Seorang yang berada di luar Islam, ada dua macam :
1). Kafir asli.
Kafir asli, adalah : Seorang yang sejak awal sudah berada di luar Islam. Orang yang seperti ini bukanlah seorang mukallaf (terbebani) dengan kewajiban puasa, dan tidak dituntut untuk menunaikan puasa di masa kafirnya . Kalaupun puasa, maka puasanya tidak sah. Oleh karena itu, jika dia masuk Islam, maka tidak wajib untuk mengqadha’ puasa yang dia tinggalkan selama masa kafirnya.
2). Murtad.
Murtad adalah : Seorang yang asalnya beragama Islam, lalu keluar dari Islam. Orang yang seperti ini tidak dituntut untuk menunaikan puasa di masa murtadnya. Apabila dia puasa di masa itu, maka puasanya tidak sah. Akan tetapi, dia termasuk seorang yang ‘mukallaf’ (terbebani) dengan kewajiban puasa di masa itu. Oleh karena itu, jika dia kembali masuk ke dalam Islam, maka dia wajib mengqadha’ (mengganti) semua puasa yang pernah dia tinggalkan di masa murtadnya.
Imam An-Nawawi –rahimahullah- (wafat : 676 H) menyatakan :
قَالَ أَصْحَابُنَا لَا يُطَالَبُ الْكَافِرُ الْأَصْلِيُّ بِفِعْلِ الصَّوْمِ فِي حَالِ كُفْرِهِ بِلَا خِلَافٍ وَإِذَا أَسْلَمَ لَا يَجِبُ عَلَيْهِ قَضَاؤُهُ بِلَا خِلَافٍ وَلَوْ صَامَ فِي كُفْرِهِ لَمْ يَصِحَّ بِلَا خِلَافٍ سَوَاءٌ أَسْلَمَ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْ لَا بِخِلَافِ مَا إذَا تَصَدَّقَ فِي كُفْرِهِ ثُمَّ أَسْلَمَ فَإِنَّ الصَّحِيحَ أَنَّهُ يثاب عليه وقد سبقت المسألة فِي أَوَّلِ كِتَابِ الصَّلَاةِ (وَأَمَّا) الْمُرْتَدُّ فَهُوَ مُكَلَّفٌ بِهِ فِي حَالِ رِدَّتِهِ وَإِذَا أَسْلَمَ لَزِمَهُ قَضَاؤُهُ بِلَا خِلَافٍ كَمَا ذَكَرَهُ وَلَا نُطَالِبُهُ بِفِعْلِهِ فِي حَالِ رِدَّتِهِ
“Para sahabat kami (para ulama’ Syafi’iyyah) menyatakan : Orang kafir asli tidak dituntut untuk menunaikan puasa pada kondisi kafirnya tanpa ada perselisihan ulama’. Dan apabila dia masuk Islam, maka tidak wajib untuk mengqadha’ (membayar)nya tanpa ada perselisihan. Jika dia puasa di (masa) kafirnya, maka tidak sah tanpa ada perselisihan, baik dia masuk Islam setelah itu atau tidak. Lain halnya jika dia bersedekah di masa kafirnya lalu masuk Islam, maka yang benar, sesungguhnya dia diberi pahala atasnya. Masalah ini telah berlalu di awal kitab Salat. Adapun seorang yang murtad, maka sesungguhnya dia seorang yang mukallaf (dibebani) untuk puasa di masa murtadnya. Apabila dia masuk Islam, maka dia wajib untuk mengaqadha’nya tanpa ada perselisihan sebagaimana yang telah dia (Imam Asy-Syirazi) sebutkan, namun kita tidak menuntutnya untuk melakukannya di masa murtadnya.” [ Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 6/253 ].
Dari keterangan di atas, dapat kita ambil pelajaran pentingnya memahami suatu masalah dengan sempurna sehingga istinbath (pemetikan) hukum bisa dilakukan dengan tepat. Walau kafir asli dan murtad sama-sama berada di luar Islam, ternyata memiliki perbedaan dalam hal ‘status taklif’ dan hukum mengqadha’ puasa. Semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum.
Abdullah Al-Jirani
*****
Abdullah Al Jirani
18 April pukul 05.54 ·
#Abdullah Al Jirani