Kegalauan Ulama’ Atas Kemerosotan Moral di Negri Al Haramain

Kegalauan Ulama’ Atas Kemerosotan Moral di Negri Al Haramain - Kajian Medina
Kegalauan Ulama’ atas kemerosotan moral di Negri Al Haramain.

Pada tanggal 6/1/1439 H, telah terbit mandat Khadim Al Haramain Raja Salman –semoga Allah senantiasa menjaganya dan meberikan taufiq kepadanya untuk melaksanakan hal hal yang Allah ridhai- yang memerintakan Mendagri untuk mengizinkan wanita mengendarai kendaraan dan menerapkan seluruh peraturan lalulintas kepada lelaki dan wanita. Atas terbitnya mandat ini, orang orang barat dan kaum westernis merayakannya dengan gegap gempita. Mereka adalah orang orang yang mendambakan agar di negara Saudi tidak lagi mengisolir diri dari seluruh negara lainnya dengan mempertahankan hijab, menjaga diri dari perbuatan nista dan pergaulan bebas antara pria dan wanita.

Pada tulisan lain, beliau juga mengeluhkan tentang berbagai perubahan ke arah liberalisasi pemerintahan, beliau berkata: “Pada waktu yang relatif pendek sejak berdirinya kerajaan Saudi hingga periode Raja Abdullah, semoga Allah merahmatinya, tepatnya pada pertengahan tahun 1426, hingga saat ini, kaum westernis telah berhasil mewujudkan beberapa hal aneh bagi Negri Al Haramain. Hal hal itu sebelumnya tidak pernah di kenal di negri ini; diantaranya: kaum wanita mulai mengumbar auratnya, bergaul bebas dengan lawan jenis di mass media dan ketika berjual beli di pasar, dan lainnya.

Diantaranya juga kaum wanita mulai masuk dalam keanggotaan Dewan Permusyawaratan, mereka duduk bersama kaum pria, padahal dari mereka ada yang mengumbar auratnya. Kaun wanita juga mulai diizinkan masuk ke dalam anggota Majlis Al Baladiyah (Semisal DPRD), mereka boleh mencalonkan diri dan dicalonkan.

Kaum westernis juga telah berhasil mengerdilkan peran Hai’ah Al Amri Bil Ma’ruf wa An Nahyi ‘An Al Mungkar (Polisi Ibadah). Menguatkan bidah olah raga, mensuport para olahragawan.

Mereka juga mulai memberi perhatian dalam porsi besar terhadap sektor hiburan, sampai sampai membentuk satu badan otoritas publik yang menangani masalah hiburan. Ini semua sangat mengawatirkan akan diikuti dengan hal hal yang mungkar (tercela), semisal pembukaan gedung gedung biskop, yang nyata-nyata mendatangkan murka Allah dan merusak moral.

Ditambah lagi keputusan mentri Pendidikan yang sekarang yaitu Dr. Ahmad Al ‘Isa yang menerbitkan beberapa keputusan mentri yang menyimpang, diantaranya:
Satu: Menetapkan seorang wanita sebagai dekan di Fakultas Kedokteran di kota Thaif, sehingga wanita itu akan menjadi pemimpin kaum lelaki dan wanita, dosen, staf dan juga mahasiswa pria.

Kedua: Keputusan memasukkan pendidikan olah raga di sekolah sekolah wanita.

Ketiga : Instruksi agar dimulai persiapan menyatukan kelas laki laki dan wanita pada sekolah dasar kelas 1 & 2, yang akan diajar oleh guru guru wanita.

Dan menanggapi keputusan Mentri Pendidikan yang pertama, saya telah menulis satu tulisan dengan judul: “Petaka moral besar menimpa rakyat Saudi akibat keputusan menyimpang Mentri Pendidikan” dan telah terbit di media masa pada tanggal 12/6/1438H.

Dan masih banyak lagi, hal hal yang beliau ungkap tentang berbagai kemerosotan yang terjadi di Saudi Arabia.

Lebih lengkapnya silahkan kunjungi web beliau: https://al-abbaad.com/

Atau minta bantuan google untuk menemukan jejak tulisan tulisan beliau yang diekspos di media Arab Saudi dan lainnya.

Sobat! Saya mengangkat masalah ini, guna membuka mata kita semua bahwa kadang kala seorang tokoh apalagi ulama’ perlu bersuara lantang untuk mengarahkan masyarakat dan juga memberi masukan kepada pemerintahnya.

Sebenarnya Syeikh Abdul Muhsin -menurut hemat saya- sudah menyadari akan terjadinya kemerosotan moral di Saudi Arabia , dan seluruh negri Islam, sejak meninggalnya dua ulama besar abad ini dan yang paling disegani, yaitu Syeikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz, dan Syeikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin.

Siklus Pasang surut ummat Islam yang selalu berputar setiap 100 tahun akan terus berputar.

Apalagi dalam beberapa kesempatan Syeikh Abdul Muhsin mengisyaratkan bahwa pembawa pembaharuan ummat Islam di abad 14 adalah Syeikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz dan Syeikh Muhammad bin Nashiruddin Al Albani, dan keduanya telah wafat pada tahun 1420 H.

Namun demikian, semangat beliau untuk terus berkontribusi dalam membentengi moral masyarakat beliau dan mencegah kemungkaran, tiada pernah padam. Karena itu beliau selalu sigap menunjukkan sikap, dan memberikan masukan kepada kerajaan dan masyarakat luas dengan cara menulis dan lainnya. Tentu semua itu beliau lakukan dengan tetap mengindakan prinsip prinsip ahlussunah wa al jamaah, dan dengan mengedepankan dalil, data dan fakta bukan sekedar praduga atau emosional sesaat belaka.

Tulisan ini bukan bertujuan memobilisasi para pemuda untuk ceroboh mengkritisi apalagi menggerakkan massa untuk melawan pemerintah. Namun tujuannya adalah untuk membuka mata bahwa dalam banyak masalah, ada syarat dan ketentuan yang berlaku, karena itu jangan asal gebyah uyah podo asine (semua garam sama asinnya) alias generalisasi buta.

Tulisan ini juga tidak bertujuan menjelek-jelekkan negara Arab Saudi, karena negara yang lainnya lebih parah tingkat kemerosotan moralnya.

Semoga bermanfaat.

Dr Muhammad Arifin Badri
14 April pukul 07.42 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.