sekali, sampai 5 tahun pun gak kelar-kelar. Udah gitu datangnya gantian pula".
Huh ada-ada saja. Mau ngaji kitab tapi sebulan sekali. Kapan kelarnya. Disitu baru kita tahu bahwa mengaji di pesantren itu memang luar biasa. Tiap hari pagi sore siang malam ngaji ngadepin kitab sampai bulukan kitabnya. Berbahasa Arab pula kitabnya.
Mangstab kali
Ahmad Sarwat, Lc.,MA
Ahmad Sarwat
14 jam ·
14 jam ·
#Ahmad Sarwat