Materialisme Bersyahadat

Materialisme Bersyahadat - Kajian Medina
MATERIALISME BERSYAHADAT

Oleh: Abdul Wahab Ahmad

Saya break dulu menulis seri bahasan sifat sebab ada yang melintas di kepala saya tentang materialisme. Sebelum hilang, mending saya curahkan dulu. Bahannya pakai yang ringan-ringan saja yang semua orang bisa mengakses.

Wikipedia menyatakan: "Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi".

Jadi materialisme menyakini bahwa segala yang yang wujud adalah materi. Kalau bukan materi, maka tidak wujud. Jadinya, semua klaim keberadaan apapun di dunia ini harus diukur berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku pada materi. 

Apa materi itu? Wikipedia menjelaskan: "Materi adalah setiap objek atau bahan yang membutuhkan ruang, yang jumlahnya diukur oleh suatu sifat yang disebut massa. Secara umum materi dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki massa dan menempati volume".

Jadi, semua yang menempati ruang atau volume tertentu dengan ukuran tertentu disebut materi. Dalam khazanah ilmu keislaman, materi tunggal yang teramat sangat kecil sehingga tak bisa dibagi atau dipilah lagi disebut sebagai JAUHAR. Apabila jauhar ini berkumpul dalam suatu rangkaian tertentu sehingga membentuk bentuk tertentu, maka disebut JISIM. Jisim ini adakalanya berupa jisim halus, seperti misalnya oksigen, karbon dioksida dan semacamnya. Dan, adakalanya jisim kasar seperti air, pohon, binatang dan segalanya yang kita lihat.

Semua yang kita lihat di dunia ini, dengan aneka bentuk dan jenisnya adalah materi. Semua terlihat berbeda, tapi semuanya adalah materi. Semua hal di dunia ini tak ada yang betul-betul sama, bentuknya pasti ada bedanya meski perbedaannya tak kasat mata. Siapa yang membentuk semua materi itu dan menentukan materi A bentuk dan sifatnya begini sedangkan materi B bentuk dan sifatnya adalah begini? Sebagai muslim, jawaban kita adalah Allah.

Bagaimana menentukan ada tidaknya sebuah materi? Gampang sekali, cukup dibuktikan keberadaannya dalam ruang tertentu. Sebab materi tak dapat dipisahkan dengan ruang atau volume, maka bukti keberadaannya hanyalah bisa ditentukan dengan menyebut lokasi ruang yang ditempatinya. Misalnya:  Sebuah buku berjudul "ABCD" bisa disebut "ada di atas meja" apabila buku itu menempati ruang yang berupa bagian atas meja. Kalau ternyata di ruang tersebut tak ada buku itu berarti buku itu kita bilang "tak ada". Apabila ternyata buku tersebut tak kita temukan di seluruh ruang di dunia ini, maka kita bilang bahwa buku itu tidak ada, tak wujud, tak eksis, tak tercipta, dan sebagainya.

Sekarang, apakah Allah yang kita yakini sebagai Pencipta segala materi juga berupa materi sehingga keberadaannya harus kita asosiasikan dengan ruang/volume? Apakah boleh ketiadaan Allah dalam ruang tertentu di jagad raya (tak bertempat di mana pun) lantas disimpulkan sebagai "ketiadaan Allah" seperti halnya hukum keberadaan materi? Ahlussunnah Wal Jama'ah yang sejati akan menjawab pertanyaan ini dengan tegas: TIDAK! ALLAH BUKAN MATERI SEHINGGA MENGUKUR KEBERADAAN ALLAH TAK BISA MEMAKAI UKURAN KEBERADAAN MATERI. Adapun ahli bid'ah akan ragu menjawabnya atau menjawab dengan berbelit-belit dan mengesankan bahwa Allah juga materi tetapi berbeda dengan materi lain. 

Ahlussunnah sejati selalu menafikan dengan tegas kejisiman Allah. Siapa yang meyakini Allah sebagai jisim/susunan materi, maka ia telah menyimpang. Siapakah para Imam Ahlussunnah yang mengatakan demikian? Terlalu banyak kalau saya sebut, apalagi kalau saya nukil satu-satu. Silakan baca daftarnya saja di SS di bawah ini. Kitabnya bisa didownload di link berikut:

http://www.a7bash.com/book.php?action=showbook&id=155

Materialisme Bersyahadat - Kajian Medina

Materialisme Bersyahadat - Kajian Medina

Materialisme Bersyahadat - Kajian Medina

Materialisme Bersyahadat - Kajian Medina

Materialisme Bersyahadat - Kajian Medina

Abdul Wahab Ahmad

1 April 2018  · 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.